(Bukan) Sang Pengganti

Tak tahan mendengar bisik bisik tetangga nya, Elnaz berlari masuk ke dalam rumah nya dan ia langsung menuju kamar nya. Betapa terkejutnya Elnaz saat melihat Arfan sudah di sana dan saat ini sedang memasukan barang barang Elnaz ke dalam koper.

Arfan juga terkejut dengan kedatangan Elnaz yg berlari, dan saat mendongak ia mendapati wajah Elnaz yg banjir akan air mata. Hati Arfan sakit melihat adik kecil nya menangis, ia sudah melangkah hendak merengkuh adik kecil nya namun baru satu langkah ia kembali mundur.

Tanpa berbicara, Arfan kembali memasukkan barang barang Elnaz kedalam koper bahkan termasuk dalaman Elnaz. Elnaz pun hanya diam dalam sesegukan nya, ia menatap Arfan dengan tatapan penuh kemarahan dan kebencian.

Semua ini salah Arfan, yg melampiaskan kemarahan dan kekecewaan nya pada Elnaz padahal Elsa lah yg salah. Begitulah fikir Elnaz, dulu ia sangat memuja kakak nya, menganggap nya super hero nya, tapi sekarang ia tak lebih dari pria yg sudah menghancurkan hidup Elnaz.

Setelah memasukkan beberapa barang Elnaz ke dalam koper, sekali lagi, tanpa berbicara Arfan menarik tangan Elnaz keluar dari kamar itu. Elnaz berusaha melepaskan tangan Arfan dari nya namun Arfan begitu erat memegang tangan nya.

Di luar, Arfan bertemu dengan kedua orang tua Elnaz dan nenek Elnaz.

"Kamu mau membawa Elnaz kemana?" tanya sang nenek.

"Pulang kerumah suami nya" jawab Arfan dingin dan ia pun setengah menyeret Elnaz keluar dari rumah itu.

Hanya butuh waktu dua menit sampai di rumah Arfan, dan Arfan langsung membawa ke kamar nya. Meletakkan koper nya di sana, dan Elnaz melihat tas yg ia pakai tadi malam sudah ada di ranjang Arfan.

Sekali lagi, Arfan masih tak bersuara dan ia malah meninggalkan Elnaz di kamarnya.

Elnaz jatuh terkulai lemas ke lantai dan ia menangis. Apa sebegitu rendah nya diri nya sampai semua orang memperlakukan nya seperti itu? Seolah Elnaz adalah barang tak berharga sedikitpun.

Arfan kembali masuk ke kamar nya, mendapati Elnaz yg terkulai lemas di lantai dan menangis sesegukan membuat hati nya sakit. Ia tidak tega, ia merasa bersalah. Tapi... Arfan malu, ia malu berbicara dengan Elnaz, ia malu menatap mata Elnaz, ia malu berhadapan dengan Elnaz.

Arfan telah menikahi adiknya sendiri, adik kecilnya.

Arfan duduk di tepi ranjang dan ia juga menunduk dalam, mendengar isak tangis Elnaz membuat hati nya begitu sesak. Biasanya, jika Elnaz menangis maka Arfan akan jadi orang pertama yg memeluk nya, menghapus air matanya, memenangkan nya, menghibur nya. Dan sekarang, ia adalah alasan di balik air mata itu.

Elnaz kembali terngiang perkataan tetangga nya, ia berusaha menghentikan tangis nya. Menghapus air matanya walaupun bibirnya masih bergetar.

"Ceraikan aku!" kata itu tegas, namun masih bergetar karena masih begitu sulit mengontrol sesak di dada nya.

Arfan langsung mendongak, dan seketika tatapan nya bertemu dengan tatapan Elnaz yg entah sejak kapan berdiri di depannya. Arfan menggeleng pelan, dan seketika air mata Elnaz kembali mengalir deras.

"Kamu mau apa? Mau membalas sakit hati mu pada Elsa dengan menikahi ku? Kamu fikir aku apa?" pertanyaan itu setengah berteriak, hati Arfan terkesiap mendengar nya. Tak pernah sekalipun Elnaz berteriak di depan siapapun, tapi yg membuat hati Arfan terasa perih adalah tuduhan Elnaz yg mengatakan Arfan menikahi nya untuk membalas sakit hati nya pada Elsa. Arfan tidak pernah berfikir kesana, tapi tindakannya?

Tindakan nya mungkin memang menunjukan bahwa ia menikahi Elnaz karena sakit hati pada Elsa.

Arfan tak bisa berfikir jernih, ia kembali keluar dari kamar nya. Elnaz semakin menangis, kali ini ia meraung. Ini sakit sekali, hidup nya berubah drastis hanya dalam hitungan menit.

Kemarin ia masih tertawa bersama Arfan, kemarin ia masih begitu manja padanya.

.........

Arfan menyetir seperti orang gila, ia begitu frustasi. Hidup nya berubah hanya dalam waktu hitungan menit, kemarin ia masih membicarakan rencana setelah pernikahan dengan Elsa. Kemarin, ia masih begitu memanjakan Elnaz yg terus cemberut karena memikirkan ujian nya dan Arfan selalu memberi nya dukungan.

Elsa menghancurkan perasaan Arfan. Dan Arfan menghancurkan hidup Elnaz.

"Agghh..." Arfan menarik rambut nya frustasi, ia menghentikan mobil nya di tepi sungai yg sepi. Arfan turun, dan ia kembali berteriak guna melampiaskan semua kemarahan, kesedihan dan ketidak berdayaan diri nya dan juga rasa bersalah yg begitu besar

"AAGGGHH"

Dada Arfan naik turun dengan nafas yg terasa berat.

"Ceraikan aku!" ucapan itu kembali terdengar di telinga Arfan, menari dalam benak Arfan.

"Tidak, bagaimana bisa aku menceraikan mu, El? Masa depan mu akan semakin hancur dan tidak ter arah. Tapi.... Tapi bagaimana bisa kita hidup menjadi suami istri? Maafkan kakak, El... Maafkan kakak mu ini"

Di tengah ke kalutan nya, ponsel Arfan berdering. Ia merogoh dengan malas dari saku nya dan nama Elsa tertera di layar smartphone nya. Arfan menjawab panggilan dari mantan tunangan nya sekaligus kakak ipar nya itu.

"Hai, Sayang" terdengar suara antusias Elsa dari seberang "Maaf ya baru bisa telpon, soalnya sejak tadi malam sampai tadi pagi sibuk terus. Kemungkinan besar aku akan di kirim ke Paris nanti untuk fashion show. Sebenarnya siang ini teman teman aku masih ngajak jalan tapi aku engga mau, aku mau pulang dan menemui suami ku. Oh ya, ini aku sudah mau pulang. Kamu mau di belikan sesuatu?"

Arfan hanya memasang wajah datar mendengar celotehan Elsa. Dan dengan nada yg tajam ia berkata

"Tidak perlu repot repot Elsa, karena aku bukan suami mu, aku suami Elnaz. Tidak perlu terburu buru juga, karena aku tidak menunggu mu, sudah ada Elnaz di sisi ku, sekarang dia istri ku, istri sah ku. Kau hanya adik sepupu ku sekarang, tidak lebih"