NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Teman Ranjang

Bukan Sekedar Teman Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Dokter / Pernikahan rahasia
Popularitas:37.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Lestary

Xavier, dokter obgyn yang dingin, dan Luna, pelukis dengan sifat cerianya. Terjebak dalam hubungan sahabat dengan kesepakatan tanpa ikatan. Namun, ketika batas-batas itu mulai memudar, keduanya harus menghadapi pertanyaan besar: apakah mereka akan tetap nyaman dalam zona abu-abu atau berani melangkah ke arah yang penuh risiko?

Tinggal dibawah atap yang sama, keduanya tak punya batasan dalam segala hal. Bagi Xavier, Luna adalah tempat untuk dia pulang. Lalu, sampai kapan Xavier bisa menyembunyikan hubungan persahabatannya yang tak wajar dari kekasihnya, Zora!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Lestary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Between Us

Setelah selesai bersiap, Luna keluar dari kamar mandi dengan gaya santai khasnya. Rambutnya dikuncir sederhana, mengenakan jaket denim di atas kaus putih, dan celana jeans hitam yang membalut kakinya dengan pas. Xavier, yang kini sedang berdiri di depan jendela dengan ponsel di tangan, melirik sekilas ke arahnya.

“Kau terlihat… lumayan,” ucap Xavier sambil menyeringai tipis, nada menggoda dalam suaranya.

Luna mengangkat alis sambil melemparkan tatapan pura-pura kesal. “Lumayan? Aku ini luar biasa, Xavier. Kau hanya terlalu keras kepala untuk mengakuinya.”

Xavier tertawa kecil, tetapi tak membantah. “Jangan lupa pakai syal, anginnya dingin di luar.”

Luna mengangkat syal rajut abu-abu dari sofa, lalu melingkarkannya di lehernya. “Dokter satu ini, kadang perhatian juga, ya.”

“Jangan terlalu berharap,” balas Xavier sambil kembali menatap layar ponselnya.

Luna hanya terkekeh dan mengambil tas kecilnya. Sebelum pergi, ia berjalan mendekati Xavier, berdiri di sebelahnya. “Kau yakin tidak mau ikut makan siang dengan Claire dan aku? Siapa tahu kau bisa mendengar gosip menarik.”

Xavier memiringkan kepalanya ke arah Luna, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil. “Aku lebih suka menjaga jarak dari dunia gosipmu, Luna. Lagi pula, aku harus ke rumah sakit sebentar lagi.”

Luna mengangkat bahu, lalu berjalan ke pintu. Sebelum keluar, ia berbalik dan melambaikan tangan. “Kalau begitu, sampai nanti, Dokter Xavier.”

“Sampai nanti, Pelukis Luna,” jawab Xavier dengan nada santai.

Setelah Luna pergi, Xavier kembali duduk di sofa, memandangi cangkir kopi yang tergeletak di meja. Sejenak, ia terdiam, memikirkan percakapan ringan mereka tadi. Ada sesuatu dalam kebersamaannya dengan Luna yang terasa terlalu nyaman, terlalu natural. Seolah-olah dunia luar tidak ada, dan hanya ada mereka berdua di dalam gelembung kecil yang melindungi mereka dari segalanya.

Namun, ia tahu gelembung itu tidak bisa bertahan selamanya.

*

Di kafe kecil dekat apartemen, Luna duduk berhadapan dengan Claire, sahabat lamanya. Pertemuan itu terasa seperti reuni kecil setelah bertahun-tahun mereka tak saling bertatap muka.

“Aku masih tidak percaya kita bisa bertemu lagi setelah semua ini, Luna! Rasanya seperti mimpi!” seru Claire sambil mengaduk latte-nya.

Luna tersenyum hangat. “Aku juga, Claire. Jadi, apa yang membawamu ke kota ini?”

“Kerja. Bosku memutuskan membuka cabang di sini, dan aku langsung mendaftar untuk dipindahkan,” jawab Claire penuh semangat. “Tapi lebih dari itu, aku sangat bersyukur bisa bertemu denganmu disini. Rasanya sudah lama sekali sejak kita terakhir berbicara.”

Percakapan mereka mengalir dengan nostalgia hingga Claire tiba-tiba mencondongkan tubuhnya sedikit. “Ngomong-ngomong, pria yang makan siang bersamamu kemarin...?”

“Oh, Xavier?” Luna terdengar santai. “Dia… temanku, bukankah sudah aku katakan kemarin."

Claire mengangkat alis dengan penuh rasa ingin tahu. “Teman? Hanya teman? Karena dari caranya melihatmu, aku rasa dia lebih dari itu.”

Luna tertawa kecil, “Kau terlalu banyak membaca situasi, Claire. Kami hanya makan siang bersama. Tidak ada yang spesial.”

“Tapi aku harus bilang, dia menarik,” Claire berkata sambil menopang dagu.

"Benarkah?"

Claire hanya mengangguk sambil tersenyum, tetapi jelas ada rasa penasaran di matanya. “Kalau begitu, kau tidak keberatan, kan, kalau aku mencoba mengenalnya?”

Pertanyaan itu membuat Luna terdiam sesaat. Namun, bukannya merasa canggung, ia justru tertarik dengan ide itu. Selama ini, ia tidak pernah melihat Xavier memiliki kekasih atau bahkan dekat dengan wanita mana pun.

“Kenapa tidak?” Luna akhirnya menjawab, senyum kecil terukir di wajahnya. “Aku bisa membantumu. Mungkin ini bisa jadi awal yang baik untuknya.”

“Serius? Kau akan jadi mak comblangku?” Claire nyaris melonjak kegirangan, matanya berbinar-binar.

Luna mengangguk, merasa ide ini mungkin tidak buruk. “Tentu. Aku akan bicara padanya. Tapi kau harus ingat, dia cukup sibuk. Jangan terlalu memaksanya, oke?”

“Terima kasih, Luna! Kau sahabat terbaik!” Claire memeluknya dengan penuh semangat.

*

Xavier melangkah masuk ke rumah sakit, aroma khas disinfektan langsung menyergap inderanya. Di tangannya, ia membawa tablet yang berisi daftar pasien yang harus ia kunjungi hari itu. Jas dokternya berkibar ringan saat ia berjalan dengan langkah cepat dan pasti, seperti biasa.

Beberapa perawat menyapanya dengan senyum ramah, tapi Xavier hanya membalas dengan anggukan kecil. Ia tidak pernah terlalu banyak bicara di tempat kerja. Bagi rekan-rekannya, sikapnya yang dingin itu sudah menjadi bagian dari reputasinya, meskipun di baliknya tersimpan dedikasi tanpa batas untuk pasien-pasiennya.

Saat tiba di ruangannya, ia mendapati dr. Laras, rekan sejawatnya, tengah bersandar di meja dengan wajah cemberut.

“Akhirnya datang juga,” ujar Laras, menyerahkan seberkas file pada Xavier. “Pasien ini ingin bertemu langsung dengan dokter yang menangani operasinya. Aku pikir kau harus meluangkan waktu.”

Xavier membuka file itu dan membaca sekilas. Seorang wanita muda dengan kehamilan berisiko tinggi. Ia mengangguk tanpa berkata banyak, lalu melangkah keluar untuk menemui pasien tersebut.

Di ruang rawat, pasien itu, seorang wanita berusia awal 30-an, menyambutnya dengan wajah gugup. “Dokter Xavier?”

Xavier mengangguk, matanya yang tajam menatap wanita itu dengan tenang. “Iya, saya yang akan menangani operasi Anda. Ada yang ingin Anda tanyakan?”

Wanita itu meremas tangan suaminya yang duduk di samping tempat tidur. “Saya hanya ingin tahu… apa ada kemungkinan bayi kami bisa selamat?”

Xavier duduk di kursi dekat ranjang, ekspresinya tetap tenang namun profesional. “Kemungkinannya ada, tapi tidak besar. Namun, saya dan tim saya akan melakukan yang terbaik. Keputusan akhir ada di tangan Anda, tapi kami membutuhkan persetujuan untuk prosedur ini secepatnya.”

Pasien itu menunduk, air mata mulai menggenang di sudut matanya. Xavier memberinya waktu, tidak tergesa-gesa. Ia tahu, keputusan seperti ini tidak pernah mudah.

Setelah beberapa saat, wanita itu mengangguk pelan. “Kami percaya pada Anda, Dokter.”

Xavier membalas dengan anggukan tegas. “Baik. Saya akan pastikan semuanya siap. Istirahatlah, kami akan segera memulai persiapannya.”

Keluar dari ruang rawat, Xavier menarik napas panjang. Meski ia terlihat tenang di depan pasien, kasus seperti ini selalu menambah beban di pikirannya. Baginya, setiap keputusan medis adalah tanggung jawab yang harus ia pikul dengan serius.

Saat kembali ke ruangannya, Laras menyapanya dengan secangkir kopi di tangan. “Hari yang panjang lagi, ya?”

Xavier hanya tersenyum kecil. “Seperti biasa.”

*

Xavier sedang memeriksa file pasien ketika pintu ruangannya diketuk. Dengan cepat, tanpa menoleh ia mengizinkan tamu masuk tanpa banyak berpikir.

“Silakan masuk,” katanya tanpa mengalihkan pandangan dari file di tangannya.

Pintu terbuka, dan Luna melangkah masuk dengan wajah yang tampak terlalu santai untuk seseorang yang berada di rumah sakit.

“Kau punya waktu sebentar, Dokter Xavier?” katanya dengan nada main-main.

Xavier langsung mendongak, jelas terkejut melihat Luna di ruangannya. “Luna? Apa yang kau lakukan di sini?”

Luna berjalan mendekat dan duduk di kursi pasien di depan mejanya. Ia melipat kaki dengan santai, senyum tipis bermain di wajahnya. “Aku datang sebagai pasienmu, tentu saja.”

Xavier memiringkan kepalanya, ekspresinya datar. “Kau tidak terlihat seperti orang sakit.”

Luna meletakkan tangannya di dada, berpura-pura dramatis. “Kau tidak tahu betapa tersiksanya aku. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, Dokter.”

Xavier mendesah, setengah kesal, setengah penasaran. “Luna, ini bukan tempat untuk lelucon. Apa kau benar-benar membutuhkan sesuatu, atau kau hanya ingin menggangguku?”

Luna tertawa kecil, lalu bersandar di kursi. “Baiklah, baiklah. Aku memang butuh bantuanmu, tapi ini bukan soal kesehatan. Lebih seperti… urusan hati.”

Xavier menatapnya tajam, lalu melipat tangan di dada. “Urusan hati? Kau ingin aku menjadi konsultan asmara sekarang?”

“Bukan untukku,” jawab Luna cepat. “Untuk Claire.”

Nama itu membuat Xavier mengernyit. “Claire?”

Luna mengangguk penuh semangat. “Dia tertarik padamu, dan aku pikir ini kesempatan bagus untukmu. Dia manis, ceria, dan kurasa kalian akan cocok.”

Xavier mendiamkan Luna sejenak, menatapnya dengan ekspresi tak terbaca. “Jadi kau datang ke rumah sakit hanya untuk membicarakan ini?”

“Kenapa tidak?” Luna mengangkat bahu. “Aku ingin memastikan Claire mendapatkan kesempatan mengenalmu lebih baik. Dia gadis yang hebat, Xavier. Kau perlu lebih banyak orang seperti dia di hidupmu.”

Xavier menghela napas panjang, lalu berdiri dan berjalan ke arah jendela. Punggungnya yang tegap tampak kokoh saat ia memandang keluar, pikirannya jelas sedang bekerja.

“Aku menghargai usahamu, Luna,” katanya akhirnya, suaranya rendah. “Tapi aku tidak butuh mak comblang.”

“Kenapa tidak?” Luna bertanya, nadanya kini sedikit lebih serius. “Kau tidak pernah benar-benar mencoba membuka dirimu, Xavier. Aku tahu kau sibuk dengan pekerjaanmu, tapi kau juga butuh seseorang di sisimu.”

Xavier berbalik, menatap Luna dengan sorot mata yang lebih lembut. “Dan kau pikir Claire adalah orangnya?”

“Kenapa tidak memberinya kesempatan? Lagipula, kau bisa mulai dengan makan malam. Tidak ada salahnya mencoba,” desak Luna dengan senyum penuh keyakinan.

Xavier berpikir sejenak, lalu menggeleng pelan. “Aku akan memikirkannya. Tapi aku tidak berjanji apa-apa.”

“Itu sudah cukup,” jawab Luna dengan ceria. Ia bangkit dari kursi dan melangkah menuju pintu. “Aku akan bilang pada Claire bahwa kau setuju.”

Xavier memijat pelipisnya, mencoba menahan tawa kecil. “Aku belum bilang begitu.”

“Tapi aku tahu kau tidak akan mengecewakan kami.” Luna melambai sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan Xavier sendirian dengan pikirannya.

Ketika pintu tertutup, Xavier duduk kembali di kursinya. Di balik sikap dinginnya, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Luna selalu tahu bagaimana membuatnya mempertimbangkan sesuatu yang biasanya ia abaikan.

To Be Continued>>>

1
Moh Zaini Arief
semangat terus kita tunggu selalu upnya
Rahmawati
terima kasih udah crazy up thor
Rahmawati
hmm untung gercep cek cctv
Rahmawati
aduh gmn Luna kena tusuk zora, semoga janinnya gk knpa napa
Rahmawati
semoga zora sadar
Rahmawati
ini zora korban pelecehan ayahnya sendiri ato gimana sih, duhhh jd penasaran
Rahmawati
tetep hati hati lun, takutnya ini jebakan zora
Linda Liddia
crazy up thor..
semangaaattt ya thor
Linda Liddia
Hati2 lu luna tar lu dibunuh sama zora krn lu tau rahasia kelam masa lalunya..Bukannya lu ceritain dulu sm xavier yg ada lu langsung nemuin si zora
徐梦
Ya ampun selalu setia nungguin updatenya😍
Moh Zaini Arief
semoga kedepannya mereka bahagia,dan buat zora bongkar kasusnya sampai selesai thour
Moh Zaini Arief
paling suka tokoh utama yg tidak lemah ,mudah di tindas bahkan kadang di luar nalar seru ayo lanjutka thour aku nanti setiap up mu love se kebon😘😘😘
徐梦
Mantap luna
Aku dukung 🥰
Ni made Wartini
jangan kelamaan updatenya kak🙏
Ni made Wartini
jangan kelamaan update nya kak🙏
Moh Zaini Arief
kok malah kesannya misteri ya ada dg zora
Ni made Wartini
perbanyak update nya kak🙏
Lin Frie
up lg
Ni made Wartini
lanjut, update nya jgn sedikit ya🙏
Rahmawati
hmm penasaran sm masa lalu zora
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!