NovelToon NovelToon
Celestial Chef's Rebirth

Celestial Chef's Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jasuna28

Huang Yu, seorang juru masak terampil di dunia fana, tiba-tiba terbangun di tubuh anak petani miskin di Sekte Langit Suci—tempat di mana hanya yang bertubuh suci kuno bisa menyentuh elemen. Dari panci usang, ia memetik Qi memasak yang memanifestasi sebagai elemen rasa: manis (air), pedas (api), asam (bumi), pahit (logam), dan asin (kayu). Dengan resep rahasia “Gourmet Celestial”, Huang Yu menantang ketatnya kultivasi suci, meracik ramuan, dan membangun aliansi dari rasa hingga ras dewa. Namun, kegelapan lama mengancam: iblis selera lapar yang memakan kebahagiaan orang, hanya bisa ditaklukkan lewat masakan terlezat di alam baka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jasuna28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Ujian Esensi Suci

Denting lonceng besar bergema di halaman Sekte Langit Suci pagi itu, menandai dibukanya “Ujian Esensi Suci” pertama dalam seratus tahun. Seluruh murid berkumpul, menyelimuti lapangan beralas batu marmer yang diukir lima pola elemen: kayu, api, bumi, logam, dan air. Di panggung tinggi, Kepala Sekte mengenakan jubah biru gelap berornamen motif lima rasa, menatap wajah-wajah penuh harap.

“Anak-anakku,” suaranya bergema halus, “hari ini kalian akan diuji bukan hanya pada penguasaan Culinary Qi tunggal, melainkan kemampuan menggabungkannya. Lima artefak elemen utama telah disiapkan—mereka yang berhasil meraih dan memadukan tiga elemen akan mendapatkan gelar ‘Penjaga Rasa Suci’.”

Sorot mata murid gemetar: artefak itu berbentuk kecil—“Sauh Kayu” terbuat dari akar pohon abadi, “Nyala Api” berupa bara abadi di dalam wadah kristal, “Inti Bumi” berupa tanah pekat bercahaya, “Pecahan Logam” bersisik perak, dan “Cairan Air” menyerupai tetesan air suci. Hanya tiga yang bisa diperebutkan tiap tim.

Kepala Sekte mengangkat tongkat kayu ukir: “Mulai! Kalian akan memasuki arena terbuka yang berisi makhluk neraka perut—setiap harta artefak dijaga oleh tantangan unsur. Manfaatkan Culinary Qi kalian, dan waspadai musuh tersembunyi.” Dentuman tongkat memecah keheningan, dan pintu gerbang arena terbuka.

Di belakang panggung, Nian berdiri bersama Putri Lan’er dan Master Cang. “Kita perlu merebut tiga artefak: Sauh Kayu, Nyala Api, dan Pecahan Logam,” bisik Master Cang. “Kayu dan api akan mudah kau kendalikan, tapi logam memerlukan perpaduan pahit lembut.”

Lan’er menambahkan, “Cairan Air kuil klanku bisa membantu menetralkan panas api saat kau memanipulasi Nyala Api. Aku akan membawanya dalam botol kecil.” Ia menyerahkan kantong kulit berisi cairan biru jernih, berkilau di bawah matahari pagi.

Nian menatap Sauh Kayu pertama: akar kayu yang memancarkan aura hijau lembut. Ia merencanakan: “Aku akan menggunakan sup kayu muda untuk menjinakkan makhluk penjaga, lalu beralih ke sup pedas hangat untuk menguasai Nyala Api, dan terakhir menambahkan titik pahit terkontrol untuk mengambil Pecahan Logam.”

Master Cang mengangguk setuju. “Ingat, waktu total hanya tiga jam. Setiap artefak punya waktu khusus—tiga puluh menit untuk kayu, enam puluh untuk api, dan sembilan puluh untuk logam. Keseimbangan rasa adalah kuncinya.”

Detak jantung Nian berpacu; aroma lima elemen di udara membakar adrenalin. Tiga, dua, satu… ia melangkah ke arena bersama tim kecil beranggotakan tiga orang: dirinya, Lan’er, dan seorang murid baru bernama Zhuo, ahli bumbu asam bumi.

Langkah pertama membawa mereka ke rerimbunan pohon sintetis yang tumbuh di tengah arena—makhluk “Akar Hutan” berkeliaran, menyembunyikan Sauh Kayu di pangkalan akar. Zhuo melemparkan bubuk asam ringan untuk memancing makhluk keluar; Nian lalu menuangkan sup kayu muda ke dalam mangkuk, mengarahkan gelombang Qi hijau.

Makhluk itu muncul: sosok akar berlumut, tatapan kosong. Nian menggerakkan mangkuk, memunculkan aura segar yang menyegarkan lajur kayu di sekitarnya. Akar Hutan terhenyak, mendekat perlahan, lalu menyerahkan Sauh Kayu dalam tutu bergetar—tanda menyerah.

Mereka tiba di lembah berapi miniatur, bebatuan merah menyala dan lumpur panas mengalir. Di tengahnya, tungku kuno memancarkan Nyala Api di dalam guci kristal. Pengawal “Korps Bara”—makhluk berapi berwujud siluet merah—berjaga.

Lan’er mengisi botol air suci ke dalam lubang-lubang kecil di guci, menyeimbangkan tekanan uap. Nian menaruh panci berisi sup kayu-modifikasinya—ditambah rempah pedas ringan—di atas tungku samping. Saat uap mengepul, ia menciptakan pusaran Qi hijau kemerahan, mengecoh Korps Bara sehingga makhluk itu menahan amukannya.

Cepat, Nian memindahkan panci, menggantinya dengan panci mini berisi sup cabai “Cuplikan Api” yang pernah ditunjukkan Luo Xin. Ia menyalurkan Qi pada permukaan sup, membentuk lidah api mini yang menari di atas sup. Terkecoh oleh tarian itu, Korps Bara terengah, membuka cengkeramannya—lanjut mereka meraih guci Kristal Bara Api.

Fase terakhir membawa mereka ke benteng “Gua Besi”—lorong sempit berlapis logam gelap. Di ujung, Pecahan Logam bersisik perak tergantung di ujung rantai. Namun penjaganya adalah “Patung Perkusi”: sosok robot logam yang bergetar menghantam lantai, menciptakan gelombang sonic.

Zhuo mempersiapkan bumbu asam bumi untuk melunakkan getaran, Lan’er menaburkan sedikit air suci untuk menjaga kelembapan. Nian menuangkan sup “Asam-Pahit Terpadu”: perpaduan titik asam dan pahit, memunculkan resonansi dingin-logam dan kelegaan asam.

Getaran Patung Perkusi berubah ritme saat membaui aroma sup—gelombang sonic melambat, lalu berhenti. Rantai terurai sedikit, memungkinkan tim meraih Pecahan Logam. Saat tangan Nian menggenggam sisik perak itu, sebuah ledakan suara logam memecah kesunyian: ruang Gua Besi membeku oleh gemuruh echo.

Ketika mereka keluar ke halaman arena, Kepala Sekte dan sesepuh berkumpul, menunggu. Nian menampilkan ketiga artefak berbaris di depan mereka: Sauh Kayu, Nyala Api, dan Pecahan Logam. Semua orang tertegun akan keberhasilan tim kecil itu.

Tiba-tiba, Dentang gong panjang memecah udara—ganjaran khusus. Kepala Sekte melangkah maju, memegang Pecahan Logam. “Ka Nian, timmu telah menunjukkan keharmonisan elemen dan keberanian luar biasa. Namun, sebelum gelar ‘Penjaga Rasa Suci’ diberikan…” Ia menatap tajam pada sisik perak itu, lalu menebar kilau dingin. “Kami mendeteksi jejak Qi pahit gelap—varian yang sama dengan patina kemarin.”

Gelombang bisik kaget menyapu kerumunan. Lan’er menggenggam lengan Nian. “Apa… apa maksudnya?” suaranya gemetar.

Kepala Sekte melanjutkan, “Siapa pun yang menanam Qi pahit dalam tim ini akan diadili. Kita wajib memastikan tiada kontaminasi gelap dalam momen suci ini.” Menjelang itu, ia mengangkat tongkat satu kali—sebuah perintah diam.

Di tepian arena, bayangan satu sosok tegap muncul di balik pilar marmer: berkerudung ungu, memegang gulungan peta gelap. Suara bariton rendah mengalir melalui kerudungnya, memecah keheningan:

“Kalian berhasil merebut artefak… namun rasa gelap masih membekas. Saatnya pengadilan Qi paling keji.”

Sorot matanya menatap ke Nian, lalu pada tiga artefak yang kini memunculkan garis retakan hitam samar—tanda bahaya yang belum pernah terlihat.

Di tengah decak murid dan sesepuh, dengan artefak berpendar dingin, satu pertanyaan terngiang: “Siapakah yang berani menantang Sekte Langit Suci?”

Dan di balik kerudung ungu, senyum terlukis tipis—musim pertama “Celestial Chef’s Rebirth” berakhir dengan persimpangan jiwa dan rasa, membuka babak gelap yang lebih besar.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!