NovelToon NovelToon
RISA SAYANG BAPAK

RISA SAYANG BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: hyeon'

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.

“Bapak benci sama kamu, Risa.”

Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.

“Risa sayang bapak.”

Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS 6

Berulang kali Risa mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa nyeri. Ia merasakan perih yang menjalar pada tangannya. Sudah berapa lama ia pingsan. Setelah sepenuhnya sadar, Risa melirik jam yang melingkar di tangannya. Waktu menunjukkan pukul 5 pagi. Ia segera beranjak berdiri dan membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai ia segera mengambil obat di dalam lacinya dan mulai mengobati luka di tangannya.

“Luka di hati gue udah sedalam apa ya? Sampe luka kayak gini aja nggak kerasa apa apa.” Risa mengobati tangannya dengan tatapan kosong. Ia melamun, mencoba mengingat kembali bagaimana bapak dulu mengobati lukanya.

Flashback on

“Bapak, huwaaa, lihat lutut Sasa beldalah.” Bapak yang mendengar putrinya menangis dengan cepat menghampiri putri kesayangannya itu.

“Mana coba bapak lihat.” Risa kecil pun dengan sikap manjanya menunjukkan luka di lututnya. Bapak sangat gemas melihat tingkah manja putrinya.

“Ah, nggak papa ini. Lukanya tidak parah, ayo pulang kita obati lukanya.”

“Gendong.” Rengek Risa seraya memajukan bibir mungilnya. Bapak mengacak-acak rambut Risa yang baru berusia 3 tahun. Bapak pun mulai menggendong putri kecilnya.

“Let's go, bapak.” Risa dan bapak tertawa bersama. Sesampainya di rumah, bapak segera mengobati luka Risa agar tidak infeksi.

“Tahan ya, sayang.” Tutur bapak dengan lembut yang membuat Risa mengangguk. Setelah selesai Bapak pun membereskan obat yang digunakan tadi.

“Nanti kalau Sasa sudah besal, bapak akan telus mengobati luka Sasa kan?” Tanya Sasa pada bapak dengan suaranya yang sedikit cadel.

“Pastinya dong, sayang. Bapak tidak akan membiarkan princess kecil ini mengobati lukanya sendiri.” Risa lantas memeluk bapak.

“Sasa sayang bapak.”

“Bapak jauh lebih sayang, Sasa.”

Flashback off

Risa tersadar dari lamunannya kala buliran bening jatuh mengenai tangannya. Ia langsung menyeka air matanya dengan kasar. Risa tersenyum melihat foto yang berada di dekatnya. Foto kecilnya bersama bapak. Di sana, ia tersenyum dengan lebar. Bapak pun sama, keduanya saling tersenyum bahagia.

Bapak yang dulu tidak akan membiarkan dirinya mengobati lukanya sendiri. Kini, bapak yang memberikan luka itu. Membiarkannya mengobati luka itu sendiri. Apakah bapak ingin dia dewasa? Risa merindukan momen ketika ia kecil.

Ia yang dulunya menangis meraung-raung tanpa takut ketahuan bapak. Ia yang selalu bersikap manja kepada bapak, dan bapak yang selalu memanjakannya. Bapak yang selalu menggendongnya. Hal yang paling Risa rindukan adalah, ketika bapak memanggilnya dengan princess kecil.

Kini, semuanya berubah. Berubah dalam sekejap. Risa tidak menyangka bahwa bapak yang dulunya menjadi garda terdepan ketika ia terluka. Sekarang, bapak sendiri yang memberikannya luka. Luka yang entah kapan sembuh.

Risa sadar bahwa ia sudah cukup lama dengan keadaan seperti ini. Ia pun bergegas menutup lukanya dengan perban dan mulai membereskan obatnya. Setelah dirasa sudah, ia segera beranjak keluar dari kamarnya.

Ketika menuruni anak tangga, ia sama sekali tidak melihat keberadaan bapak. Apakah bapak pergi setelah mengacak-acak barang? Tanpa pikir panjang, Risa membersihkan barang barang yang terjatuh dan pecahan kaca di mana mana.

“Selesai juga.” Risa segera meraih tasnya dan bergegas menuju sekolahnya.

*****

“Bang, abang kenapa?” Tanya Dio yang membuat Jeff menolehkan kepalanya.

“Em, kak Risa tuh banyak diemnya apa nggak sih waktu sama kamu?”

“Kak Risa malah banyak ketawanya dibanding diem. Kenapa?” Jeff mengerutkan keningnya. Lantas kenapa saat bersamanya Risa banyak diamnya? Pikir Jeff.

“Kenapa waktu sama abang banyak diemnya ya?” Celetuk Jeff yang membuat Dio tersenyum mengejek.

“Itu karena aura abang negatif, makanya kak Risa banyak diemnya.”

“Sembarangan nih bocil.” Dio tertawa melihat ekspresi abangnya. Ia memang suka sekali menggoda Jeff. Baginya sehari tidak menjahili abangnya seperti ada yang kurang.

“Udah, ayo buruan berangkat ntar telat lagi.” Mereka pun berlari sekencang mungkin agar cepat sampai ke sekolah. Jarak antara rumah dan sekolah memang tak begitu jauh. Dan kebetulan sekolah Dio bersebelahan dengan sekolah Jeff.

*****

Risa berjalan dengan langkah pelan setelah memarkirkan sepedanya. Ia sempat berpapasan dengan Lala. Tak ada yang saling menyapa. Baik Risa maupun Lala, mereka lewat begitu saja seakan tak pernah kenal. Risa mengabaikan itu semua, baginya kehilangan teman yang tak bisa menghargainya tidak membuatnya rugi.

Bahkan ia bersyukur bisa bebas dari teman seperti itu. Risa tak lagi mendengar curhatan Lala yang selalu tentang gebetannya.

Sesampainya di kelas ia segera menduduki bangkunya. Seperti biasa, Risa akan mengeluarkan ponselnya dan buku favoritnya. Tak jauh dari sana, Aldi tersenyum puas. Ia pun berdiri dan menghampiri Risa.

“Kasian banget sih lo, buku udah buluk kayak gitu masih aja di simpen. Nggak punya duit buat beli?” Risa hanya diam, ia sama sekali tak menggubris ejekan Aldi.

“Mau gue kasih duit nggak? Tapi puasin gue dulu.” Bisik Aldi yang membuat Risa naik pitam. Risa menatap nyalang mata Aldi yang terus menatapnya penuh nafsu. Ia kira dirinya bisa dibeli dengan uang? Ingin marah namun masalah kemarin saja baru selesai.

Setelah mengatakan itu, Aldi pergi keluar bersama antek anteknya. Tangan Risa sudah mengepal kuat. Ingin rasanya ia memukul mata Aldi. Tapi, ia tidak mau mencari masalah lagi di sekolah. Jika ia bertemu di jalan, akan dipastikan Aldi tak bisa melihat lagi.

Hari ini semuanya berlalu begitu saja. Risa berjalan keluar kelas dengan tatapan datar seperti biasa. Ketika ia sampai di belokan, suara Jeff mengejutkan dirinya.

“Hai.” Karena terkejut, Risa reflek menonjok pipi mulus Jeff. Jeff terhuyung ke samping dan meringis pelan.

“Refleknya bagus ya walau mematikan.”

“Sorry.” Jeff tersenyum lebar mendengar Risa yang bersuara. Melihat raut wajah yang bersalah membuat hati Jeff meleleh. Ia seakan dikelilingi oleh banyak kupu-kupu.

“Ah, nggak papa kok, santai. Kalau dipukulnya sama lo mah, ikhlas gue.” Risa bergidik ngeri melihat Jeff yang sepertinya sudah gangguan jiwa. Tak mau berlama-lama bersama Jeff yang gila, Risa pun lantas pergi meninggalkan Jeff.

Buru buru ia ambil sepedanya dan mulai mengayuhnya menuju cafe tempat ia bekerja. Setelah sampai ia segera berganti baju dan mulai melayani para pelanggan.

Tak terasa hari sudah semakin larut. Cafe pun akan segera ditutup. Risa membereskan semua gelas gelas yang kotor dan membersihkan meja. Ia tak sendiri, ada mbak Laras yang senantiasa menjadi partner kerjanya yang sangat baik dan pengertian.

“Kamu pulang aja duluan, Ris. Ini biar aku yang cuci.” Perintah mbak Laras yang melihat Risa sudah sangat kelelahan. Terlebih tangannya yang masih terluka.

“Nggak papa emangnya, Mbak?”

“Nggak papa, sudah sana beres beres terus pulang.” Risa tersenyum simpul lalu segera mengganti pakaiannya. Ia pun bergegas pulang dan tak lupa berterima kasih pada mbak Laras.

Risa mengendarai sepedanya dengan kecepatan penuh karena malam sudah larut. Ketika di pertengahan jalan, Risa dihadang oleh beberapa pemuda yang mengendarai motor. Risa mengerem mendadak karena mereka berhenti dengan tiba tiba. Terlihat salah satu dari mereka turun dari motornya dan membuka helm full facenya.

Nampak Aldi yang menyeringai lebar. Risa heran, apa yang sebenarnya dia mau? Apakah ia belum puas mencari masalah dengannya?

“Habis lo malam ini."

*****

Penasaran sama kelanjutannya? Apa yang akan terjadi sama risa yaa? Ayoo bacaa dan jangan lupa kasih vote, like dan komen yaa teman teman💐

HAPPY READING👀✨

1
Esti Purwanti Sajidin
vite dine ayuk thor up yg buanyak
Dadi Bismarck
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
hyeon': terima kasih sudah berkenan membacaa, akuu pastiin secepatnya bakal update>⁠.⁠<
total 1 replies
fianci🍎
Wuih, nggak sabar lanjutin!
hyeon': aaaaa, terima kasih atas dukungannya. semogaa sukaaa yaa🥺💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!