NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nyawa Ratusan Orang

Otot-otot lengan Reyhan menegang, bahunya yang lebar menjadi benteng kokoh yang menghalau lautan manusia yang histeris.

Satu tangannya dengan sigap melindungi belakang kepala Salsa Liani, sementara tubuhnya menjadi tameng dari setiap dorongan dan benturan.

Salsa, yang setengah dipeluk dan setengah digiring maju, hanya bisa mendengar detak jantung Reyhan yang stabil di balik dadanya, berpadu dengan gema suara pengumuman bandara yang bising. Barulah ketika dia berhasil diamankan ke dalam mobil khusus bandara dan pintu tertutup rapat, dunia seketika senyap.

Reyhan melepaskan pelukannya, menunduk menatap Salsa dengan kening berkerut khawatir. "Salsa, kamu nggak apa-apa?"

Salsa membuka mulutnya, tapi suaranya keluar dengan gemetar. "Aku nggak apa-apa, tapi bakal ada masalah besar! Pinjam HP kamu! Darurat! HP-ku hilang pas didorong tadi."

Salsa mencengkeram pergelangan tangan Reyhan. Ujung jarinya dingin, tapi telapak tangannya basah oleh keringat. Napasnya memburu.

Tanpa bertanya sepatah kata pun, Reyhan langsung merogoh saku, membuka kunci layar ponselnya, dan menyodorkannya.

Salsa dengan cepat mengetik nomor Komandan Rakha.

"Siapa ini?" suara berat Rakha terdengar.

"Komandan, ini aku!" Suara Salsa menegang. "Aku dapat penglihatan lagi. Penerbangan Rajawali Air AF1431! Di kargonya ada baterai lithium kepadatan tinggi yang tidak dilaporkan. Itu bakal meledak karena overheat saat terbang! Pesawatnya sudah mulai boarding!"

"Oke, dimengerti. Saya hubungi Dirjen Perhubungan Udara," suara Rakha berubah tajam. "Cari pos polisi bandara, ke gerbang keberangkatan, cegah penumpang naik!"

Salsa mematikan telepon, lalu menatap sopir bandara. "Pak, penerbangan AF1431 ada di gate mana?"

Sopir itu bingung sampai Salsa menunjukkan lencana kepolisiannya. "Darurat. Pesawat ini tidak boleh lepas landas. Antar saya ke sana sekarang!"

Melihat lencana itu, si sopir langsung bersemangat. "Gate B27. Pegangan!"

Ia menyalakan lampu darurat di atap mobil, lalu membanting setir memasuki jalur khusus internal landasan pacu.

Salsa menghela napas, tenggorokannya kering kerontang. Detik berikutnya, sebotol air mineral yang sudah dibuka tutupnya terulur di hadapannya. Jari Reyhan dengan natural merapikan kerutan di rok Salsa. "Jangan panik. Minum dulu."

Salsa langsung menenggak air itu dengan rakus. Mobil melaju kencang, membuat tas kado yang tadi dipeluk Salsa terlempar jatuh ke sisi Reyhan.

"Ini apa?" Mata Reyhan tertuju pada tas kado yang kini kusut dan pitanya lepas.

Salsa meringis, ingin menyembunyikannya. "Itu... hadiah buat kamu. Aku buat sendiri. Tapi kayaknya rusak gara-gara kegencet tadi..."

Belum selesai dia bicara, mata sipit Reyhan yang biasanya terlihat malas kini berbinar terang, persis seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Beneran? Kamu bikin sendiri?"

Suaranya begitu antusias. Jarinya mengelus tas rusak itu dengan hati-hati.

"Tapi sudah penyok," cicit Salsa.

Reyhan tersenyum lembut. "Nggak masalah. Nanti pas kamu balik, kita perbaiki sama-sama."

Cahaya matahari sore menyinari wajahnya, membuat Salsa merasakan desiran hangat di hatinya. Mobil mulai melambat. Reyhan menyelipkan ponselnya ke tangan Salsa. "Pakai HP-ku dulu. Aku tunggu di sini. Sandi layarnya 250823."

Salsa tertegun sejenak. Gerakan Reyhan memberikan ponselnya begitu natural, seolah tidak ada privasi yang perlu disembunyikan. Saat jari mereka bersentuhan, Salsa merasakan kepercayaan penuh darinya.

Begitu mobil berhenti, Salsa melompat turun, berlari kencang melewati jalur staf, dan tiba di Gate B27 dengan napas memburu.

Para penumpang sudah mengantre panjang di garbarata. Salsa segera mengangkat lencananya tinggi-tinggi. "Berhenti! Penumpang AF1431 harap jangan naik ke pesawat! Ada indikasi bahaya besar!"

Langkah kaki para penumpang terhenti. Kebingungan seketika berubah menjadi kekacauan.

Tak lama, petugas dari Polsek Bandara datang. Melihat Salsa yang hanya mengenakan gaun biru muda cantik—lebih mirip nona muda yang mau liburan daripada polisi—mereka menatap curiga.

"Salsa, Anda tidak punya wewenang lintas yurisdiksi dan surat perintah. Menghentikan penerbangan secara sepihak menyalahi prosedur," tegur polisi senior itu setelah memeriksa lencananya.

Penumpang mulai mengamuk. "Ini prank ya? Dia seragam aja nggak pakai!"

Telinga Salsa panas. Dia segera menelepon nomor khusus yang diberikan Rakha lewat pesan singkat, lalu menyodorkan ponsel Reyhan ke polisi tadi. "Direktorat Keamanan Penerbangan. Buat Bapak."

Polisi itu menerimanya dengan ragu. Namun baru sedetik menempelkan ponsel ke telinga, wajahnya pucat pasi. "Siap! Laksanakan segera!"

Detik berikutnya, pengumuman penundaan boarding menggema. Ruang tunggu meledak dengan amarah.

"Bercanda ya?! Saya harus tanda tangan kontrak miliaran!" Seorang pria paruh baya berjas mahal, Pak Darmawan, menerobos maju. "Saya bayar pajak miliaran cuma buat dilayani begini?"

Salsa berdiri tegak menghalangi pintu. "Ini demi keselamatan, Pak."

"Apa-apaan sih? Gue udah duduk manis malah disuruh turun!"

Suara cempreng seorang gadis terdengar. Bella Puspita, putri pemilik maskapai Rajawali Air, berjalan keluar dengan tas Birkin-nya, wajahnya masam. "Gue mau nonton festival kembang api! Kalau telat, siapa yang ganti rugi?!"

Melihat Pak Darmawan, Bella langsung bergabung dalam koalisi orang marah. Dia menatap Salsa dari atas ke bawah dengan tatapan meremehkan. "Cuma dia? Polisi sekarang rekrutmennya liat tampang doang ya?"

"Ada kemungkinan baterai lithium ilegal di kargo," jawab Salsa tenang.

Bella mendengus. "Nggak mungkin! Sistem kargo Rajawali Air itu paling ketat! Lo dibayar maskapai saingan kan buat jelek-jelekin kami?"

Tuduhan itu makin memanaskan suasana. Beberapa penumpang mencoba membela Salsa, mengatakan lebih baik waspada daripada celaka, tapi suara mereka tenggelam oleh teriakan orang-orang kaya yang merasa waktunya dibuang sia-sia.

"Kalau kargo ternyata aman, saya tanggung semua konsekuensinya," suara Salsa terdengar tegas. Dia menatap lurus ke mata Bella. "Tapi kalau benar ditemukan barang berbahaya, saat itu terjadi, apakah saya bisa dibilang sudah menyelamatkan nyawa kalian?"

Bella tertawa mengejek. "Boleh! Kalau beneran ada masalah, gue sujud minta maaf di depan lo sekarang juga! Gue kasih lo tiket first class gratis seumur hidup! Tapi kalau nggak ada, lo siap-siap aja gue viralin!"

Taruhan dibuat. Ketegangan mencekam.

Setengah jam kemudian, ponsel Bella bergetar. Senyum kemenangan merekah di bibirnya. Dia memutar layar ponselnya ke arah kerumunan. "Om gue baru kasih kabar—seluruh area baterai di kargo sudah diperiksa total. Hasilnya nihil. Bersih."

Ruang tunggu seketika gempar.

"Tuh kan! Penipu!"

"Dasar cari perhatian!"

"Pecat dia!"

Cemoohan dan hinaan menghujani Salsa. Pria berkacamata emas menyindir pedas, "Masih muda udah gila hormat, masuk jalur orang dalam ya begini."

Kuku Salsa menancap dalam ke telapak tangannya. Dia memejamkan mata, memutar kembali ingatan visual dari halusinasinya. Berita di TV itu... baterai lithium itu disembunyikan di dalam kotak sampel biologis, sehingga lolos dari deteksi biasa. Dia melihatnya. Dia yakin.

"Tidak mungkin salah." Suara Salsa dingin membeku. "Kalian cuma memeriksa area baterai umum. Bagaimana dengan kotak sampel biologis? Saya mau periksa langsung."

"Kamu gila?!" teriak seorang penumpang berjas putih. "Kotak sampel itu isinya materi penelitian berharga! Kalau dibuka sembarangan, sampelnya rusak! Kamu tahu harganya berapa?!"

Darmawan mengipasi api. "Biasalah, orang gaji UMR kalau dikasih kekuasaan dikit, sukanya nyusahin orang sukses."

Salsa mengabaikan semua cemoohan itu. Dia berjalan lurus ke arah dua polisi bandara, matanya menyala penuh tekad. "Pak, demi memastikan keamanan seratus persen, saya harus turun ke kargo untuk identifikasi visual. Tolong antar saya."

Kedua polisi itu saling pandang dengan wajah serba salah. "Bu Salsa, kalau Ibu tidak punya bukti valid..."

Salsa menggenggam ponsel Reyhan erat-erat, buku jarinya memutih. Bantuan dari pusat masih butuh 40 menit lagi. Dia sendirian di sini, dikepung tatapan benci. Tapi dia tidak bisa mundur. Nyawa ratusan orang ada di pundaknya.

Tepat saat keputusasaan hampir melahapnya, ponsel di tangannya bergetar.

Pesan multimedia masuk dari Komandan Rakha.

1
sahabat pena
ayo salsa pecahkan kasus kematian orang tuanya rakha💪💪💪
Lala Kusumah
Salsa Salsa, semoga lancar dan selamat semuanya Tim ya 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
hatters emang begitu lah nitizen 😡😡😡
Lala Kusumah
Alhamdulillah selamat semuanya 🙏🙏🙏
sahabat pena
syukur lah selamat... lanjut kak💪💪💪😘
tutiana
seru banget
tutiana
seru banget Thor,
next
Tini Rizki
lanjutkan
sahabat pena
menegangkan
Lala Kusumah
lanjuuuuuuuuut tanggung nih....please 🙏🙏🙏
Reni Syahra
baguusss
Reni Syahra
👍👍👍👍👍
lia kusumadewi
kuereennn pokoke mb salsa ini👍👍😍😍
lanjuttt....
Lala Kusumah
pokoke Salsa kereeeeeennn n hebaaaaaatt, ba bowuuuuuu 😍😍👍👍👍👍💪💪💪💪
renren syahra
wkwkwkwk
keren juga Salsa. lanjutttt
Lala Kusumah
tegaaaanng 😵‍💫😵‍💫🫣🫣🫣
Lala Kusumah
misi lagi nih Salsa 🙏🙏🙏
Reni Syahra
waooowwww kerennn..
bsk2 banyakin lagi ya thoe😍💪
ganbattee
Lala Kusumah
Alhamdulillah rezeki anak Sholehah itu Salsa 🤲🤲🙏🙏😍😍👍👍
Lala Kusumah
tegaaaanng banget 😵‍💫😵‍💫🫣🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!