Keyra Alzein terpaksa mengubah penampilannya menjadi cupu, merelakan diri menjadi bahan bully-an di SMA Dirgantara demi misi kebebasan dan kejanggalan kematian saudara kembarnya yang bunuh diri satu tahun yang lalu.
Namun, siapa sangka ia malah jatuh cinta pada sosok Ketos seperti Devano.
Disaat Keyra yakin akan perasaannya, satu kenyataan pahit mengusik dimana ia tahu bahwa Devano adalah cinta pertama Arin.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Kecurigaan Devano
Pagi-pagi sekali Keyra terbangun, hari ini ia harus masuk sekolah setelah berhari-hari tak masuk.
"Akhirnya..." Keyra tersenyum puas, ia memakai kacamata kemudian keluar kamar, berjalan pelan menuruni tangga.
Dan sepagi apapun Keyra bangun, selalu kalah sama dua jagoan favoritnya yakni Papa dan abang ganteng Satria. Mereka bahkan dengan kompak menata makanan di meja, membantu bibi menyiapkan sarapan.
"Pagi, Key! Sarapa dulu baru Abang anter!" ujar Satria.
"Hah? Jadi kamu nyempetin anter Keyra dulu, Bang?" tanya Bram.
"Hm, biar seneng dia dianterin cowok ganteng hahah..." Satria terkekeh pelan.
"Ish abang!" desis Keyra akan tetapi bibirnya tersenyum. Menarik kursi disisi kanan Bram kemudian duduk.
Selesai sarapan, Satria dan Keyra pun pamit.
"Ayo naik?"
Keyra mengangguk kemudian naik ke boncengan Satria.
"Naik motor?" tanya Bram.
"Iya, Pa! Biar gak kena macet," jawab Satria.
"Yaudah, hati-hati kalian! Jangan ngebut," pesan Bram.
"Siap Papa boss," jawab Keyra.
Sementara Satria mengantar Keyra, Bram berangkat ke kantornya. Bukan kantor perusahaan, melainkan kantor pengiriman jasa paket yang menjadi usahanya sekarang. Aset-aset peninggalan Zahira pun masih terkelola apik termasuk yayasan yang saat ini menjadi tempat sekolah Keyra.
***
"Dek, abang gak bisa jemput! Maaf ingkar, soalnya..."
"Gak apa-apa, bang! Kan udah dianter ini!" Keyra tersenyum senang, sadar diri mungkin abangnya punya banyak kesibukan dan ia harus pintar-pintar membagi waktu sebelum balik ke Jogja.
"Hee, iya! Maafin abang, ya!"
Keyra menyodorkan helmnya, Satria menatap adiknya lekat lalu merapikan rambut Keyra yang berantakan setelah lepas helm.
"Sekolah yang bener, ini kenapa jadi pake kacamata sih! Ngalangin pemandangan," ujar Satria tersenyum simpul.
Keyra hanya terkekeh, "Key tuh lagi jalanin misi rahasia Abang Sat!"
"Dasar kamu ya! Kok bener-bener nih nama abang kalau dipanggil berasa dipisuhi," kelakar Satria.
"Hahahaha." Keyra tak kuasa tergelak.
Sebelum pergi, ia sempat mengacak gemas rambut Keyra kemudian merapikannya.
Hingga sorot mata setajam elang menatap tak percaya interaksi itu.
Namun, Devano tak bisa melihat jelas siapa laki-laki yang sedang bersama Keyra. Mendadak hatinya bergemuruh tak sabar.
"Darimana lo tiga hari nggak masuk?" tanya sengit Devano, setengah berlari ia menyamai langkah Keyra memasuki gerbang sekolah.
Keyra menghentikan langkah mendengar suara tak asing di telinga, ia menoleh dan mendapati Devano ikut berhenti dan menatapnya datar.
"Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" Keyra menaik turunkan alisnya menatap Devano menirukan nada yang sedang viral di toktik ketika ditanya.
Laki-laki itu gelagapan langsung, "ya sebagai Ketua OSIS, gue berhak tau dong! Kalau lo sengaja bolos, gue udah siapin hukuman yang pas."
"Dan sebagai Ketua OSIS, ada baiknya lo cari tahu dulu sebelum kasih hukuman! Gue gak bolos," tegas Keyra kemudian meninggalkan Devano.
Keyra berjalan cepat menuju kelas, sementara Devano membuntuti layaknya cowok yang ditinggal kekasihnya.
"Cupu!"
"Apaan sih?" Keyra berkacak pinggang lagi-lagi Devano menghentikan langkahnya.
Tiba-tiba gerakan tangan Devano telulur untuk menempelkan punggung tangannya didahi Keyra.
"Gak panas, lo gak mungkin sakit kan?"
"Gue sakit! Sakit hati," sengit Keyra kembali meninggalkan Devano.
"Ish apaan sih gue, gak jelas banget perduli sama dia!" rutuk Devano.
"Hayooooo..." Duo weka weka muncul dengan suara hebohnya.
"Jadi si cupu yang bakal gantiin posisi Arin?" tanya Aldo seperti sedang meminta penjelasan rekam jejak Devano dan Keyra barusan.
"Ngaco, lo."
Devano berlalu, akan tetapi hal itu tak membuat Aldo dan Leon menyerah.
"Kalau diliat-liat, kok cupu rada mirip sama mantan lo ya?" tanya Leon, sambil mikir.
"Beda jauh kali, Arin gue yang paling kalem."
"Bukan itu, tapi wajah mereka sekilas mirip. Tapi masih bingung gue mirip apanya?" Leon masih berusaha berfikir.
Maklum saja Arin dan Keyra bukan kembar identik, Arin sangat mirip dengan Zahira sementara wajah Keyra terkontaminasi wajahnya Bram.
"'Ngaco!" ketus Devano, ia mengabaikan dua temannya dan masuk ke dalam kelas terlebih bell tanda masuk berbunyi.
Guru pengajar bahasa pun masuk meminta murid-murid untuk mengerjakan tugas.
"Devano!" panggil Bu Guru.
"Ya, siap Bu!"
"Tolong ibu minta data lengkap murid, kamu minta sama Pak Rayyan sekarang, ya?"
"Baik, siap Bu!"
Devano keluar kelas menuju ruang guru menemui Pak Rayyan. Tak berselang lama ia pun sudah mendapatkan absensi sekaligus data lengkap kelasnya.
Deg.
Jantungnya berdegup kencang kala dengan isengnya membuka data si cupu.
"Kok bisa?" pikir Devano.
"Kok bisa sama? Marganya juga," batin Devano. Menutup kembali buku itu dan membawanya ke kelas dengan perasaan berkecamuk.
"Kok bisa sih, Keyra dan Arin bermarga sama! Mana tanggal lahir bisa sama."
Batin Devano bergelut, ia sampai tak konsen mengikuti pelajaran bahasa. Pandangannya tertuju pada punggung Keyra yang sedang fokus mengikuti pelajaran.
"Apaan sih?" Keyra menatap sengit saat Devano kembali menusuk-nusuk punggungnya dengan bolpoin.
Lalu tiba-tiba ingatan Devano menerawang saat ia ke club bersama Emily, "ck! Arin gue gak sebar-bar itu!" Gumam Devano meyakinkan diri.
Kesalahan terbesarnya adalah, tidak benar-benar memastikan apakah yang meninggal itu Arin kekasihnya atau bukan. Ia tahu terlambat bahkan satu hari setelah Arin meninggal saat Pak Reyhan mengabarkan salah satu siswi di kelasnya tutup usia dengan cara mengenaskan.
"Arghhh..." Erang kesal Devano tiba-tiba hingga memancing yang lain menoleh ke arahnya termasuk Keyra.
Aldo langsung mengusap-usap bahu sahabatnya itu.
***
"Lo kenapa? Gak biasanya sampe teriak di kelas?" tanya Aldo.
"Gue inget Arin."
"Arin lagi, Arin lagi! Dev, Arin itu udah gak ada dan lo wajib move on."
"Gue gak bisa!" tegas Devano.
"Ck! Kita ke kelas Leon dulu," ujar Aldo.
Aldo menghampiri Leon, sementara Devano memilih menunggu di koridor. Ia malas bertemu dengan Moza dan gengnya. Namun, pandangan Devano tertuju pada tiga gadis itu yang kini tengah membuntuti Keyra ke kantin.
"Hallo cupu! Kirain udah nyerah sekolah disini, gak taunya..." Moza bersedekap dada.
"Kalian semua gak kapok keluar masuk BK karena ngurusin hidup gue?" Keyra melepas kacamatanya, bahkan melemparnya tepat mengenai wajah Moza.
Dina dan Andin langsung pasang badan di samping sahabatnya.
"Nyali lo cukup diacungi jempol juga ya, hm! Gue jadi penasaran, lo beneran cupu atau pura-pura jadi cupu!"
"Apa masalahnya buat lo, heh? Mau gue pake kacamata, dikepang dua itu bukan urusan lo semua, ngerti!"
"Wih galaknya, hahahaha! Santuy elah, kita main-main dikit boleh kan!" Andin tersenyum sinis, selangkah lebih maju mendekat ke arah Keyra. Tanpa aba-aba menginjak kaki Keyra. Namun, gerakan tangan Keyra tak kalah cepat, ia mendorong Andin hingga terduduk di lantai koridor.
"Sialan lo!" erang Andin kesakitan.
Dina maju mendorong Keyra, akan tetapi tenaganya tak cukup kuat. Keyra mencengkram krah seragam Dina.
"Kalau berani, satu lawan satu. Jangan keroyokan, cemen!" menghempas Dina, Keyra menatap sengit ke arah Moza.
"Oke, pulang sekolah gue tunggu di belakang sekolah!" celetuk Moza, ia mengajak dua temannya menyingkir membiarkan Keyra tenang sesaat.
Dari jauh, Devano memperhatikan Keyra. Bagaimana gadis itu berusaha melawan Moza dan teman-temannya.
"Cie yang udah berani sekarang! Tapi gue salut sih, lo mau lawan Moza. Orang kaya mereka emang harus dilawan," ujar Devano kali ini dengan senyum.
Keyra tertegun beberapa saat, lalu meringis.
"Gue capek jadi bahan bully-an mereka terus! Sesekali boleh lah melawan, kan gak mungkin juga gue pasrah. Gak bakalan ada yang nolong kalau muka gue bonyok sama ulah mereka."
Keyra berlalu ke kantin sementara Devano hanya menatap tak percaya mendengar sifat Keyra hari ini terlihat lebih tangguh dan bar-bar dari biasanya.
manissss bangeeeet 😘😘😘😘
terima kasih ka
maaf ya ka mimah aku banyak nuntut.abis suka bgt sama sama devano dan keyra.pokoknya novel2 ka mimah keren2 semua 👍👍👍👍👍
Key ngmbeknya jangn lama2 keburu Devano di gondol yg lain😁😁🤣
seperti temen ku yang kembar. ya begitu sikap dan sifatnya. 🤭🤭🤭
kalau ngambek suka ngilang ya, 😁😁😁
CATAT ITU!!!!!!