Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 – Akademi Dimulai: Bocah Misterius dan Pangeran Sombong
Langit pagi di Kota Kerajaan Aetheria berwarna biru pucat, diselimuti kabut sihir yang mengambang tenang di udara.
Hari itu adalah hari seleksi tahunan Akademi Sihir Astra Magna — akademi paling bergengsi di seluruh benua. Ribuan remaja dari berbagai pelosok berkumpul, masing-masing membawa harapan, ambisi… dan sihir terbaik mereka.
Namun, satu sosok di antara mereka tidak membawa sihir.
Dia membawa Qi, spirit energy, dan ketenangan mutlak.
> Xiao Chen melangkah perlahan di antara kerumunan dengan jubah sederhana dan wajah muda tanpa ekspresi. Di sisi lain, Yoyo Party—Ron, Lily, dan Baro—berisik seperti biasa.
Halaman Akademi Sihir Astra Magna
Kerumunan calon siswa dibagi ke dalam zona berdasarkan latar belakang:
Zona A: Keturunan bangsawan tinggi
Zona B: Keturunan bangsawan biasa dan akademi kecil
Zona C: Rakyat biasa atau petualang
Xiao Chen dan Tim Yoyo berada di Zona C.
"Serius, kita harus berdiri bareng mereka?" Baro mengeluh. "Lihat tuh anak-anak dari Zona A, rambut mereka saja lebih berkilau dari masa depan kita."
“Dan aura sihir mereka... Ugh. Aku merasa seperti semut,” desah Lily.
Ron menoleh ke Xiao Chen. “Kau yakin bisa lulus seleksi ini? Mereka bilang hanya 1 dari 1000 rakyat biasa yang bisa masuk.”
Xiao Chen mengangguk pelan.
“Aku tidak butuh seleksi.”
Kemunculan Sang Pangeran
Dari arah gerbang istana, derap kuda mewah terdengar. Kereta sihir berlapis emas berhenti perlahan.
Keluar darinya seorang pemuda dengan rambut pirang bergelombang, mata biru, dan jubah putih dengan lambang Gravion, salah satu dari lima keluarga pahlawan.
"Dia... itu..." bisik-bisik terdengar di seluruh lapangan.
> Leonhart Gravion, putra ketiga dari Keluarga Gravion. Dijuluki Pangeran Cahaya. Penyihir muda dengan bakat langka: sihir cahaya murni tingkat tinggi.
Leonhart berjalan angkuh, dikelilingi pengawal akademi.
Saat melewati Zona C, matanya berhenti pada sosok Xiao Chen.
Mata mereka bertemu.
> Tatapan Xiao Chen: tenang, tak tertarik, seolah menatap batu biasa.
Tatapan Leonhart: dingin, meremehkan, seperti menatap lumpur.
"Petualang masuk seleksi akademi? Dunia benar-benar mulai rusak," ucap Leonhart tanpa menahan suara.
Xiao Chen hanya menjawab, “Kalau dunia rusak karena satu bocah seperti aku, mungkin duniamu terlalu rapuh.”
Orang-orang terdiam.
Leonhart mengerutkan kening. “Kau siapa?”
“Aku? Hanya seseorang yang tak bisa kau ukur.”
Ujian Seleksi Dimulai
Para peserta dipandu ke arena seleksi.
Tahap pertama: Ujian deteksi sihir.
Satu per satu, peserta menyentuh bola kristal raksasa yang akan memancarkan warna berdasarkan tingkat sihir mereka.
Merah: tingkat rendah
Kuning: tingkat menengah
Biru: tinggi
Emas: bakat luar biasa
Leonhart maju. Bola bersinar terang keemasan dengan percikan putih. Seluruh lapangan bersorak.
“Bakat ilahi!”
Lalu giliran Xiao Chen.
Dia menyentuh bola. Sesaat tidak terjadi apa-apa.
Lalu…
> BZZZZZZZTTTTT—!!!
Bola meledak. Pecah menjadi ribuan serpihan cahaya. Suara keras bergema.
Seluruh arena terdiam.
Para penguji terhenyak. “Apa itu?! Bola pengukur sihir… meledak?!”
Leonhart berdiri, matanya tajam. “Kau memakai sihir curang, ya?”
Xiao Chen meliriknya. “Bukan sihir. Energi murni. Dunia ini belum bisa mengukurnya.”
Pertemuan dengan Kepala Akademi
Tak lama setelah insiden itu, utusan akademi memanggil Xiao Chen secara pribadi.
Di dalam aula batu suci, seorang pria tua dengan jubah biru duduk di atas singgasana kristal. Rambut dan janggutnya putih mengalir. Ia adalah Rektor Aetherion, kepala Akademi Astra Magna.
“Kau bukan dari dunia ini, bukan?” tanyanya langsung.
Xiao Chen tidak menjawab.
Aetherion tersenyum. “Energi spiritual yang kau miliki… bahkan lebih tinggi dari Raja Sihir masa lalu.”
Xiao Chen hanya menunduk hormat.
“Satu permintaan,” lanjut rektor. “Jangan rusak sistem dunia ini. Jika sihir hancur, seluruh keseimbangan runtuh.”
Xiao Chen mengangkat kepala. “Aku tidak tertarik menghancurkan. Tapi jika sistem ini menindas mereka yang lemah… aku tak akan diam.”
Aetherion terdiam sesaat. Lalu mengangguk pelan.
“Baiklah. Masuklah ke akademi. Tapi tetap di Zona C. Diamlah. Amati. Tapi jangan bangkitkan perhatian terlalu cepat.”
Akhir Hari
Kembali ke kamar asrama yang sederhana, Tim Yoyo merayakan kelulusan mereka.
Lily menyalakan kembang api sihir kecil, Baro memasak sup dari monster dungeon, dan Ron memeluk kristal emas dari guild karena terlalu bahagia.
Xiao Chen duduk di balkon, menatap langit malam.
Ia mengeluarkan satu kristal hitam dari dungeon.
“…Energi ini... mirip dengan yang pernah kulawan ribuan tahun lalu.”
Dan di balik langit, para keturunan lima keluarga pahlawan mulai merasa… ada sesuatu yang datang.