Wajib membaca novel sebelumnya "Suami pengganti (menikah dengan calon kakak ipar).
Karena Kejadian yang tak terduga membuat Rahma harus menerima kenyataan pahit di benci oleh calon suaminya sendiri.
Demi kesehatan sang ayah pria bernama Riko harus tetap menikahi seorang gadis yang di jodohkan oleh ayahnya, meski kenyataannya sehari sebelum pernikahan dirinya memergoki gadis itu di sebuah hotel bersama seorang pria yang tak lain adalah adik sepupunya sendiri.
Akankah Rahma mampu membuktikan kepada Riko jika dirinya tak seburuk pemikiran Riko?? akankah Rahma bisa membuktikan jika dirinya hanyalah korban fitnah keji seseorang???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengharapkan momongan.
Tidak ingin membuang waktu, Rahma sebagai perwakilan PKM terlihat memperkenalkan Tim dokter dari rumah sakit kepada warga. Sebelum kemudian mempersilahkan kepada salah satu dokter yang menjadi ketua dalam tim tersebut untuk menyampaikan beberapa penyampaian penting tentang kesehatan pada para pekerja.
Para pekerja terlihat menyimak pemaparan yang di berikan dengan baik, hingga masuk ke sesi tanya jawab perihal kesehatan.
Mengingat pekerja cukup banyak sehingga sesi tanya jawab berlangsung cukup lama. Dan di akhir sesi tanya jawab terdengar celetukan dari salah seorang pekerja.
"Boleh bertanya sesuatu terkhusus untuk Bu dokter cantik nggak ??." celetuk salah seorang pekerja yang mendapat sorakan pekerja lainnya.
"Huuuuuuu." sorakan para pekerja lainnya yang di sertai dengan tawa terdengar menggema seisi gedung.
Sedangkan tim dokter termasuk Rahma dan dokter Asrul nampak tersenyum serta bertanya tanya tentang siapa dokter cantik yang di maksud salah satu pekerja tersebut karena ada beberapa dokter wanita yang bersama mereka saat ini.
Melihat kebingungan di wajah para dokter, Riko pun menengahi dengan mengambil alih untuk bertanya pada pria itu tentang dokter yang di maksud.
"Memangnya siapa dokter cantik yang anda maksud??." Tanya Riko memecah kebingungan.
"Tentu saja Bu dokter yang duduk di sebelah kiri anda tuan." celetuk pria itu apa adanya.
Bukan hanya Riko yang terkejut tapi Rahma pun begitu.
Mengerti jika yang di maksud pria berusia sekitar dua puluh lima tahun tersebut adalah dirinya, Rahma pun segera berdiri dari duduknya sebagai rasa hormat.
"Memangnya apa yang ingin anda tanyakan??" Ucap Rahma dengan nada ramahnya.
"apa anda sudah menikah Bu dokter?? Kalau belum bolehkan saya mendaftar menjadi kandidat??." pertanyaan nyeletuk dari pria itu sontak mengundang tawa dari semua yang berada di ruangan tersebut, kecuali Riko. Pria itu tetap memasang wajah datarnya.
Sedangkan Gita sendiri hanya menarik sudut bibirnya ke samping hingga menciptakan sebuah senyum tipis, sebelum kemudian menjawab rasa penasaran dari pria itu.
"Tetapi sepertinya kesempatan itu sudah tak lagi terbuka karena kenyataannya saya sudah menikah." jawab Rahma seraya mengangkat tangannya ke udara guna memperlihatkan sebuah cincin kawin yang tersemat di jari manisnya.
Dan spontan jawaban Rahma membuat Riko spontan menoleh padanya untuk beberapa saat. Meskipun cukup terkejut dengan pengakuan Rahma namun Riko tidak memperlihatkan keterkejutan di wajahnya, sebab pria itu masih stay menampilkan wajah datarnya.
Pengakuan Rahma sekaligus memupuskan harapan Dr Asrul untuk mendapatkan pujaan hatinya. Namun begitu, pria itu belum sepenuhnya yakin dengan pengakuan Rahma, ia berpikir Rahma hanya sedang beralasan semata.
"Jika anda sudah menikah, Apakah anda sudah mempunyai seorang anak Bu dokter??." celetuk pekerja lainnya yang sebenarnya begitu penasaran dengan sosok dokter cantik yang terkenal dengan sosoknya yang ramah tersebut.
"Saya baru saja menikah tiga bulan yang lalu dan sampai saat ini saya belum memiliki seorang anak. Doakan saja biar pernikahan saya dan suami secepatnya di berikan karunia seorang anak." lanjut jawab Rahma dan di akhir katanya terlihat harapan besar di wajah wanita itu.
"Aamiin." terdengar seisi ruangan mengamininya dan Rahma pun merasa terharu mendengarnya.
"Terima kasih." ucap Rahma tulus sebelum kemudian menoleh ke arah suaminya yang kebetulan juga tengah menoleh ke arahnya dengan tatapan tak terbaca sehingga tatapan keduanya pun bertemu.
Setelah semua materi penyuluhan serta sesi tanya jawab selesai para tim dokter yang di temani oleh Rahma dan dr Asrul pun pamit kembali ke PKM pada warga yang bekerja pada proyek serta Riko selaku bos di sana.
**
Waktu telah menunjukkan pukul dua siang dan Rahma pun bersiap pulang. Saat bersiap tiba tiba ponselnya bergetar tanda notifikasi pesan masuk ke aplikasi hijau miliknya.
"Saya tunggu di depan." Rahma membaca dalam hati pesan yang berasal dari nomor yang tersimpan atas nama my husband di ponselnya.
Usai membaca pesan tersebut spontan Rahma menatap ke luar melalui jendela kaca dan benar saja mobil suaminya telah terparkir di depan.
Selesai bersiap Rahma pun segera berjalan keluar meninggalkan PKM menuju mobil Riko berada.
"Apa mas sudah lama menunggu???" tanya Rahma saat baru saja masuk ke mobil Riko.
"Baru saja." jawab Riko apa adanya sebelum kembali menghidupkan mesin mobilnya dan mulai menginjak pedal gas secara perlahan.
"Apa maksud ucapanmu tadi???" lima belas menit perjalanan barulah Riko bertanya sehingga keheningan di antara keduanya terpecahkan.
"Ucapan yang mana??." tanya Rahma berpura pura tidak mengerti dengan maksud Riko.
"Jangan berpura pura bodoh, kau tahu betul ucapan mana yang saya maksud." ujar Riko menohok sehingga membuat Rahma menghela napas dalam.
"Lalu di mana salahnya?? Bukankah wajar seorang wanita bersuami mengharapkan kehadiran seorang anak di dalam pernikahannya." jawab Rahma seadanya.
"Jangan mengharapkan sesuatu yang mustahil, kau jangan sampai melupakannya, bahwa kita telah sepakat akan berpisah setelah setahun pernikahan." ucapan Riko membuat Rahma tak kehabisan akal untuk menjawabnya.
"Dan mas juga harus ingat, sebelum saat itu tiba aku berhak merebut hati suamiku. jawaban Rahma mampu membuat Riko menoleh cukup lama ke arahnya. pria itu menatapnya dengan tatapan tak terbaca namun itu tidak membuat Rahma gentar dan membatalkan niatnya untuk merebut hati suaminya itu.
"Terserah... lakukan apa yang ingin kau lakukan, tapi jangan salahkan aku jika semua usahamu akan sia sia!!!." jawab Riko yang tidak ingin melanjutkan perdebatan di antara keduanya.
"Mas, boleh nggak kita mampir sebentar untuk membeli manisan yang ada di tepi jalan sana??." pinta Rahma dengan wajah inginnya.
Meski tak menjawabnya namun Riko menepikan mobilnya di tepi jalan yang di maksud Rahma.
"Makasih ya mas." ucap Rahma sebelum turun dari mobil dan di ikuti oleh Riko di belakangnya sebab gerobak mamang penjual manisan berada di seberang jalan.
Rahma yang tidak menyadari jika Riko mengikuti langkahnya cukup terkejut saat seseorang menggenggam tangannya ketika kesulitan untuk menyebrang jalan. Saking terkejutnya Rahma sampai menepis tangan Riko, kalau saja genggaman tangan Riko tak cukup kuat mungkin tangan pria itu pasti sudah terhempas begitu saja.
"Maaf mas, aku pikir siapa tadi." ujar Rahma saat menyadari jika tangan kekar tersebut ternyata milik suaminya.
Riko tak menjawab, pria itu justru sibuk memandang ke kanan dan ke kiri untuk memastikan jika tak ada lagi kendaraan yang melintas.
"Apa kau akan berdiri di sini sampai besok pagi??." cetus Riko dengan wajah datarnya saat menyaksikan Rahma belum juga melakukan pergerakan melainkan terus menatapnya. Sebuah tatapan kagum terlihat jelas di mata Rahma saat menatap sang suami.
"Haaaahhh???".wajah Rahma nampak bengong saat Riko mengiring langkahnya untuk menyebrangi jalan.
"Oh Astaga...apa tadi mas Riko sadar ya kalau sejak tadi aku terus menatapnya??." dalam hati Rahma jadi malu sendiri.
"Sudahlah...kenapa harus di pikirkan diakan suamiku apa salahnya kalau aku menatapnya." dalam hati Rahma mencoba membenarkan sikapnya.