Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6 Sampai Di Lokasi
Pesawat milik Tentara itu mulai mengudara. Semua dokter hanya bisa berdo'a untuk keselamatan bersama. Sementara itu, para dokter yang sudah berbulan-bulan di sana, sudah pulang ke tanah air dan akan digantikan oleh timnya Cinta dan yang lainnya.
Perjalanan Cinta dan tim kali ini memerlukan waktu 5 jam untuk sampai di kota A. Mereka berangkat pukul 09.00 pagi dan diperkirakan akan sampai di kota A pukul 14.00 siang menjelang sore waktu setempat. 5 jam pun berlalu, mereka pun sampai di kota A dan tidak lupa di pangkalan udara itu sudah berjejer Tentara kita untuk menjemput kedatangan Cinta dan tim.
“Alhamdulillah, akhirnya kita sampai juga,” gumam Lucy.
Semuanya keluar dari pesawat. Seorang Tentara dengan senjata lengkap menghampiri ketua tim yaitu Dr.Benny. Cinta berdiri di paling belakang bersama Lucy dan juga Hugo.
“Kenapa tentaranya semua pakai penutup wajah sih? ‘kan wajah mereka jadi tidak kelihatan,” ucap Lucy.
“Malu kali, wajahnya banyak jerawat,” sahut Hugo.
“Memangnya ada ya, Tentara yang wajahnya jerawatan?” tanya Lucy konyol.
“Ya, ada. Tentara juga manusia, apalagi mereka hidupnya di hutan dan di tempat-tempat kotor pasti pada banyak jerawat dan gak ada waktu buat skincare-an,” sahut Hugo.
“Apaan sih kalian malah bahas jerawat,” kesal Cinta.
Tatapan Reynold tertuju kepada Patricia namun Patricia memalingkan wajahnya dan malah sibuk ngobrol dengan Roy. "Segampang itu kamu melupakanku, Patricia," gumam Reynold.
Reynold dan yang lainnya memerintahkan semuanya untuk naik ke dalam mobil Tentara. Patricia tampak kesusahan untuk naik ke mobil Tentara yang tinggi itu, Reynold reflek mengulurkan tangannya kepada Patricia bersamaan dengan Roy. Untuk sesaat Patricia kaget karena ada dua pria yang mengulurkan tangannya tapi dengan cepat Patricia memilih tangan Roy membuat Reynold menarik tangannya sendiri.
Tidak bisa dipungkiri jika Reynold masih sangat mencintai Patricia. Namun sayang, Patricia sudah tidak mencintai Reynold hanya gara-gara materi. Reynold melompat dari mobil dan melihat tiga orang dokter malah sibuk bergosip.
“Hai kalian! Cepat naik mobil, yang lain sudah pada naik mobil.” Suara bas itu terdengar sangat menakutkan.
“Astaga, kita ketinggalan,” ucap Hugo panik.
Ternyata saking asyiknya ngobrol, ketiganya tidak sadar jika yang lain sudah naik mobil Tentara. Ketiganya berlari sembari menggeret kopernya, namun Cinta tampak ceroboh tidak melihat jalan sehingga roda kopernya menggilas kaki Tentara pemilik suara bas itu. Si Tentara hanya memejamkan matanya kala kakinya terlindas roda koper.
“Astaga, padahal tempat ini luas tapi kenapa roda kopernya bisa menggilas kakiku?” geram si Tentara.
Para dokter sudah menaiki mobil Tentara. Tidak lupa rombongan Tentara dengan senjata lengkap mengawal perjalanan mereka. Cinta dan yang lainnya sedikit merasa tenang karena para Tentara itu benar-benar melindungi mereka semua.
Cinta duduk di paling belakang bersama Lucy dan juga Hugo. Mereka menaiki truk tentara, sedangkan beberapa tentara mengendarai motor di belakang truk. Kapten pasukan berada di paling depan, sehingga mereka bisa melihat para tenaga medis dan mengawasi mereka.
Sang Kapten tidak mengalihkan perhatiannya kepada Cinta yang terlihat kelelahan. "Bukanya itu dokter yang tempo hari merekam pembicaraan aku dan Patricia," batin Kapten Reynold.
“Astaga, bisa-bisanya aku bertemu lagi dengan wanita menyebalkan itu," batin Kapten Reynold kembali.
Kapten Reynold merasa kurang yakin dengan kinerja para dokter muda itu. Menurutnya, dokter muda itu terlihat seperti manja-manja dan tidak akan serius dalam bekerja. Tidak membutuhkan waktu lama, rombongan pun sampai di basecam tentara.
“Selamat datang dan selamat sore untuk para tenaga medis yang baru saja datang. Perkenalkan nama saya Kapten Reynold, saya yang memimpin pasukan di sini jadi jika ada apa-apa tolong beri tahu saya dan jangan bertindak sendirian. Ini adalah daerah yang sudah dinetralkan jadi kalian jangan khawatir, ini tempat sangat aman dan jauh dari daerah yang saat ini sedang terjadi konflik. Mohon kerja samanya karena bagi korban terluka baik yang berat dan ringan akan di ungsikan ke sini jadi kalian harus siap siaga kapan pun dibutuhkan,” ucap Kapten Reynold tegas.
“Siap, Kapten!” sahut semuanya serempak.
“Kami sudah menyiapkan makan sore untuk kalian, tapi maaf makan malamnya seadanya karena kami di sini sulit sekali untuk mendapatkan bahan baku untuk dimakan. Bahan makanan itu dikirim oleh warga yang datang ke sini,” jelas Kapten Reynold kembali.
“Sekarang kalian boleh menyimpan barang-barang kalian terlebih dahulu, dan beristirahatlah soalnya para prajurit masih menyiapkan makanannya,” sambung tentara satunya lagi yang bernama Lettu Dean.
“Baik, Komandan!”
Para tenaga medis yang berjumlah tujuh orang itu kemudian menyimpan barang-barang mereka di tenda yang sudah disiapkan. Tenda untuk tenaga medis lumayan besar dengan ranjang besi yang biasa para tentara gunakan untuk tidur.
“Mereka tidak engap apa, bicara pakai penutup wajah seperti itu?” ucap Lucy.
“Mereka sudah terbiasa jadi biasa saja,” sahut Cinta.
Setelah menyimpan barang-barang, mereka mulai merebahkan tubuh mereka di atas ranjang yang keras itu. "Astaga, badan aku bakalan sakit ini jika tidur di ranjang keras kaya gini," keluh Patricia.
"Kalau mau tidur dengan nyaman, tidur saja sana di hotel," ketus Lucy.
"Apaan sih, nyamber aja kaya petir," sinis Patricia.
Lucy hendak membalas ucapan Patricia tapi Cinta menahannya. "Sudah, tidak baik bertengkar di situasi seperti ini," ucap Cinta.
Cinta pun menarik tangan Lucy untuk keluar dari tenda, tentu saja Hugo pun mengikuti kedua dokter cantik itu. Cinta memperhatikan situasi di sekitar, ternyata itu sebuah desa yang sangat terpencil. Banyak Tentara yang berkeliaran di setiap pelosok kampung sehingga para warga tidak merasa takut melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada saat Cinta dan kedua sahabatnya sedang memperhatikan aktivitas warga di sana. Tiba-tiba baju Cinta ada yang menarik, reflek Cinta menoleh. Seorang anak perempuan sekitar usia 4 tahunan menatap Cinta.
Cinta tersenyum dan berjongkok. "Hai adek kecil, nama kamu siapa?" tanya Cinta ramah.
"Artha."
"Ok. Artha, kamu mau apa?" tanya Cinta kembali.
"Permen," sahut Artha.
"Permen? kamu mau permen?"
Artha menganggukkan kepalanya. "Tunggu, Bu dokter ambil dulu soalnya permennya ada di dalam tas," ucap Cinta.
Cinta pun berlari dan mengambil permen serta makanan ringan yang dia bawa dari rumah. Tapi pada saat Cinta kembali, ternyata Artha sudah membawa teman-temannya untuk datang ke sana lagi. "Loh, kok jadi banyak?" tanya Cinta bingung.
"Bocah ini pintar, Cinta. Pada saat kamu mau ngasih permen, dia memanggil teman-temannya," sahut Hugo dengan tawanya.
"Astaga." Cinta pun mulai membagi permen dan kue itu kepada setiap anak-anak yang ada di sana.
Reynold melihatnya dari kejauhan. "Dokter itu baik juga sama anak-anak," ucap Lettu Dean.
"Kadang-kadang wajah dan hati itu selalu sesuai, sudah cantik, baik pula. Bahkan ada juga sudah wajahnya pas-pasan, pelit lagi," seru Agam.
Dean dan Agam tertawa bersama, sedangkan Reynold hanya diam saja. Dia paling dingin dan jarang sekali tertawa. Maka dari itu para bawahannya sangat segan kepada Reynold, berbeda dengan Dean dan Agam yang sedikit konyol.