Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Kita Berat
Ruang Divisi Kasus Dingin
"Selamat siang semuanya ... Ada yang mau camilan?"
Semua orang menoleh ke arah rombongan yang baru datang.
"Ichiiiii! Tante Nana padamu! Soalnya Oom kamu yang jemput di bandara, lagi-lagi ambil camilan nggak ngomong!" seru AKBP Nana sambil memeluk pria muda itu dengan gaya mendrama.
Brigjen Rayyan hanya melengos. "Ambil satu Chiki saja dihujat!"
"Nah! Bener kan kamu yang ambil!" pendelik AKBP Nana ke teman seangkatannya.
"Kabooorrr!" Brigjen Rayyan pun langsung keluar dari ruang divisi kasus dingin.
"Hiiiihhhhh! Eh Sheva sayang, kelakuan Opa Rayyan jangan ditiru ya? Tidak patut. Oke anak cantik?" senyum AKBP Nana sambil tos dengan Sheva.
"Iya ... Nenek," jawab Sheva langsung membuat AKBP Nana mendelik.
"Siapa yang ngajari Sheva manggil gue nenek!" ujarnya sambil berkacak pinggang.
"Mbak Lilis," jawab Shea sambil tertawa karena pasti akan ramai siang hingga sore ini.
"Mbak Lilis, dengar ya. Aku memang tidak bisa lihat dirimu tapi tolonglah, kita saling menghargai cara memanggil. Oke?" ucap AKBP Nana sambil menyapu ruangan karena tidak tahu dimana hantu usil itu.
"Sheva dan adiknya rewel nggak?" tanya AKP Steven yang baru datang setelah menghadap Kapolda bersama dengan AKP Arief untuk membuat laporan kasus pembunuhan seorang polisi dua puluh tahun lalu.
"Alhamdulillah nggak, bang," jawab Shea yang mendapatkan ciuman mesra di keningnya dari AKP Steven.
AKBP Nana langsung menutup mata Sheva karena adegan unyu-unyu kedua orangtuanya.
"Percuma kamu tutup, mbak Nana. Wong di rumah Sheva juga sering lihat," kekeh AKBP Victor.
"Iya ya ...."
"Oke. Kita mau bahas apa nih?" tanya AKP Arief.
Seiichi lalu menutup pintu ruang kerja divisi kasus dingin. "Oom Victor, tolong diaktifkan kedap suaranya, jadi orang luar tidak bisa dengar."
AKBP Nana, AKBP Atikah, Kombes Purn Jarot dan AKP Arief melongo. "Kita punya?"
AKBP Victor hanya tersenyum smirk. "Mainan baru dari pak Lachlan dan pak Aizen."
"Wuuuiiihhh! Keren deh kita!" seru Kombes Purn Jarot.
"Oke, Ichi. Aman." AKBP Victor mengaktifkan kamera CCTV depan pintu untuk memantau orang yang datang.
"Jadi aku mau memperkenalkan dua anggota hantu baru disini. Eerrr sebenarnya yang satu masih koma. Oke, Sasikirana putri dari almarhum Jaksa Ammar Thahir, datang ke mimpi aku, dua Minggu yang lalu. Surprisingly, rohnya bisa ke Tokyo dan aku tidak tahu bagaimana. Bisa jadi pakai pintu kemana saja Doraemon. Singkatnya, Sasi tahu bahwa kematian ibunya, Saida dan Ayahnya itu bukan kecelakaan biasa. Aku yakin kalian juga semua sudah tahu. Yang kalian tidak tahu, Saida menyimpan semua barang bukti keterlibatan baik dari mentri, pejabat tinggi di berbagai departemen pemerintahan plus para direktur BUMN." Seiichi menatap semua orang.
"Datanya apa saja?" tanya AKP Arief.
"Korupsi ... Besar-besaran. Ini tembus di angka lebih dari USD $ 100 miliar. Sementara utang negara USD $ 400 miliar. Bayangkan saja, uang sekian triliun yang bisa dipakai untuk menutupi utang negara sebagian, malah dibuat Bancakan!" geram Seiichi. "Gimana kita mau benar?"
"Oke. Selain data korupsi, apa ada data lainnya?" tanya AKBP Atikah.
"Semua kehidupan hedonisme. Cewek, judi ke Macau, Las Vegas, money laundry, you name it!" jawab Seiichi.
Semua orang di ruangan itu hanya bisa beristighfar termasuk AKBP Victor yang jadi latah.
"Itu kan bukan uang mereka, Kampret!" umpat Kombes Purn Jarot.
"Memang. Satu hal lagi, mereka memiliki banyak preman yang bersedia melakukan apa saja demi uang untuk membunuh. Bukan cuma jaksa Ammar Thahir saja yang menjadi korban, tapi juga asistennya yang dibuat meninggal akibat serangan jantung, dan sopirnya kan dibuat meninggal bersama pak Jaksa." Seiichi memasang wajah dingin. "Jika kita akan membongkar kejahatan ini, tidak bisa sembarangan karena kita tidak tahu siapa kawan atau lawan disini. Di Polda in**i!"
Semua orang terdiam seperti menahan nafas.
"Ini kasus yang lebih berat dari apa yang pernah kita tangani. Kita tidak hanya berhadapan dengan lima instansi BUMN tapi juga banyak orang di dalamnya yang sudah pasti, tidak mau turun derajat bukan?" AKBP Victor menatap semua orang.
"Kita memang pernah menghadapi mantan Menkopolhukam tapi itu kasus kriminal yang jelas, narkoba. Tapi yang ini akan jauh lebih brutal! Kita berhadapan dengan orang banyak. Punya kekayaan, punya kekuasaan dan kita tahu, tidak mungkin meminta bantuan keluarga Shea dan Ichi terus menerus. Mereka pun pasti akan bertanya-tanya, apa kapasitasnya?" ucap Kombes Purn Jarot. "Jadi mulai sekarang, kita membicarakan dengan sangat rahasia. Tidak ada percakapan soal sensitif di luar ruangan ini. Mereka sudah berani membunuh dan bukan tidak mungkin, jika tahu kita diam-diam menyelidiki, nyawa kita akan jadi taruhannya."
Semua orang di dalam ruangan itu langsung terdiam bahkan Sheva pun tidak berceloteh seperti biasanya.
"Kita harus hati-hati, keluarga kita juga. Mbak Nana, harus mengawasi mas Rommy, Yoga dan Dara. Mbak Atikah, menjaga Dokter Aji dan Nindya, dik Arief harus menjaga dik Putri. Steven ... Aku tahu kalian bisa menjaga diri tapi tetap harus hati-hati. Aku sendiri juga harus mengawasi Sandra dan Zane," ucap AKBP Victor. "Bang Jarot?"
"Aku bisa menjaga diri. Kan aku wong pensiunan," senyum Kombes Purn Jarot.
Shea menoleh ke AKP Steven. Kita akan baik-baik saja - ucap suaminya dari tatapan matanya.
"Oke. Cukup yang tegang-tegang. Aku mau tanya, siapa arwah satu lagi yang ikut?" tanya AKBP Nana.
"Oh anak bule berusia sepuluh tahun, keturunan Belanda, namanya Abraham," jawab Shea.
"Tapi kakak cengeng," celetuk Sheva.
"Cengeng?"
***
Sementara itu di Kamar Theo
"Bu Linda, apakah koh Theo pernah menyinggung soal rumah duka?" tanya Seiya yang berhasil membongkar salah satu folder yang terenkripsi.
"Rumah duka? Apa maksudnya nak Seiya?" tanya Linda, ibu Theo.
"Ini saya menemukan catatan soal 'Rumah Duka' dan 'Mayat yang tertukar '," jawab Seiya.
"Kok macam judul novel 'Misteri Mayat Yang Tertukar'?" gumam Iptu Fariz.
"Novelnya siapa?" tanya Seiya.
"S. Mara Gd."
"Misteri Mayat Yang Berpindah kaleee ! Jangan remehkan buyut Necan Dara Giandra ya! Aku hapal semua judul novel misteri karangan penulis Indonesia. Aku sudah baca di perpustakaan di rumah Eyang Arka." Seiya melirik judes ke Iptu Fariz.
"Salah sedikit, mas Seiya," cengir Iptu Fariz.
"Memangnya apa hubungannya dengan rumah duka?" tanya Linda bingung.
"Saya belum tahu Bu tapi kalau Koh Theo menuliskan disini, pastinya ada sesuatu kan?" ucap Seiya.
Linda tampak berpikir. "Saya juga kurang tahu. Coba saya pikirkan mas Seiya, pak Fariz."
Seiya mengangguk.
Apa hubungannya mayat yang tertukar dengan rumah duka? - batin Seiya.
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂
mending sama bu grace aja🤭
mas faris mau jd pekesor????
udh tau pnya pwang,mlah mau nikung ktanya.....🤣🤣🤣
tapi kasihan juga nanti cucunya ustadz Amir