Alya adinda salsabila seorang siswi pintar, cantik, dan populer di SMA prestasi jakarta.
Valen raka nugraha seorang murid terganteng, dingin, cuek, dan dia adalah musuh bebuyutan Alya sejak SMP.
keduanya tidak pernah akur selalu saja bersaing dan saling menjatuhkan secara halus.
namun siapa sangka,suatu malam orang tua mereka memberikan kabar yang mengejutkan Alya dan Valen.
"apa??, gak salah dengar, gua gak mau dijodohin sama dia apalagi kalau sampai menikah! "ucap Alya.
"emang lu pikir gua mau sama lu" ucap Valen.
namun sebanyak apapun mereka menolak permintaan orang tua mereka tidak bisa ditolak jadi terpaksa mereka berdua harus menikah secara diam-diam.
ditambah lagi aturan sekolah yang melarang untuk menikah, kalau sampai melanggar akan dikeluarkan oleh sekolah itu.
bagaimana kisah mereka selanjutnya??
yuk mampir
IG:qilla_kasychan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kasychan_A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35-hamil
Valen langsung memeluk Alya dan mencium pipi Alya dengan lembut.
“Huek-huek.”
Lagi-lagi Alya merasa mual. Dia langsung beranjak dari tidurnya dan berlari ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, akhirnya Alya keluar dari kamar mandi. Valen langsung menyusul ke arah Alya dengan raut wajah yang cemas.
“Sayang, kamu beneran nggak kenapa-napa? Kita ke dokter ya,” ucap Valen.
“Nggak usah,” ucap Alya.
“Shut, nggak ada penolakan, sayang. Kita ke dokter ya. Aku nggak mau kamu kenapa-napa,” ucap Valen.
Alya pun hanya mengikuti kata Valen. Kemudian mereka berdua pergi ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, setelah daftar di lobby, kini kedua pasangan itu sedang duduk di depan ruangan, menunggu dipanggil.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka dipanggil dan masuk ke ruangan itu. Sesampainya di ruangan, Alya langsung berbaring di ranjang rumah sakit dan diperiksa.
Setelah diperiksa, Alya dan Valen duduk di hadapan sang dokter.
“Gimana, Dok?” tanya Valen.
“Kalau boleh tahu, Mas ini siapanya Mbak Alya ya?” tanya dokter itu.
Mata Alya dan Valen bertemu, saling bertatapan sebentar, lalu keduanya diam sejenak.
Valen pun membuka mulutnya.
“Dia istri saya, Dok,” ucap Valen.
“Syukurlah kalau Masnya ini suami Mbaknya. Dari hasil USG, saat ini menunjukkan bahwa Mbak Alya sedang hamil, dan usia kandungannya empat minggu,” ucap dokter itu.
Alya memegang perutnya, sedangkan tangan sebelahnya digenggam erat oleh Valen.
Alya dan Valen terdiam beberapa detik, lalu senyum kecil muncul di wajah mereka campur aduk antara kaget, senang, dan takut.
“Saya akan memberikan resep obat agar mualnya bisa berkurang. Nanti silakan ambil obat ini di apotek lantai bawah ya,” ucap dokter itu.
Akhirnya mereka pun pulang dari rumah sakit dan saat ini sudah sampai di rumah.
Valen menggandeng Alya ke kamar mereka. Kemudian Alya dan Valen duduk di samping ranjang tempat tidur.
Alya saat ini sedang mengusap pelan perutnya, masih tidak percaya bahwa dirinya mengandung seorang anak di usia yang masih sangat muda.
“Val, aku takut kalau sampai ada yang tahu rahasia ini,” ucap Alya.
“Shut. Kamu nggak perlu takut ya, sayang. Aku janji akan selalu merahasiakan ini dan akan selalu menjaga kamu. Kamu istirahat ya, ingat kata dokter, kamu nggak boleh kecapean. Kasian dede bayinya,” ucap Valen sambil mengelus pelan perut Alya.
Valen mencium perut Alya, lalu mengecup kening Alya.
“Sekarang istirahat ya,” ucap Valen.
“Aku belum mau tidur,” ucap Alya.
Alya bersandar ke sandaran ranjang, masih mengusap perut datarnya. Tatapannya kosong, pikirannya ke mana-mana.
Valen menatap Alya beberapa detik, lalu duduk lebih dekat.
“Kenapa belum mau tidur, hmm?” tanya Valen dengan suara lembut.
“Aku masih takut, Val. Kalau rahasia pernikahan kita kebongkar, aku takut kita bakal dikeluarin dari sekolah. Aku masih pengen ngejar cita-cita aku jadi dokter, dan aku takut kalau anak ini lahir aku belum bisa jadi ibu yang baik,” ucap Alya.
“Shut… nggak boleh ngomong gitu, sayang. Aku yakin kamu pasti bisa jadi ibu yang baik buat anak kita nanti. Dan aku akan selalu mendukung kamu sampai cita-cita kamu tercapai,” ucap Valen.
“Makasi ya, Val.”
“Nggak perlu bilang makasih. Kamu itu istriku, udah seharusnya aku menjaga kamu,” ucap Valen.