Irene Brilian Ornadi adalah putri sulung sekaligus pewaris keluarga konglomerat Ornadi Corp, perusahaan multi-nasional. Irene dididik menjadi wanita tangguh, mandiri, dan cerdas.
Ayahnya, Reza Ornadi, menikah lagi dengan wanita ambisius bernama Vania Kartika. Dari pernikahan itu, lahirlah Cassandra, adik tiri Irene yang manis di depan semua orang, namun menyimpan ambisi gelap untuk merebut segalanya dari kakaknya, dengan bantuan ibunya yang lihai memanipulasi. Irene difitnah dan akhirnya diusir dari rumah dan perusahaan.
Irene hancur sekaligus patah hati, terlebih saat mengetahui bahwa pria yang diam-diam dicintainya, bodyguard pribadinya yang tampan dan cekatan bernama Reno ternyata jatuh cinta pada Cassandra. Pengkhianatan bertubi-tubi membuat Irene memilih menghilang.
Dalam pelariannya, Irene justru bertemu seorang pria dingin, arogan, namun karismatik bernama Alexio Dirgantara seorang bos mafia pemilik kasino terbesar di Asia Tenggara.
Ikuti perjalanan Irene menuju takdirnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jejak yang Mulai Terkuak
Markas Alexio kembali menjadi pusat koordinasi yang penuh tekanan. Ruangan yang biasanya sunyi, kini dipenuhi suara diskusi tajam. Vincent, Jay, dan Alexio duduk di meja konferensi dengan wajah serius. Vincent baru saja memaparkan laporan bahwa beberapa rute distribusi mereka terganggu. Tidak hanya karena tekanan hukum, tapi karena ada pihak dalam yang membocorkan informasi.
Jay menimpali, "Aku akan mulai screening internal. Beberapa tim operasional lama kita perlu ditarik untuk diperiksa. Tapi sementara itu, kita harus bergerak menyusun aliansi baru."
"Klan tua?" tanya Alexio, akhirnya angkat bicara.
Jay mengangguk.
"Ketua sebelumnya, Ayah angkatmu dulu menjalin hubungan dengan beberapa pemimpin lama di Balkan dan Timur Tengah. Mereka netral, tapi bisa diajak bersekutu kalau kita bisa menjamin keuntungan strategis."
Vincent menyilangkan tangan.
"Sebelum kita bicara aliansi, pastikan dulu siapa pengkhianat dalam jaringan kita. Aku tidak akan membiarkan informasi bocor untuk kedua kalinya."
Alexio mengangguk pendek. Tekanan di wajahnya mulai terasa. Situasi semakin genting.
***
Di tempat lain, di dalam jet pribadi yang meluncur mulus di atas awan malam, Irene duduk diam di dekat jendela. Wajahnya diterpa cahaya temaram dari lampu kabin, memperlihatkan ekspresi yang tenang namun tegas. Di sampingnya, Dita terlihat gusar.
"Irene, aku mengerti perasaanmu, tapi ini gila. Kamu harusnya di tempat yang jauh dari pusat konflik. Ini bisa membahayakan kamu..."
Irene menoleh perlahan.
“Aku tahu apa yang aku lakukan, Dita. Aku tidak akan duduk diam disaat seperti ini.”
Dita menatapnya, ragu-ragu.
“Tapi… kenapa kamu begitu yakin harus ikut campur? Maksudku, ini urusan antar geng mafia. Kamu bukan—”
Irene hanya tersenyum samar.
“Percayalah, aku lebih terlibat dari yang kalian semua tahu.”
Davin, yang duduk di kursi depan, mengangkat alis namun tetap diam. Ia menyadari bahwa Irene menyembunyikan sesuatu. Tapi satu hal yang jelas, tekad Irene sudah bulat, dan tidak akan ada yang bisa menghalanginya kembali.
***
Sementara itu, di sebuah gedung tinggi di pusat kota yang disamarkan sebagai perusahaan investasi teknologi, Cassandra duduk di ruang konferensi modern, diapit oleh dua sosok berbahaya, Lucas dan Koji Nakamura.
Koji, pria Jepang berusia pertengahan 40-an dengan setelan hitam khas yakuza, menatap Cassandra dengan senyum dingin. Di belakang senyumnya, tersembunyi niat yang tak pernah Cassandra bayangkan.
Lucas membuka pertemuan dengan suara tenang, "Cassandra, izinkan aku memperkenalkan Koji Nakamura. Pemimpin Red Scorpio. Kekuatan yang bisa membuka pintu mana pun di Asia, secara terang atau gelap."
Cassandra menatap Koji dengan penasaran, lalu tersenyum.
"Senang bertemu denganmu."
"Lucas memberitahuku banyak tentang ambisimu dan kami... tertarik membantu perempuan muda sepertimu mewujudkan ambisi itu," ujar Koji dalam bahasa Inggris beraksen Jepang.
"Kekuatan tidak hanya ada pada uang, tetapi pada siapa yang mengendalikan arah bisnis gelap di baliknya."
Di sudut ruangan, Vania Kartika, ibu Cassandra, tersenyum puas. Matanya bersinar menyaksikan anaknya dikelilingi pria-pria berkuasa. Dalam pikirannya, ini adalah bukti bahwa mereka akhirnya berada di atas angin.
"Kami ingin menjatuhkan Alexio," lanjut Lucas, "dan kami tahu caranya. Kasino miliknya adalah tulang punggung keuangan bawah tanah. Jika kamu, Cassandra, CEO baru Ornadi Corp yang bersih dan terhormat, menggulirkan tekanan legal dan kampanye media melawan kasino itu, kami bisa menghancurkannya dari dua sisi."
Koji menambahkan, "Kami akan bermain kasar. Tapi semua akan tampak seolah-olah kamu tidak terlibat. Kami aktor bayanganmu."
Cassandra tertawa kecil.
"Menarik. Tapi apa yang kudapat?"
Lucas mencondongkan tubuh.
"Kami tahu keberadaan Irene. Kami tahu dia bisa menjadi ancaman bagimu. Kami bisa membuatnya... hilang. Selamanya."
Cassandra terdiam sejenak, lalu menatap Lucas dan Koji.
"Lakukan. Jika Irene kembali, posisiku bisa goyah. Aku tidak ingin ada keraguan siapa pewaris sebenarnya Ornadi Corp."
Koji tersenyum. Dalam hati, ia menertawakan Cassandra. Betapa mudahnya perempuan ini menjadi pion. Sasha Yekaterina, pemimpin Leviathan, telah merancang semua ini. Cassandra hanyalah alat untuk membuka jalan bagi penguasaan Leviathan atas jaringan kasino Asia.
***
Malam itu, markas Alexio kembali dikejutkan oleh kabar dari Singapura, salah satu gudang senjata mereka dibom. Tidak ada korban jiwa, tetapi kerugian mencapai jutaan dolar.
"Ini mereka," gumam Vincent.
"Koji sudah mulai menggigit."
"Dan media?" tanya Alexio.
Jay menyalakan salah satu layar. Siaran televisi nasional menampilkan wajah Cassandra yang sedang diwawancara. Ia berbicara tentang pentingnya ‘moralitas bisnis’ dan bagaimana Ornadi Corp mendukung kampanye anti-perjudian dan anti-pencucian uang.
"Kami percaya bahwa dunia bisnis seharusnya berada dalam cahaya, bukan bayangan," ucap Cassandra dengan senyum palsu.
"Dan kami akan bekerja sama dengan pihak hukum untuk memastikan semua praktik bisnis di negeri ini memenuhi standar etika."
Dita yang baru datang dengan Irene memandang layar itu dengan ekspresi geram. Irene sendiri berdiri kaku, menatap wajah Cassandra dengan emosi campur aduk.
Di tempat lain, Reno berdiri sendirian di balkon gedung tinggi, menatap lampu-lampu kota yang berkedip di bawahnya. Di belakangnya, pintu ruangan konferensi baru saja tertutup setelah perayaan Cassandra selesai.
Lucas dan Koji berbincang ringan dengan para investor. Cassandra tertawa bersama Vania. Dunia tampak sempurna bagi mereka. Tapi Reno tidak bisa merayakannya. Ia menggenggam ponsel, melihat foto Irene yang masih ia simpan. Entah kenapa, setiap kali Cassandra menyebut nama Irene, hatinya terasa tertarik ke arah yang berlawanan.
Cassandra menepuk pundaknya.
"Masih belum ada kabar dari Irene?"
Reno berpaling pelan.
"Belum. Tapi aku akan terus mencari."
Cassandra tersenyum dan bergelayut manja di bahu Reno.
"Kuharap kau menemukannya sebelum Lucas dan Koji yang lebih dulu."
Reno tidak menjawab. Dalam hatinya, ia tahu, jika harus memilih, ia tidak akan membiarkan mereka menyentuh Irene. Tidak peduli harga yang harus ia bayar. Hal ini tentu salah.
Langit malam tak menjanjikan kedamaian malam itu. Bintang-bintang tampak redup. Awan hitam menggantung seperti pertanda bahwa badai besar baru saja dimulai.