Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Devan yang melihat raut sedih di wajah Anjani mencoba menenangkannya, namun ia gagal mengendalikan diri.
Wajah cantik, tubuh yang indah, serta semua yang ada pada wanita di hadapannya saat ini sungguh menggodanya. Tanpa sadar tangan kirinya bergerak menyentuh pipi halus Anjani, membuat wanita itu tersentak dan menghindar.
"Maaf ... aku hanya khawatir, kau tampak begitu sedih," ucap Devan pada akhirnya.
"Aku baik-baik saja Dev, kau jangan khawatir. Yang pasti aku ingin mengajukan gugatan pada Mahaka."
Mendengar itu Devan mengangguk beberapa kali. Ia lalu menscrol ponsel miliknya sebelum menunjukkan sebuah berkas dan fokus memberikan penjelaskan berbagai kemungkinan yang harus dihadapi jika Anjani benar-benar mengajukan gugatan pada Mahaka.
Meski begitu sesekali perhatian Devan tetap tertuju pada lekuk indah yang tersembunyi di balik dress berwarna krem di hadapannya. Bagian yang menonjol itu ternyata tak mudah untuk ia kesampingkan begitu saja.
Ia hanya penasaran, apakah yang Mahaka katakan selama ini benar adanya. Anjani dekat dengan banyak pria dan entah sudah berapa banyak yang menyentuhnya. Jika memang begitu, reaksi pada sentuhan yang tadi ia lakukan rasanya terlalu berlebihan. Atau mungkin saja itu hanya dibuat-buat.
"Apa menurutmu Mahaka sangat sulit untuk dihadapi?"
Pertanyaan Anjani kali ini ternyata tak masuk ke telinga Devan karena pikiran pria itu memang tak fokus ke sana. Membuat dahi Anjani mengerut dan memperhatikan gerak-gerik pria berkemeja putih itu.
"Dev aku bertanya padamu, kau sedang memikirkan apa?"
Ditanya seperti itu barulah Devan kembali pada topik pembicaraan. Meski dirinya adalah pengacara keluarga Mahaka, rasanya tak mungkin membiarkan Anjani begitu Saja.
"Kau jangan khawatir, aku akan membawamu pada pengacara yang pasti bisa membantumu. Akan menjadi masalah besar jika tiba-tiba akulah yang membantumu melakukan gugatan ini. Kapan kau punya waktu?" tanya Devan sambil menunjukkan senyum ramahnya.
"Jika kau memang tak bisa membantuku, jangan memaksa."
"Aku akan membantumu Anjani, kalau aku tak berniat membantu, untuk apa malam itu aku datang dan membawamu pergi dari sana?"
Keduanya lalu bertatapan sebelum akhirnya Anjani menyetujui rencana itu. Sebenarnya Devan masih ingin berlama-lama berada di samping Anjani sambil membicarakan hal-hal penting, tapi tiba-tiba Ariel datang tanpa mengetuk pintu.
Ternyata asisten Anjani tersebut memang sudah memiliki akses keluar masuk dari sana. Hal itu membuat Devan kembali memberikan nasihat.
Dengan suara setengah berbisik ia mengatakan jika lebih baik tak memberikan kebebasan sejauh itu pada orang lain.
"Tapi Ariel memiliki peran penting dalam karierku. Apalagi saat ini aku berada dalam situasi yang tak terlalu baik, dan tugasnya adalah membuatku tetap bisa berada dalam jadwal kegiatan yang seharusnya. Ada banyak hal juga yang harus dia siapkan untuk keperluan syutingku," ucap Anjani menjelaskan.
"Tapi dia tetaplah seorang pria, jadi kau harus tetap waspada," ujar Devan lagi yang akhirnya diiyakan oleh Anjani.
Tak lama Ariel yang sejak tadi sibuk di dapur menyeduh kopi datang mendekati mereka berdua.
"Eh, Mas Devan, sudah mau pulang saja?" sapa Ariel dengan gaya khasnya yang sedikit centil.
"Ya, masih ada beberapa hal yang harus dikerjakan," jawab Devan.
"Yahhh ... sayang sekali, terus ini kopinya buat siapa dong?"
"Buat kamu saja," jawab Devan sambil tersenyum.
Sepulangnya Devan dari sana, Anjani membicarakan banyak hal dengan Ariel, namun semuanya tentang pekerjaan.
"Aku sudah menyiapkan gaun yang akan kamu pakai di ulangtahun Vincent," ucap Ariel yang kini duduk di samping Anjani dalam jarak dekat.
Sesekali ia meniup kopi panas dalam cangkir yang ada dalam genggamannya.
"Kapan kamu ambil gaun itu? bukannya masih di butik?"
"Malam ini, sebelum aku masuk kemari," jawab Ariel sambil membalas tatapan Anjani sembari tersenyum.
Pria kemayu itu lalu meraih tangan sang aktris. Ia menggenggamnya dengan begitu erat sembari berkata, "seburuk apapun masalah yang kamu hadapi, please ... kamu harus tetap seperti ini. Kamu cantik dan bisa melakukan banyak hal tanpa Mahaka. Ada atau tidak ada pria itu, Anjani akan tetap menjadi yang terbaik."
Seketika bibir merah alami Anjani tersenyum lebar. Ia lalu memeluk erat asistennya.
"Terimakasih .... " bisiknya di sela-sela pelukan itu.
"Aku juga terimakasih karena kamu bisa membuat aku menjadi anak yang hebat di mata keluargaku," sahut Ariel haru. Selama ini ia memang merupakan tulang punggung keluarga.
Hal terakhir yang mereka lakukan sebelum Ariel kembali ke unit miliknya adalah mencoba gaun yang tadi ia ambil, karena gaun tersebut akan dikenakan besok malam dan tak banyak waktu yang mereka miliki.
"Semoga saja sudah tak ada kekurangan sama sekali, karena di feeting terakhir kan kamu tidak bisa datang," gumam Ariel sambil meletakkan gaun indah itu ke atas ranjang.
Tanpa berpikir terlalu jauh, Anjani melepas dressnya di depan sang asisten. Menyisakan benda berenda yang menutupi dadanya dan short pants tipis berwarna senada. Ini bukan kali pertama ia melakukan hal seperti itu. Anjani selalu menganggap Ariel tak mungkin memiliki perasaan apapun terhadap dirinya, tapi faktanya hal itu salah besar.
Ariel selalu mengaguminya dan memiliki rasa penasaran yang tinggi bagaimana bentuk bagian sensitif milik Anjani. Meski begitu, dengan pandainya Ariel menyembunyikan segalanya. Malam ini pun ia bergerak seolah dirinya tak merasakan apa-apa.
"So beautiful .... " ujar Ariel begitu gaun indah itu melekat di tubuh Anjani. Tanpa keberatan ia juga membantu melepas kembali gaun tersebut.
"Biar aku sendiri yang mengembalikan ke tempatnya, kau bisa kembali ke apartemenmu sekarang, istirahatlah!" ucap Anjani sambil mengibaskan rambutnya ke belakang saat gaun tersebut sudah lolos dari tubuhnya. Dengan sigap Ariel pun mengambil penjepit rambut dan memberikannya pada Anjani. Begitu rambut panjang itu diikat dan ditarik ke atas, aura cantik menggoda semakin terpancar, membuat Ariel memutuskan untuk segera pergi dari sana.
"Okey, kalau begitu sampai jumpa besok," sahut Ariel yang kemudian melangkah pergi keluar. Sementara itu Mahaka yang tengah duduk di salah satu kamar hotel yang dipenuhi hiasan indah ucapan selamat ulangtahun serta kado dari Anjani tampak begitu kalut.
Ia datang ke sana karena ada seseorang yang memintanya dengan sedikit drama yang ternyata sudah direncanakan Anjani. Sayangnya wanita itu tak ada di sana, karena ia merencanakan hal tersebut sebelum keributan itu terjadi.
Jam tangan mewah yang menjadi kado untuknya ia lempar begitu saja. Mahaka sangat membenci situasinya yang sekarang dan ia tak akan tinggal diam, sampai akhirnya ponselnya terasa bergetar. Ada pesan dari seseorang yang membuatnya tersenyum sinis.
"Kau pikir akan semudah itu Anjani. Kau membuat hidupku sangat sulit selama ini, dan kau ingin pergi begitu saja ... ini tidak akan mudah Sayang ... mari kita lihat siapa yang menang."
Setelahnya Mahaka pergi begitu saja. Ia kembali ke rumah dalam keadaan kacau, membuatnya tak bisa memejamkan mata, lain halnya dengan Anjani yang justru cepat terlelap hingga ia bermimpi sesuatu yang keesokan harinya membuatnya sangat gelisah.
Ia bermimpi seseorang masuk ke kamarnya. Meminumkan sesuatu ke mulutnya sebelum akhirnya mencium bibirnya dengan begitu dalam. Ia tak pernah melakukan hal semacam itu walau sudah menikah dengan Mahaka selama lima tahun lamanya.
Anjani merasa mimpi itu begitu nyata, tapi saat terbangun tak ada tanda-tanda ada orang lain di apartemennya. Tak ada jejak seseorang baru masuk ke sana, namun saat ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Ariel sudah masuk ke kamarnya membawa sarapan.
"Pagi cantik!!" seru sang asisten yang membuatnya terkejut setengah mati.
"Hei, ada apa?" tanya Ariel bingung saat melihat ekspresi terkejut itu.
"Em ... tidak apa-apa, hanya terkejut kamu sudah ada di sini sepagi ini."
"Iya dooong, kan asisten terbaik sepanjang masa," sahut Ariel sambil tertawa lebar. Lagi-lagi ia menyempatkan diri melihat semua keindahan yang Anjani suguhkan pagi itu, dan bibir pucatnya yang terlihat pink alami, berhasil membuat jantung Ariel berdebar-debar.
aihhh cuma itu aja agak sedikit gereget Thor perjuangan Mahaka kalau terlalu cepat jadi gimana gitu sebanding lah dengan apa yg di rasa istrinya
masa ortunya maha bisa kecolongan
sih
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍