Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 Syok
Seluruh keluarga Adam sudah berada di kediaman Reina dan Hendri. Begitu juga keluarga dari Amira. Seluruh keluarga tentu tidak ingin melewatkan hari yang begitu spesial ini. Kabar kebahagiaan Divya memang sudah di tunggu-tunggu seluruh keluarga besar. Bahkan nanti, saat acara lamaran, Adam sudah siap untuk melakukan sambungan video call dengan keluarga yang ada di Jakarta. Agar bisa ikut menyaksikan malam ini.
Sedangkan sejak tadi, Queen terus menemani Divya di dalam kamar. Memperhatikan Kakaknya yang sedang merias wajahnya. Wajah Queen bahkan sangat bahagia. Senyumnya terus terpancar penuh kekaguman kala menatap Divya.
"Kakak cantik sekali," puji Queen sambil mengacungkan kedua jempol tangannnya.
"Queen juga cantik."
"Dari dulu juga Queen memang cantik," pujinya pada diri sendiri. "Calon Kakak ipar pasti akan terpesona melihat Kakak malam ini. Sumpah, Queen penasaran. Lelaki seperti apa yang bisa meluluhkan hati Kakaknya Queen ini."
Divya tersenyum samar. Ia mengusap tangan Queen yang melingkar di lehernya. "Nanti juga kamu tahu."
*
"Itu ada suara mobil memasuki halaman rumah," ucap Reina yang sudah sangat semangat. Reina, Hendri, dan Adam langsung beranjak untuk menyambut di depan rumah, kedatangan tamu yang telah mereka tunggu.
Siapa yang bisa menduga, senyum yang sejak tadi terpancar di wajah Reina langsung luruh karena melihat keluarga Arjuno keluar dari dalam mobil.
"Pak Arjuno," gumam Hendri dan Adam secara bersamaan.
"Mas, Om. Kenapa mereka datang ke sini?" tanya Reina yang masih belum bisa menduga. Padahal saat ini Reina sudah bisa memperkirakan kalau keluarga Arjuno lah tamu yang sejak tadi mereka tunggu-tunggu. Semuanya semakin jelas dengan beberapa orang yang keluar dari mobil satunya dan mengeluarkan beberapa barang bawaan.
"Assalamualaikum ..." Salam seluruh keluarga Arjuno dan beberapa orang yang ikut mengiring.
"Waalaikum salam," ucap ketiga orang yang menyambut ke datangan tamu mereka.
"Mari, silahkan masuk," ucap Hendri ramah.
"Tunggu dulu, Mas," ucap Reina untuk memperjelas semuanya. "Maaf Bapak Arjuno dan Bu Tisya. Kenapa Queen tidak bicara sama kami kalau keluarga Pak Arjuno akan datang ke rumah kami?" tanya Reina untuk memastikan.
Sebenarnya Reina sudah bisa menebak, kalau mungkin tebakannya benar. Tapi bisa juga sepenuhnya salah. Karena selama ini yang Reina pikirkan bahwa Safir dan Queen memiliki kedekatan secara khusus.
Mendengar nama Queen, hati Zantisya rasanya kembali seperti di aduk-aduk. Tidak mengerti lagi Zantisya dengan perasaannya selama beberapa hari ini. Selama ini, Zantisya hanya berkhayal kalau suatu saat nanti Queen benar-benar akan menjadi menantunya. Tapi semua perkiraannya melenceng jauh.
"Bukankah anak yang akan kami lamar sudah mengatakan pada Bu Reina dan Pak Hendri kalau kami akan datang?" ucapan Zantisya membuat sayu kedua mata Reina. Kejuatan apa ini? Semuanya sungguh mengagetkan.
"Safir. Bukankah selama ini kamu dan Queen memiliki hubungan spesial?" tuntut Reina yang kini sedang meminta kejelasan.
"Maaf Tante, Om," secara bergantian, Safir menatap Reina, Hendri, dan juga Adam. "Safir dan Queen selama ini bersahabat. Selain itu, kami juga bekerja sama mengurus usaha Safir. Tidak lebih ke arah yang pribadi. Maaf jika Safir tidak sopan, Safir membawa kedua orang tua Safir untuk melamarkan Divya. Safir sudah membuat janji sejak lama padanya."
Sungguh, Safir tidak mengerti kenapa bukan hanya orang tuanya saja yang berfikir kalau dirinya dan Queen memiliki hubungan spesial. Tapi Reina juga berfikir demikian. Safir pikir, selama ini hubungannya dengan Queen memang murni bersahabat tanpa melibatkan perasaan. Tapi ternyata sudah membuat banyak orang salah paham.
Reina menghela nafasnya pelan saat merasakan tangan Hendri mengusap punggungnya. Tapi hati Reina benar-benar belum sepenuhnya meyakini tentang hal ini.
"Mari silhkan masuk," ucap Reina pelan. Pikirannya benar-benar kacau saat ini.
"Terima kasih," ucap Arjuno dan Zantisya bersamaan.
Sebagai seorang perempuan. Sebagai seorang Ibu. Tentu Zantisya bisa merasakan apa yang Reina rasakan saat ini. Zantisya memaklumi kalau saat ini Reina nampak syok dengan semua ini. Tapi apa boleh buat, jika takdir memang berjalan tidak sesuai perkiraan.
Seluruh barang bawaan sudah di berikan pada pihak keluarga Hendri dan Reina. Semua orang juga sudah duduk memenuhi ruangan tamu. Sekalipun lesehan, tapi perkumpulan keluarga ini terasa begitu hangat.
"Maaf Ibu Tisya, Pak Arjuno. Sebelum kita semua pada pembahasan tujuan acara malam ini, biarkan saya meluruskan sesuatu terlebih dahulu."
"Silahkan, Ibu," ucap Arjuno.
"Mbak, tolong panggil Divya dan Queen untuk segera ke sini," perintah Reina pada salah satu Art-nya."
"Baik Bu."
demo rumah emak guys