Novel INDA dari episode 1-133 (Tamat)
Part selanjutnya Sequel dari Novel INDA.
-----
Ciuman tanpa disengaja menyebabkan wanita bernama Amrita Venisa harus menikah dengan pria bernama Aziz.
Amrita yang jaim kerap kali mengerjai suaminya. Dan Aziz yang baik hati dia tidak pernah marah akan tindakan konyol sang istri. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta pun tumbuh dalam hati keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INDA. Episode 35
pagi hari
Dikediaman Pa Sofyan
Tante Eka dan Pa Sofyan sedang menghitung uang untuk membeli makanan catering yang nantinya akan dibagi ke pemulung yang ada dijalanan. Sejak Amrita jatuh sakit dan di infus di kosan, sejak itupulah Tante Eka dan Pa Sofyan melihat kehidupan Amrita yang begitu menyedihkan. Mereka mulai berniat membagi harta mereka pada yang berhak menerimanya.
"Pa, nanti tiap hari jumat kita bagi-bagi makanan ya Pa" ujar Tante Eka.
"Iya Bu. Nanti kita minta Amrita, Hanin, Fakri dan Afika untuk membantu kita membagikan makanan" ujar Pa Sofyan.
Jumlah uang yang mereka buka sebanyak satu juta. Jadi seratus nasi kotak yang akan dibagi tiap jumat karena harga nasi kotak sepuluh ribu perkotak. Di dalam nasi kotak terdapat lauk pauk berupa ayam, sayur, sambal dan nasi.
"Bu, aku dan Afika minta izin ke rumah Kak Aziz ya Bu. Nanti siang kami pulang" kata Fakri mengambil tempat diantara Ibu dan Papanya.
"Iya Tente, aku bosan di rumah tanpa ada teman" sambung Afika.
"Iya sayang. Oh ya, minta Amrita buatin Papa ikan bakar sambal ya" ujar Pa Sofyan. Pa Sofyan kembali mengingat masakan Amrita.
"Pa, istri Papa itu yang sekarang ada disamping Papa. Kenapa Papa tidak minta Ibu saja yang masak untuk Papa. Amrita itu istrinya Kak Aziz bukan istrinya Pa Sofyan" jelas Fakri. Yang benar saja dia bawa pulang makanan dari rumah Amrita sedangkan di rumah mereka ada ibunya yang selama ini memasak untuk mereka.
"Beda rasa makananya. Masakan Amrita lebih sedap dan nikmat" ujar Pa Sofyan tersenyum berbunga-bunga. Tanpa Pa Sofyan sadari, Tante Eka sudah menyiapkan tangannya untuk menjewer kuping suaminya.
"Papa hanya bercanda Bu, jangan dimasukin ke hati nanti bisa rusak hatinya" kata Pa Sofyan saat Tante Eka menjewer kuping suaminya. Satu menit kemudian, Fakri dan Afika kembali menggelengkan kepala saat melihat Pa Sofyan dan Tante Eka kembali bermesraan.
"Itulah Ibu dan Papa, suka bikin iri tapi aku suka melihat mereka yang selalu romantis sekalipun sudah tua" gumam Fakri. Fakri menyalami tangan kedua orang tuanya begitupun dengan Afika, Afika menyalami Tante Eka dan Pa Sofyan.
"Ibu dan Papa hati-hati di rumah ya. Kami pergi dulu. Assalamualaikum" ujar Fakri, mengucap salam lalu ke luar dari rumah yang diikuti oleh Afika. Dalam perjalanan menuju Perumahan Citraland Hertasni. Ban motor Fakri kempes maka dengan terpaksa mereka harus singga di bengkel.
"Afika, sekarang kamu hubungi Amrita. katakan padanya kalau kita datang agak terlambat" ujar Fakri yang dibalas Anggukan oleh Afika. Afika mengambil ponselnya dari tas kecil yang ia bawa lalu menghubungi Amrita. Selang beberapa detik terdengar suara dari balik telepon yang tak lain adalah Amrita.
"Assalamualaikum. Amrita, aku dan Fakri datang agak terlambat. Ban motor kami kempes dan sekarang kami lagi di bengkel. Oh ya, apa Hanin sudah sampai di situ?" kata Afika yang disusul dengan pertanyaan.
"Tidak apa-apa. Hubungi aku jika kalian membutuhkan bantuan. Untuk Hanin, dia sudah sampai di sini dan sekarang lagi di dapur ambil air es"
Saat Afika sedang menelepon dengan Amrita, tiba-tiba Fakri memanggil Afika dan memintanya naik di atas motor karena mereka akan melanjutkan perjalanan ke Perumahan Citrland Hertasning. Dua belas menit kemudian, Afika dan Fakri sampai di Perumahan Citraland Hertasning. Keduanya turun dari motor lalu masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah, ada Hanin dan Amrita yang sedang nonton di ruang tamu.
"Hanin, kenapa kamu tidak mengabariku kalau kamu sudah sampai?" tanya Fakri nampak kesal menatap Hanin.
"Tadi Afika sudah menanyakan keberadaanku dan Amrita sudah memberitahunya" balas Hanin enteng.
"Dari dulu kalian selalu seperti itu. Kadang akur kadang kaya Tomi dan Jeri" ujar Amrita sembari mengambil remot TV mengganti siaran yang ia tonton.
"Kita mau buat apa sekarang?" tanya Afika mengambil tempat disamping Hanin.
"Pertanyaan yang mantap. Bagaimana kalau kita buat agar-agar buah" ujar Hanin.
"Aku setuju..." sorak Fakri.
Amrita menyentil Fakri. "Dia kalau agar-agar buah suka bersemangat tapi kalau disuruh beli bahan-bahan paling malas" kata Amrita menatap sinis adik iparnya.
"Hello... tolong dikondisikan itu tatapan. Kamu sangat menakutkan daripada begal" kata Fakri mendengus kesal.
"Sudah sudah. Fakri, sekarang kamu beli bahan-bahan yang kita butuhkan. Nanti aku kirim nota lewat Watshap" kata Hanin sembari mengambil ponselnya.
"Tuh kan, dia tidak mau!" ketus Amrita saat Fakri merebahkan tubuhnya di sofa.
"Iya Amrita yang bawel dan nakal sejagat raya. Aku Fakri laki-laki tertampan diantara kita berempat akan pergi belanja bahan yang dibutuhkan untuk membuat agar-agar buah. Puas sekarang" kata Fakri yang direspon tawa oleh Hanin, Afika dan Amrita.
"Sudah jelas kamu yang tertampan toh kita di sini hanya kamu laki-laki" ledek Hanin.
"Jahat bangat sih sama sahabat sendiri!" ketus Fakri lalu ke luar untuk membeli bahan-bahan yang mereka butuhkan.
Beberapa menit kemudian, Fakri pun datang membawa kantong kresek yang berisi tiga bungkus tepung agar-agar, santan, semangka, kiwi, jeruk dan buah naga putih. Amrita mengambil kantong kresek dari tangan Fakri meletakannya di dapur.
Hanin dan Afika mulai membuat Aga-agar buah yang dibantu oleh Amrita dan Fakri. Fakri juga ikut membuat karena ia ingin tahu bagaimana cara membuatnya. Tak membutuhkan waktu lama, agar-agar buah pun jadi.
"Amrita, besok-besok kita buat acara lagi ya" ujar Hanin dengan mata berbinar.
"Siap sayangku. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untuk kalian" balas Amrita lalu memeluk Hanin dan Afika.
Agar-agar buah
----------------
Sore Hari
Perumahan Citraland Hertasning
Di rumah cantik yang terletak di Jln Tuan abdul Razak, terlihat seorang wanita cantik sedang sibuk di dapur. Ia mengangkat sayur tumis kangkung dan ikan bakar sambal meletakannya di atas meja makan.
"Semoga Om tampan menyukainya" gumam Amrita sembari menatap menu yang ia buat.
Di depan rumah, terlihat satu mobil sedang berhenti digarasi mobil. Beberapa detik kemudian seorang pria yang memakai baju jas dokter turun dari mobil. Siapa lagi kalau bukan Om tampan Aziz yang kini sedang berbunga-bunga karena kejadian pagi tadi.
"Sudah pulang ya, Mas" sapa Amrita.
Aziz yang baru lima langkah masuk ke dalam rumah menghentikan langkahnya. Menoleh ke kiri dan kanannya lalu menoleh ke belakang namun lagi-lagi tidak ada orang disamping kiri, kanan maupun dibelakangnya. Aziz mundur lima langkah ke belakang mencari seseorang yang Amrita panggil dengan sebutan "Mas".
Aziz kembali masuk ke dalam rumah, ia melihat istrinya sedang tersenyum kepadanya. "Ya Allah, setan apa yang merasuki istriku. Haruskah aku membawanya ke tempat ruqyah?" batin Aziz melangkah maju menghampiri istrinya.