Sosok gadis manja dan ceria berubah menjadi gadis yang bersikap sangat dingin saat ayah yang begitu dia sayangi menyakiti hati ibunda tercinta. Ara menjadi gadis yang dewasa, bertanggung jawab pada keluarga dan sangat menyayangi keluarganya. Itu sebabnya Ara berusaha melakukan apapun untuk membahagiakan ibu dan kedua adiknya, termasuk menjadi wanita simpanan dari seorang bule tajir.
Seorang Bule yang Ara sendiri tidak tahu siapa namanya, karena yang Ara tahu hanya nama panggilan pria itu, yaitu Al.
"Jangan tanya namaku! Dan jangan mencoba mencari tahu siapa aku! Hubungan antara kita hanya sebatas ranjang, selebihnya aku tidak mengenalmu dan kau tidak mengenalku."
Ucapan bule tajir itu saat dulu membuat kesepakatan dengan Ara, menjadi hal yang selalu Ara ingat untuk membentengi hatinya.
Bagaimana kelanjutan kisah Ara?
Masukan buku ini ke rak baca kalian, ikuti ceritanya dan dukung selalu authornya. Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Fi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bule 6
Pukul satu siang, Ara pamitan kepada lima pegawainya untuk pulang terlebih dahulu karena akan menjemput si kembar juga untuk mempersiapkan nanti malam.
Malam yang ditunggu-tunggu oleh orang yang mengirimi dia chat, serta malam yang terasa simalakama bagi Ara. Antara nikmat sesaat akan dia dapat, atau laknat melarat suatu saat kelak, jika dia belum sempat bertaubat.
"Kak, aku mau ice cream," pinta Khansa ketika mobil Ara sudah mematung di depan gerbang sekolahnya.
Ara mengangguk kemudian membuka pintu mobil untuk si kembar, Ara memang sangat memanjakan kedua adiknya, dia tak mau Khansa dan Keisha merasakan bagaimana sakitnya dia ketika masih remaja seperti mereka. Yang mana ditinggal Ayah, dicampakkan, serta dipaksa dewasa oleh keadaan yang menyakitkan. Ara merasa bersyukur, karena kedua adiknya tidak mengetahui dan saat itu tidak mengerti apa yang telah terjadi pada mereka, sehingga kedua adiknya tidak hidup sepertinya yang diselimuti oleh luka dan kesedihan.
"Aku mau ice cream yang deket mall itu!" celoteh Khansa yang lebih cerewet dibanding Keisha yang sedikit pendiam itu.
Ara merasa Khansa ialah duplikat dirinya ketika kecil, yakni manja dan cerewet. Sementara Keisha ialah dirinya setelah dewasa, yakni banyak diam.
"Kamu mau rasa apa, Kei?" tanya Khansa setelah mereka sampai di toko ice cream.
"Apa aja," jawab Kesiha, dirinya fokus membaca buku yang sedari tadi menjadi temannya di dalam mobil. Keisha memang suka membaca, di rumah dia banyak mengoleksi buku bacaan. Berbeda dengan Khansa yang lebih suka berbicara ketimbang membaca.
Khansa dan Ara turun dari dalam mobil, dan masuk ke dalam toko ice cream.
TING!
Notifikasi ponsel milik Ara berbunyi. Kesiha tak peduli, dia masih sibuk membaca.
TING!
Kembali berbunyi.
TING!
Untuk ketiga kalinya kembali berbunyi. Alhasil karena merasa terganggu, Keisha mengambil ponsel Ara dan berniat akan memberikannya kepada kakaknya itu, siapa tahu ada yang penting.
"Al?" ucap Keisha ketika melihat nama orang yang mengirim chat itu.
Penasaran memenuhi rongga kepalanya, Keisha mengklik chat-nya. Bersamaan dengan itu, Ara masuk ke dalam mobil dan kaget luar biasa ketika adiknya hendak membuka chat dirinya dengan nama kontak "Al".
"Keisha!" Suara teriakan Ara terdengar.
Keisha kaget hingga dia terperanjat. "Kakak! Aku kira siapa, ini ada chat, tapi belum aku buka karena HP Kakak terkunci," ujarnya membuat Ara bisa kembali bernapas dengan lega.
"Sepertinya dari teman Kakak," lanjut Keisha kemudian menerima ice cream yang Khansa berikan.
Ara membuka chat dari Al setelah dia keluar dari mobil sebentar, dia takut dilihat kedua adiknya jika membuka chat di dalam mobil.
"Aku tidak sabar! Aku merindukan setiap hal dari dirimu."
"Jangan telat satu menit pun! Ingat aku tidak suka menunggu. Aku akan membuatmu tidak bisa turun dari ranjang jika berani terlambat atau membuatku menunggu."
"Aku mengerti," ucap Ara tanpa mengirimkan balasan untuk Al.
Ara baru saja akan menyimpan kembali ponselnya, tetapi lagi-lagi ponselnya berdering.
"Kenapa kamu tidak membalas pesanku? Ingat apa yang aku katakan, aku tidak suka diabaikan. Tidak ada orang yang boleh mengabaikanku, siapapun itu terutama kamu."
Ara masih saja diam membaca pesan dari Al, pria itu selalu mengatakan hal yang sama seprti itu, tetapi dulu pria itu juga nyaris mencekiknya serta mengeluarkan kalimat-kalimat yang begitu menghina Ara saat Ara menyapanya ketika mereka bertemu di luar. Entah seperti apa sebenarnya jalan pikiran pria itu, Ara tidak dapat bertanya, tidak bisa meminta penjelasan, hanya bisa patuh sebagai boneka ranjangnya.
Satu pesan kembali masuk dari Al. Ara yang masih menatap ponselnya langsung membaca pesan tersebut.
"Hampir satu bulan kita tidak bertemu. Aku sangat merindukan milikmu, apa kamu tidak merindukan milikku? Dia sangat merindukanmu dan ingin tenggelam di dalam dirimu. Nanti malam—"
Ara tidak mau melanjutkan membaca chat yang begitu panjang dari Al, yang isinya hanya akan membahas hal-hal k
intim. Ara menyentuh dadanya saat jantungnya berdetak semakin kencang. Ara sebetulnya tidak ingin melakukannya, tapi dia sudah terlanjur jatuh ke lembah maksiat. Kecanduan dan keterpaksaan membuatnya kesulitan untuk keluar. Itulah mengapa pentingnya menjaga diri dan menguatkan iman, karena setelah terjerumus ke dalam lembah tercela, maka untuk kembali suci tidak semudah yang dibayangkan. Nafsu dan syahwat akan terus memuncak sehingga niat baik kembali mudah goyah.
Sampai kapan aku harus hidup seperti ini? Ini semua benar-benar membuat hidupku dipenuhi rasa bersalah. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mengakhiri semua ini? Apa dia mau menghentikan semua ini? Aku akan coba membahas semua ini dengannya. Mungkin sudah saatnya aku berhenti. Ucap Ara dalam hati.