Suamiku Seorang Raja

"Sesuatu ... yang berkaitan dengan pertambangan."

"Sesuatu yang berkaitan dengan pertambangan? Apa itu ... lokasi pertambangan?" tanya Raja Gerald.

Namun Paula menggeleng. "Bukan ... bukan itu!" jawabnya dengan pasti. "Baginda sudah tahu lokasi yang sebenarnya," lanjut Ibu suri.

Ketiganya terdiam sejenak, lalu Antony menyela.

"Maaf, Yang Mulia," ucap Antony sambil menundukkan kepala saat ia menginterupsi. "Jika mendiang baginda Raja sendiri sudah tau lokasinya, untuk apa Louis membuat video ini?" tanya Antony.

Raja Gerald menganggukkan kepalanya. "Kau benar! Dalam video ini dinyatakan paman Louis berkata jika Baginda Raja Gabriel seolah-olah belum menemukannya. Namun jika menurut ibu sebenarnya ayah sudah tau, untuk apa paman Louis membuat video ini. Dan dalam video tersebut menunjukkan, seakan-akan dia akan meninggal dalam waktu dekat," tambah Raja Gerald.

Semuanya termenung saling meresapi pikiran masing-masing.

Dulu ... pernah terjadi sebuah bencana yang memakan banyak korban jiwa. Bencana tersebut meruntuhkan hampir setengah bagian sebuah gunung di daerah selatan Kerajaan Raisilian.

Dan di kaki gunung tersebut, Louis -ayah dari Eliana, membangun sebuah laboratorium bawah tanah.

"Ibunda juga tidak tahu, Louis orangnya sangat tertutup. Dia merupakan ilmuwan yang sangat jenius," jelas Paula.

Ayahnya seorang peneliti yang sangat jenius. Tapi kenapa anaknya ...? Hheehee. Haiiish, apa yang sedang kupikirkan?

Sang Raja tiba-tiba senyum-senyum sendiri.

Yang Mulia Raja Gerald tersenyum-senyum di saat ibu suri membicarakan masalah serius. Apa yang sedang Yang Mulia pikirkan? Apa dia sedang memikirkan Nona Eli.

Antony memperhatikan gerak-gerik dan ekspresi wajah Raja Gerald.

Raja Gerald meraup wajahnya. "Jadi ayahanda memang pernah punya masalah dengan paman Louis?"

"Entah itu bisa dikatakan masalah atau bukan. Namun ibu yakin itu hanya salah paham. Dan --" Perkataan ibu suri tergantung.

"Dan ...?" timpal Raja Gerald dan Antony bersamaan.

"Dan ... dan itu yang membuat baginda Raja marah pada ibu, dulu." Paula menitikkan air matanya. "Padahal ibu hanya berusaha mengingatkan agar baginda tidak membenci Louis, namun baginda salah paham dan menyangka ibu berada di pihak Louis."

Raja Gerald terbangun dari duduknya dan menghampiri sang ibu lalu bersimpuh di hadapannya.

"Ibunda ...," panggilnya sambil memeluk Paula.

"Sayang ...," balas Paula menyambut pelukan Raja Gerald, anaknya. "Ibunda tidak pernah menyangka jika itu adalah kemarahan baginda yang pertama dan terakhir pada ibunda."

"Sebenci apa dulu ayahanda pada Louis?" Raja Gerald menggumam. "Jika semuanya hanya kesalahpahaman, mengapa ia bisa semarah itu. Bahkan pada ibu yang berusaha mengingatkan."

Paula menggeleng lemah. "Ibunda juga tidak tau, sayang."

"Kalau menurutmu, Antony? Bukankah kau orang nomor satu yang terdekat dengan Raja?" Paula mengalihkan pertanyaan pada Antony.

"Untuk masalah pertambangan bersama Louis, Yang Mulia sangat tertutup dan jarang melibatkan saya." Antony berkata cukup meyakinkan.

Raja Gerald menggelengkan kepalanya. "Siapa lagi selain Louis yang ayahanda libatkan pada proyek ini? Jika dia ada, aku yakin dia memiliki petunjuk tentang teka-teki ini," ungkap Raja Gerald.

"Kamu benar, Nak! Ini bukan sekedar tentang pembunuhan baginda Raja, tapi pasti menyangkut keselamatan banyak orang," tambah Paula.

Semuanya saling terdiam.

Kemudian ibu suri bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.

"Ya sudah! Sudah waktunya makan malam setelah ini! Ayo kita ke ruang perjamuan makan. Jangan sampai putri Estelle menunggu sendiri!"

"Baik, ibu suri!" jawab Antony.