"Kau berasal dari masa depan kan?" Ucapan Nares membuat Yarana diam. Bagaimana bisa Nares mengetahui hal itu?-Yarana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Staywithme00, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Dikamarnya, Yarana memperhatikan sapu tangan dengan seksama. Mata nya yang berwarna hitam pekat terpaku pada noda darah.
“Bagaimana caranya aku tahu noda darah ini milik siapa?
Sedang dizaman ini saja belum ada tes dna.” Yarana bertanya-tanya sembari melipat tangannya. Ini akan sangat sulit.
“Eh, bukankah tadi ada bekas tusukan dibagian perutnya.” Yarana tiba-tiba teringat sebuah luka tusukan pada korban. Tusukan pisaunya cukup dalam. Sejauh pengamatannya, pisau yang digunakan pasti berukuran sekitar 20-25 cm. Sayangnya, Yarana hanya bisa menemukan sapu tangan.
Ketika tengah fokus, Yarana mendapatkan petunjuk tambahan.
“Apa ini inisial nama seseorang?” Yarana melihat sebuah huruf kecil diujung sapu tangan. Tapi terlalu kecil untuk dilihat, harus menggunakan sesuatu. Ia mendapatkan sebuah ide agar bisa membaca tulisan kecil yang ada disapu tangan. Bergegas ia beranjak keluar kamar.
“Vello, apa aku punya kaca pembesar untuk membaca?” Yarana bertanya dengan pintu yang hanya dibuka sedikit, agar proyeknya tak terlihat.
“Ada putri, aku menyimpannya di kotak kecil yang berada di dekat cermin anda.” Vello berujar dengan menunduk dan sopan.
“Baik terima kasih.” Balasnya.
“Sama-sama tuan putri.”
Vello dengan sedikit tersenyum.
“Eee… apa kau tidak pergi beristirahat.” Pertanyaannya mungkin membuat Vello bingung, karena sepertinya putri Yarana agak berbeda belakangan ini.
“Seperti biasa putri, aku akan menunggu putri tertidur baru akan pergi.” Dari raut wajahnya, sepertinya kelihatan sekali kalau dirinya heran dengan tingkah tuan putri Bellvana.
Yarana mengerti sekarang, kalau putri masih berkegiatan, maka orang-orang yang memiliki tugas seperti Vello tetap harus menemaninya.
“Aku akan tidur.”
“Jadi, kau pergilah beristirahat diruanganmu.” Yarana berbohong kecil, agar Vello beristirahat. Sejak pagi, dirinya selalu mengikuti dan pergi kemanapun Yarana pergi.
“Baik putri.” Ujarnya tapi masih saja dirinya berdiri menatap Yarana.
“Pergilaah Vello, istirahat.” Imbuh Yarana.
“Ba..baik putri, aku pergi.” Vello berjalan mundur sebanyak empat langkah, lalu berbalik badan dan berjalan pergi. Ini salah bentuk penghormatan di kerajaan eropa bila seseorang yang memiliki kedudukan biasa, maka harus memberi tanda hormat jika ingin pergi duluan ketimbang yang memiliki kedudukan tinggi.
Setelah Vello meninggalnya untuk istirahat, Yarana mengunci pintunya dengan rapat. Lalu pergi mengambil kaca pembesar yang digunakan untuk membaca.
“Nah, ketemu.” Dengan semangat Yarana mengambil kacamata pembesar yang ada dikotak, lalu mengarahkannya pada tulisan kecil yang ada pada sapu tangan.
“K.L.” Bacanya, setelah mengarahkan kaca pembesar.
“Siapa K.L. ini?” Yarana mengerutkan dahinya.
“Ini pasti adalah nama seseorang.”
“Apa pelaku orang dalam kerajaan?” Banyak sekali pertanyaan yang ada di benaknya. Setelah mengetahui dengan pasti inisial yang ada di benda tersebut, Yarana menyimpan kembali sapu tangan bernoda darah. Ia menyimpannya di kotak kecil, lalu meletakkan kotak ke dalam kotak perhiasan. Rasa-rasanya, pelayan yang bertugas tak akan mungkin menyentuh kotak perhiasannya.
Sekarang, selain menjadi detektif didunia nyata, kini dirinya harus menyelidiki kasus pembunuhan juga dizaman ini.
“Hoaam, aku rasa ini akan sedikit merepotkan.” Tidak ada tes dna, tidak bisa autopsi mayat memakai teknologi memadai, dan tak bisa mengakses sidik jari. Malang sekali nasib detektif dizaman kerajaan ini. Yarana yang lelah, terlelap dalam cahaya rembulan yang masuk kedalam kamarnya melalui jendela. Yah, jendelanya dibiarkan terbuka oleh Yarana, sebab biasanya ia didunia nyata selalu mencari pentunjuk kasus dialam terbuka. Karena pergerakannya terbatas diistana, jadi ia hanya bisa melihat pemandangan dari jendela hingga dirinya tertidur lelap saat sedang menyelidik sapu tangan.
#bersambung #