Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.
Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.
“Bapak benci sama kamu, Risa.”
Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.
“Risa sayang bapak.”
Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS 5
Risa duduk di salah satu kursi yang berada di rooftop. Tujuannya adalah untuk memperbaiki bukunya yang telah hancur tadi. Tangannya mulai bergerak mengambil robekan kertas dan mulai menempelnya.
“Selesai juga walaupun bertempel-tempel, tapi nggak papa deh.” Risa tersenyum tipis ketika semua robekan kertas itu sudah tertempel kembali. Ia pun beranjak berdiri dan kembali ke kelasnya.
Namun, baru beberapa langkah Risa dikejutkan akan pintu yang terbuka dengan keras. Terlihat Aldi dan dua temannya berjalan dengan tatapan tajam ke arahnya.
“Di sini lo rupanya.” Aldi menyeringai dengan amarah kian memuncak. Ia memberikan kode kepada dua temannya untuk mulai menghajar habis Risa. Dua orang itu menurut dan mulai melangkah mendekati Risa.
Risa tidak bergeming sama sekali. Ia tetap diam dengan tatapan datar menatap tiga pengecut itu. Ia menyembunyikan bukunya di belakang tubuhnya. Salah satu dari mereka mulai melayangkan tangannya kepada Risa.
Namun, tiba-tiba…
“Jangan beraninya sama cewe, lawan gue kalau berani.” Aldi tertawa sinis melihat seseorang yang menjadi pahlawan kesiangan. Jeff mulai menghajar mereka habis habisan. Melihat dua temannya yang mulai kewalahan, Aldi bergerak maju membantu temannya.
Satu pukulan mendarat di pelipis Jeff yang membuatnya sedikit hilang keseimbangan. Aldi mulai menghajar Jeff dengan sengit. Risa yang menyadari Jeff tersungkur pun berlari membantunya.
Kini perkelahian antara Risa dan tiga pengecut itu di mulai. Mereka tak peduli siapa lawannya. Satu persatu Risa berhasil menumbangkan lawannya. Kemampuan bela diri Risa memang cukup lumayan daripada kedua lawannya. Meskipun ia sempat terkena pukulan pada sudut bibirnya.
Kini tinggal Aldi dan Risa yang saling beradu tinju. Keduanya saling mengerahkan seluruh tenaganya. Aldi berhasil membuat Risa tersungkur. Ia tertawa mengejek, satu pukulan hampir saja ia layangan pada Risa. Namun, suara guru menghentikan aksi mereka.
*****
“Jelaskan kepada ibu, ada apa sebenarnya?” Tanya Bu Ira—guru BK di sekolah Bakti Pelita. Tak ada yang bersuara, semua diam dengan pikirannya masing-masing.
“Jawab ibu!” Bu Ira menegaskan sekali lagi. Jeff akhirnya membuka suara menjelaskan apa yang terjadi.
“Mereka yang cari masalah sama kita duluan, Bu. Risa hampir kena pukul sama mereka.”
“Eh, diem lo.”
“Lo yang diem.” Jeff dan Aldi saling berdebat yang membuat bu Ira geram dengan mereka.
“Kamu Jeff, kamu ini sudah kelas 12 harusnya bisa menjadi contoh yang baik untuk adik kelas mu.”
Terdengar pintu terbuka dengan pelan. Terlihat Wijaya—bapak Risa datang dengan pakaian yang sedikit kusut. Bu Ira pun mempersilahkan bapak untuk duduk. Risa lantas berdiri agar bapak bisa duduk.
“Maaf atas kesalahan putri saya.” Bapak angkat bicara dan meminta maaf karena sebelumnya bu Ira sudah menceritakan semuanya.
“Anak bapak ini lebay, cuma buku gitu doang sampe ngatain saya segala.” Risa menahan amarahnya kala mendengar ucapan Aldi. Bagaimana bisa ia berbicara santai seperti itu?
“Lo nggak tahu apa apa, lo nggak tahu seberapa berharganya buku ini. Enteng banget ya—”
“RISA AYUNINA!” Semua orang terkejut dengan aksi bapak. Pedih, itu yang Risa rasakan saat ini. Tamparan keras dengan bentakan cukup tinggi dari bapak membuat dada Risa seakan sesak.
Sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah akibat tamparan bapak. Bapak pergi begitu saja dengan menutup pintu dengan keras. Risa menatap nanar bapak. Apa yang salah? Dia hanya ingin memberitahu bahwa buku itu sangat berharga untuknya. Sepeninggalan bapak yang cukup lama, Risa pergi dengan langkah gontai tanpa lupa untuk berpamitan pada bu Ira.
Setelah berpamitan, Jeff pergi menyusul Risa. Ia melihat Risa yang berjalan semakin jauh menuju taman belakang sekolah. Di sana, Risa nampak duduk pada salah satu kursi. Tatapannya kosong, air mata yang sedari tadi ia bendung kini jatuh tanpa izin.
Risa tak menyangka dengan sikap bapak. Risa tidak mempermasalahkan jika bapak mencambuknya setiap hari di rumah. Membentaknya, mengeluarkan kalimat kalimat yang menusuk hatinya. Namun, tadi? Risa seakan melakukan kesalahan fatal. Hanya karena ia berbicara tentang buku pemberiannya, bapak menamparnya sekaligus membentaknya.
Tak jauh dari sana, Jeff memandang Risa sendu. Se—dalam apa luka Risa? Melihat Risa menangis tanpa suara membuat hatinya pilu. Langkahnya mulai mendekat ke arah Risa.
“Orang tua itu kadang lucu, mereka langsung bertindak tanpa mau mendengarkan penjelasan sang anak. Padahal, penjelasan sang anak begitu penting. Sakit ya?”
Risa menoleh ke arah Jeff yang berada di sampingnya. Ia menipis tangan Jeff yang hendak menyentuh sudut bibirnya. Risa menyeka air matanya kasar. Tubuhnya beranjak berdiri dan berjalan pergi meninggalkan Jeff.
“Thanks.” Ucap Risa sesaat sebelum ia benar benar pergi. Jeff masih diam memandang punggung Risa yang kian menjauh. Se—sulit itu untuk mendekati Risa. Jeff hanya ingin Risa bisa berbagi semuanya pada dirinya. Membagi luka yang selama ini ia simpan rapat rapat.
“Se—nggak mau itu lo bagi luka itu sama gue, Ris?”
*****
Risa berdiri lebih lama di ambang pintu. Entah kenapa, rasanya ia amat terasa takut. Tiba tiba, suara petir menyambar dengan hebat. Awan hitam mulai menyelimuti langit yang semula bertaburan dengan bintang. Bulan yang menyala dengan indah, kini tertutup rapat oleh awan hitam.
Dengan ketakutan yang sedikit menyelimuti, Risa memberanikan diri untuk masuk. Ia membuka pelan pintu agar suara nyaring tidak terdengar. Risa berharap bapak masih belum pulang dan akan pulang besok pagi.
Dan ya, manik mata Risa bertemu dengan mata bapak yang menatapnya tajam seperti elang. Bapak berdiri, tangannya seperti memegang tongkat yang terbuat dari rotan. Sepertinya takdir kali ini tidak berpihak padanya.
“Ulurkan tanganmu.” Suara berat bapak sudah seperti hewan buas yang siap memangsa lawannya. Begitu dingin dan mengerikan. Risa masih diam, tangannya masih enggan untuk mengikuti perintah bapak.
“Ulurkan tanganmu!” Kali ini suara bapak lebih berat dan sedikit ditinggikan. Geram akan Risa yang masih diam, bapak meraih tangan Risa dan mulai memukulkan tongkat itu kepada punggung tangan Risa.
1 kali, 2 kali, 3 kali hingga tak terasa sudah 50 kali bapak memukul punggung tangan Risa menggunakan tongkat rotan itu. Setelah selesai, bapak menaruh tongkat itu di atas meja tak jauh dari sana. Bapak kembali duduk seraya melanjutkan aktivitas sebelumnya. Risa terkejut mendengar petir yang sekali lagi menyambar dengan keras. Ia segera berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Di sana ia segera mencari headphonenya lalu mulai menutup telinganya. Ia putar lagu kesukaannya dengan keras. Tubuhnya meringkuk memeluk lututnya seorang diri. Takut, itu yang Risa rasakan saat ini. Keadaan begitu mencekat, berulang kali ia menyebut ibunya, berharap mendapat ketenangan.
Risa tidak memperdulikan darah yang bercucuran dari punggung tangannya. Badannya kini mulai menggigil, bibir bawahnya bergetar hebat. Hingga akhirnya penglihatannya mulai kabur. Samar samar ia mendengar suara bapak yang berteriak keras hingga dentingan barang yang berjatuhan dengan keras.
“Risa takut, bu…” Kalimat terakhir yang terucap dari mulut Risa sebelum ia tak sadarkan diri.
*****
Risa se—tertutup itu sama Jeff padahal Jeff itu baik. Tapi ada alasannya yaa teman teman☺️. Jangan lupa untuk vote, like dan komen yaww. Terima kasih teman teman💐
HAPPY READING✨👀