NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Berbeda

Ketika Istriku Berbeda

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Muhammad Yunus

"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.

Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.

"Mas, tadi..."

Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.

"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."

Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.

Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa dia?

"Lhoo, Bah, tidur Ilyas nya?" Umi Zalianty mencium punggung tangan suaminya.

"Ada Irham datang Umi?" beliau bertanya setelah lebih dulu menidurkan Ilyas di pembaringan.

"Iya, baru sampai langsung cari Dinar, Bi."

Umi Zalianty ikut duduk menghadap suaminya.

"Dinar tidak ada ngomong sesuatu sama Umi?"

"Ngomong apa? Orang Dinar itu persis Abah. Opo-opo di simpen sendiri." tutur Umi Zalianty menyamakan kesamaan ayah dan anak.

"Kayak ada yang nda beres to kalau Abah lihat."

"Cek-cok antara suami istri kan wajar Bah, sebagai proses pembelajaran buat anak-anak." Umi Zalianty nampaknya menyakini hubungan anak dan menantunya baik-baik saja.

"Irham sudah makan ta?" tanya beliau kemudian berdiri dari duduknya.

"Belum Bi, datang-datang langsung celingukan. Yo pantes, rindu istri " kekeh Umi Zalianty sambil merangkul suaminya.

*****

Irham yang tidak bisa membujuk Dinar, berjalan keluar.

Ingin menghirup udara segar.

Bertepatan dengan Pak Kiyai dan Umi Zalianty yang juga sedang menunggunya turun.

"Assalamualaikum, Abah."

"Waalaikumsalam, putraku. Jam berapa sampai Gus?"

Irham dirangkul oleh Pak Kiai.

Di panggil Gus oleh ayah mertuanya membuat Irham minder.

Dia dipanggil Gus tapi bukan keturunan Kiai, hanya seorang santri beruntung yang bisa menikahi Ning Dinar.

Pada konteks yang luas, sebutan gus juga bisa dijadikan lambang keilmuan dan akhlak sosial seseorang, terutama santri. Seseorang yang memiliki kedalaman dan keluasan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan secara umum, serta baik dalam bersosial.

Memang, gelar dan panggilan Gus adalah suatu penghormatan yang sangat luar biasa di mata masyarakat, khususnya Jawa Timur. Gus sangat pantas diberikan kepada orang yang kebetulan dilahirkan dengan darah biru (Keturunan Kiai) yang memiliki karya-karya atau atsar dalam hidupnya.

"Belum lama Abah, bujuk istri biar mau pulang."

"Berhasil?" tanya Pak Kiai yang di jawab Irham dengan gelengan lemah.

"Dereng."

"Suami harus banyak mengalah, kadang -kadang istri tidak bisa terlalu di lembutin, tapi di kasari yang repot? Ya kita ini para lelaki."

"Njih. Bah." Irham menimpali dengan senyum canggung.

"Ayo, kita makan dulu, esok biar Abah bantu ngomong sama Dinar."

Mendengar janji itu hati Irham menghangat. Siapa yang tidak senang mendapatkan bantuan dari Pak Kiai yang sudah pasti omongannya akan selalu di dengar istrinya.

Entah bagaimana perasaan Irham teramat bahagia malam ini. Melihat keluarga yang hangat, membuatnya kian mendamba itu semua. Keluarga yang agamis yang selalu ia dambakan.

Ia menyadari dirinya memang bukan siapa-siapa dibandingkan Keluarga besar istrinya, tapi ia seorang suami seharusnya dilayani, bukan melayani. Entah dari mana datangnya perasaan malas dan tak ikhlas ketika memasak dan membersihkan rumah. Anak baru satu, sudah besar pula. Kenapa Dinar masih belum bisa apa-apa?

Tapi, Mengeluh, justru membuat Dinar pergi, Dinar berubah. Istrinya menghindar, tak seperti biasanya. Mungkin ucapannya keterlaluan karena mengatakan lelah akan pernikahan mereka.

Tapi siapa yang tak Lelah? Ia suami, cari nafkah, pulang ke rumah harus masak dan beres-beres. Hal-hal kecil saja Dinar tidak bisa lakukan. Menyiapkan baju kerjanya misalnya. Kadang dia sudah buru-buru tapi harus menyetrika pakaiannya sendiri.

Usai makan Irham menghampiri Ilyas sejenak, hanya untuk menciumnya melepas rindu. Setelahnya Irham kembali ke kamar Dinar.

Irham merengsek memeluk Dinar membuat sang empu menggeliat.

"Yank...pingin..."

Tubuh Dinar menegang.

"Mas, aku sedang..."

"Aku tahu jadwal tamu bulanan mu, Dinar." Dinar bungkam, ia akui memang segala sesuatunya hanya Irham yang paham. Menstruasinya terjadwal, selalu di tanggal yang sama, makanya waktu hamil Ilyas dulu, Irham langsung mengetahuinya.

Bahkan urusan pembalut saja Irham yang membelinya. Dinar tahu Irham sudah lelah hidup dengannya, dan hanya di rumah ini ia bisa melarikan diri dengan aman.

Malam itu Dinar tetap melayani sebagaimana mestinya. Tapi ia tak menemukan kepuasan seperti biasanya. Ia merasa hambar dengan cara memaksakan kehendaknya pada Dinar.

"Apa kamu tak menyukainya?" Irham menarik resleting celana kemudian duduk menghadap Dinar. "Kamu berbeda, tak seperti biasanya, Dinar?" Irham tak kuasa menahan kekecewaannya.

Dinar menunduk, jelas ia teramat paham. Ia memang menahan diri agar tak hanyut. Ada rasa kecewa juga di hati Dinar sebab Irham tak memperdulikan bagaimana perasaannya, tapi justru memaksakan kehendaknya. Bagaimanapun ia punya hati yang baru saja laki-laki itu lukai.

"Jelas berbeda, Mas. Aku manusia punya hati, setelah kamu tolak bahkan kamu usir bagaimana aku masih bisa bersikap seperti biasanya? Ini.... " Dinar menunjuk dadanya. "tubuh yang memiliki nyawa, bukan seonggok kayu yang tak punya perasaan. Tidak hanya dirimu saja, aku pun sakit karena kamu terlalu memaksakan kehendak mu." Bagai disambar petir di tengah malam Irham menoleh cepat dengan tatapan terluka.

"Maksudmu?"

"Mas sendiri yang enggan menyentuhku, Mas sendiri yang mengatakan lelah membina rumah tangga denganku, dan juga ..." Dinar menahan isak tangis. "Dan, kamu juga bilang menyesal menikahi ku, terus bagaimana bisa aku menjadi Dinar yang sama? Aku ini udah menjadi wanita yang tak diinginkan suaminya...." Dinar menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tubuhnya bergetar, tidak mampu menahan kesedihannya.

Kenapa Irham tidak bisa sedikit saja mengerti dirinya. Antara ia dan Irham sama.

Sama-sama ingin saling mengerti. Tapi semua tidak bisa seperti ingin manusia, ada yang namanya ujian. Dan mereka sedang menghadapinya. Kenapa Irham tidak bisa lebih bersabar?

"Astaghfirullah.....Dinar, apa yang kamu ucapkan?" Irham terkejut bukan main mendengar ungkapan hati Dinar.

"Apa aku salah lagi, Mas?" tanya Dinar dengan air mata yang sudah bercucuran.

"Dinar ... Kamu..."

******

Irham membuka mata, melirik ke samping tempat tidurnya kosong. Dinar sudah tidak ada. Ia segera bangun untuk mandi dan menunaikan ibadah subuh.

Hari ini ia libur kerja, bahasan semalam dengan Dinar membuatnya sadar telah salah besar. Kenapa juga ia harus mengatakan lelah dan menyesal telah menikahi Dinar?

******

Irham keluar setelah tadi sempat mengganti pakaiannya dengan yang lebih santai.

Saat mau pergi ke dapur, ia mendengar suara tawa Dinar.

Dengan siapa Dinar bisa tertawa selepas itu? Karena penasaran, Irham mendekat.

Di ruang megah, tepatnya di ruang tamu Dinar sedang duduk bersebelahan dengan seorang laki-laki yang tak ia kenal.

Sekejap emosinya memuncak.

Bagaimana bisa Dinar bisa cekikikan dengan laki-laki yang bukan mahramnya?

"Khem.." Irham sengaja berdehem untuk menyadarkan Dinar dan si laki-laki itu akan kehadirannya.

"Mas.." Dinar memanggilnya.

Laki-laki di samping Dinar ikut berdiri.

Irham melangkah mendekat. Semakin dekat semakin jelas rupa laki-laki yang mampu membuat istrinya tertawa begitu renyah.

Sungguh, empat tahun usia pernikahan mereka, Irham belum pernah mendengar tawa Dinar yang seperti tadi.

Tampan.

Itu yang mampu Irham sematkan untuk rupa lelaki itu.

Tapi, siapakah dia sebenarnya?

1
kurniasih kurniasih
kok endingnya gini sediih
Lala Al Fadholi
laki bodoh....cari penyakit Mulu buang aja suami tolol kaya gitu mah bikin hidup dinas susah ntar
Kasmawati S. Smaroni
akhirnya ratih di hukum jg,kirain ratih masih bebas dengan sikapnya yg seenaknya
Kasmawati S. Smaroni
hebat si Ratih,Ratih sungguh kuar biasa.bagus ceritanya karena tidak melibatkan hukum negara.jadi ratih dengan bebasnya berbuat sesuka hati.
piah Hasan
nyeramahin org kok iso ya mas irham diri sendiri kok ngono.. guru pesantren lagii ca ca cam
Lusi Seksi
Luar biasa
Murni Syahfutri
setiap pandangan dan penilaian orang berbeda beda ya,,,,,kalau menurutku sih bukan sepenuhnya salah nya ilham,,,,,,suami mana yang gak kesal pulang kerja tengok rumah berantakan,,,,,, jangan anak dijadikan alasan,,,,,,saya juga seorang ibu disaat anak saya tidur ya rumahnya dirapiin,,,,, aku pribadi aja kalau pulang kerja tengok rumah berantakan lelah nya terasa bertambah......dasar dinarnya aja yang orang nya jorok
Nurnazeerah: Murni syahfutri
total 1 replies
Nunung Sutiah
Sad story, dari awal hingga akhir...
yanto parti
Irham kok begok bgt ya JD laki
Jetty Eva
kamu ga tau klo anakmu itu pux kekurangan yg membhat istrimu tak bisa berbuat apa"...kamu saza ga kenal anakmu..gimana km menuntut istri harus sempurna...???
Jamaan Jamaan
Luar biasa
Cucu sulaelah
ceritanya terlalu banyak kecelakaan
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
fuhhh!!!! aku tersakiti Thor...
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
wehh!!!! stress aku baca NIH... bingai
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
dinar!!!! baik sangat
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
ehhh tipu!!!!!
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
fuhhhh!!!! sakit bang
vi
aq jadi sedih yaaa
guntur 1609
lah piye iki ceritanya
guntur 1609
tu akibat ke egoisanmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!