NovelToon NovelToon
My Poor Husband

My Poor Husband

Status: tamat
Genre:Romantis / Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:31.1M
Nilai: 4.9
Nama Author: ErKa

Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 35 - Rahasiaku Part 1

POV Rizal

Namaku Rizaldy Yusuf Maulana. Aku seorang anak yatim piatu. Ketika lulus SMP, Aku memutuskan untuk keluar dari panti asuhan tempatku dibesarkan selama ini. Hal ini dikarenakan pihak panti asuhan tidak mampu untuk menyekolahkanku lebih tinggi.

Awalnya kehidupanku sangatlah biasa. Aku terbiasa hidup dengan menerima sumbangan dari orang-orang dermawan. Tidak ada semangat dalam diriku untuk mengubah garis tanganku. Yang kulakukan hanyalah pasrah, seperti kebanyakan anak-anak lainnya.

Sampai suatu hari, ketika umurku menginjak tiga belas tahun ada seorang gadis yang umurnya lebih muda dariku datang padaku. Lebih tepatnya datang ke panti asuhanku.

Gadis itu bernama Mutia Amalia Azmy. Istri cantikku. Sungguh suatu keajaiban Aku bisa menikahinya. Terkadang Aku masih berpikir dua bulan hidup yang kulalui bersamanya hanyalah mimpi belaka. Aku takut terbangun dan mendapati dia tidak disisiku lagi. Hal yang paling kutakutkan dalam hidup ini adalah ditinggalkan olehnya.

Gadis cilik itu begitu murni. Begitu tanpa dosa. Pelan-pelan memasuki kehidupanku. Dia bersama neneknya datang ke panti asuhanku dalam  setahun dua sampai tiga kali. Aku sangat menantikan kedatangan mereka.

Kisahku bermula ketika Aku sedang mencoba untuk mengganti genteng kamar mandi yang pecah, kakiku terpeleset dan jatuh ke tanah. Aku meringis kesakitan. Tapi ada suara lain yang sepertinya mengkhawatirkanku.

“Akhhhh… Kakak gak apa-apa?” gadis itu tiba-tiba datang dan menghampiriku. Dia melihat sekujur tubuhku, untuk memeriksa badanku yang luka. Untungnya hanya lututku saja yang terluka. Tapi gadis itu meneteskan air mata begitu melihat ada darah mengalir dari lututku.

“Huuuuu… Darah…darah… Ada darah…” gadis itu menangis sembari menunjuk lukaku.

“Pasti sakit ya Kak? Pasti sakit…Huuuu…” gadis itu kembali menangis. Aku tersenyum melihatnya. Ternyata masih ada orang yang mengkhawatirkanku didunia ini. Aku begitu tersentuh.

“Gak kok. Gak sakit. Adek kecil jangan nangis ya.” Aku menepuk-nepuk bahunya. Menghiburnya untuk tidak menangis. Aku merasa sangat lucu. Aku yang terluka, Aku yang harusnya perlu dihibur tapi kenapa Aku menghibur gadis kecil yang menangis ini?

“Beneran gak sakit?” tanyanya sembari mengusap air mata di pipinya. Aku mengangguk dengan meyakinkan. Sebenarnya lukaku sedikit perih. Tapi sakit itu tidak lagi terasa setelah melihat gadis kecil itu menangis untukku.

“Ayo ikut. Nenek pasti bisa menyembuhkan luka-luka Kakak.” Gadis kecil itu menarik tanganku dan membawaku ke neneknya. Aku sangat tersentuh dengan perhatian gadis kecil ini. Aku memutuskan untuk menjadikannya teman.

Aku berpikir mungkin gadis ini adalah anak baru yang dititipkan di panti asuhan Kami. Bodohnya Aku tidak bisa membedakannya. Dari segi penampilan saja seharusnya Aku tahu bahwa gadis cilik ini berbeda dari Kami, dia bukan bagian dari Kami. Tapi Aku tetap tidak menyadarinya, sampai sesaat Aku bertemu dengan nenek gadis itu.

Gadis itu cucu dari donatur terbesar panti asuhanku. Seketika hatiku menjadi ciut. Aku menjadi tidak percaya diri berdiri bersebelahan dengan gadis itu.

“Nek…Nenek… Kaki kakak ini berdarah. Kita harus membawanya ke rumah sakit.” Dengan polos anak itu menarik baju neneknya dan menunjuk luka dikakiku. Aku sangat malu dan tidak percaya diri. Berhadapan dengan orang-orang yang memiliki uang banyak membuatku begitu rendah diri.

“Eee… sebenarnya lukanya tidak sakit. Tidak perlu ke rumah sakit…” setelah sebelumnya membungkukkan badanku, Aku berjalan menjauh. Namun ada tangan yang menahan pundakku.

“Nak, lututmu mengeluarkan banyak darah. Biar Nenek bawa Kamu ke klinik terdekat.” Suara wanita paruh baya penuh keprihatinan dan keramahan terdengar ditelingaku. Aku sudah bersiap-siap untuk ditolak, tapi ternyata nenek itu tidak menolakku. Beliau memperlakukanku seolah-olah Aku cucunya sendiri.

Kemudian cucu dan nenek itu membawaku ke klinik terdekat. Dokter menjahit lukaku sementara gadis kecil itu selalu menemaniku, memegang tanganku dengan air mata yang masih terus mengalir.

Semenjak saat itu, nenek dan gadis kecil itu menempati hatiku yang terdalam. Kedatangan sepasang cucu dan nenek itu sangat kunantikan.

Hampir dua tahun berturut-turut mereka datang ke panti asuhanku. Meskipun tidak tiap bulan datang, tapi kedatangan mereka sangat kuharapkan. Setiap kali datang si gadis selalu membawakanku barang yang berbeda dari anak-anak lain. Bila anak panti asuhan lainnya mendapatkan baju atau uang, aku mendapatkan buku dan mainan.

Karena dia Aku menjadi tahu tentang beberapa hal. Awalnya buku yang dibawanya tidak begitu menarik minatku, karena lebih banyak bernuansa kecewek-cewekkan. Dia tahu Aku tidak begitu berminat, akhirnya dia bertanya buku apa yang ingin kubaca.

Aku tertarik dengan bangunan. Cita-citaku ingin menciptakan bangunan yang hangat tempat anak-anak sepertiku berteduh.

Kali kesekian kunjungannya, dia membawakanku buku tentang arsitektur. Kami saling berbagi mimpi. Aku merasa nyaman bersamanya.

Namun di tahun ketiga, mereka tidak lagi datang ke tempatku. Aku mulai kebingungan. Kenapa nenek dan gadis itu tidak datang lagi? Pada saat itu Aku kelas tiga SMP. Pengurus panti memberitahuku bahwa mereka sudah tidak mampu membiayaiku untuk menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Dengan mantap Aku memutuskan untuk keluar dari panti asuhan. Aku ingin mengubah garis hidupku. Aku ingin meraih mimpi yang telah kurajut bersama gadis itu. Aku ingin membuat diriku menjadi layak untuk berdiri disamping gadis itu.

Untuk bisa melanjutkan pendidikan, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Aku berhenti sekolah selama setahun. Selama setahun Aku mencoba berbagai macam pekerjaan. Dari berdagang asongan, memulung barang yang bisa didaur ulang, semir sepatu, mengamen, tukang angkut barang dan buruh bangunan.

Setelah berkali-kali berganti pekerjaan, Aku memutuskan untuk menjadi buruh bangunan. Pekerjaan itu lebih mendekatkanku pada impianku. Dengan serius Aku mempelajari tekhnik-tekhnik dalam membangun suatu hunian. Para senior melihat keseriusanku dan memutuskan untuk mengajariku.

Di umur ke enam belas, Aku bisa melanjutkan pendidikan SMA ku. Para senior sangat mensupportku. Kegigihanku untuk mengejar pendidikan banyak mendapat dukungan dari para senior tak terkecuali dari Pak Sutedjo, seorang bos besarku. Pemilik perusahaan real estate terkemuka di Surabaya.

Sepertinya teman-teman menceritakan kegigihanku dalam mengejar pendidikan, pak Sutedjo menjadi sangat tertarik padaku. Beliau datang menemuiku dan menanyakan visi dan misi hidupku. Beliau puas dengan jawabanku dan berjanji akan mendukung pendidikanku.

Setelah lulus SMA Aku mulai kebingungan. Aku ingin melanjutkan kuliahku, tapi terbentur dengan biaya yang besar. Seperti janjinya untuk mendukungku, Pak Sutedjo membantuku dalam hal keuangan. Beliau membayar uang kuliahku. Aku tidak ingin mendapatkan bantuannya secara cuma-cuma. Maka Aku berjanji pada beliau akan membayar semua dana yang beliau keluarkan untukku.

Pak Sutedjo hanya tertawa mendengar ucapanku. Kemudian beliau berkata.

“Kejarlah ilmu yang ingin Kau kejar setinggi mungkin. Setelah Kau merasa puas dan merasa mampu, datanglah ke perusahaanku. Bekerjalah untukku.”

Aku menempuh pendidikan strata satuku selama tiga setengah tahun, kemudian sembari bekerja di perusahaan Pak Sutedjo Aku melanjutkan pendidikan strata duaku selama dua tahun.

Karena sudah merasa mampu untuk berdiri sendiri, Aku meminta ijin untuk keluar dari perusahaan dan mendirikan perusahaanku sendiri. Sebenarnya Pak Sutedjo sangat keberatan dengan keputusanku, namun karena ingin melihatku berkembang beliau membiarkanku mengepakkan sayapku.

Perusahaan itu kuberi nama PT. M&R and Partner. M&R adalah akronim dari Mutia dan Rizal. Perusahaan yang juga bergerak di bidang real estate. Aku berharap hubunganku dengan gadis cilik itu akan semulus perusahaan yang kudirikan.

***

^ErKa^

1
mama ELA
aku AB apa bisa aku sumbangin darah ku
mama ELA
jadi keinget dulu waktu awal² hamil
mama ELA
kakak aku tinggal di perumahan ini
Siti solikah
bagus
Siti solikah
wah Rizal beneran jadi mantunya pak sutedjo
Siti solikah
kasihan juga sheyla tapi ya ga harus nabrak kan
Siti solikah
semoga lekas sembuh ya tia
Siti solikah
wah pak Sutedjo sudah selingkuh dari istri pertamanya
Siti solikah
pak Sutedjo sangat menyayangi rizal
Siti solikah
sheyla ga punya harga diri
Siti solikah
senangnya
Siti solikah
manisnya
Siti solikah
ayo Tia dia kak izalmu
Siti solikah
dasar sheyla Mak lampir ngamuk
Siti solikah
manisnya rizal
Siti solikah
novelnya sangat sangat sangat bagus dan menarik,baca berkali kali ga pernah bosan
Siti solikah
baca lagi thor
Siti solikah
akhirnya berhasil juga
Siti solikah
akhirnya tamat,aku sering baca novel ini
Siti solikah
ternyata benar tia anaknya pak sutedjo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!