Kau adalah wanita simpananku, selamanya akan tetap seperti itu. Jangan harap ada cinta di antara kita, atau hubungan kita berakhir detik ini juga! Alfredo Hanscout Smith
Aku mencintaimu, Alfred. Tak bisakah kau membuka hatimu sedikit untukku? Davina Oliver
Mampukah Davina menaklukkan sosok Alfred yang begitu dingin dan alergi dengan seorang wanita? Ataukah cintanya akan kandas dan memilih pergi untuk merahasiakan suatu hal dari Alfred.
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian
"Maaf Nona, Tuan Alfredo mungkin sedikit terlambat. Mohon anda bersabar menunggu kedatangannya," ucap lelaki itu yang berdiri di hadapan Davina.
Ya kali ini Davina sudah tak memikirkan nama Alfredo lagi, sekeras mungkin Davina menepis segala pikiran negatif yang menyelimuti dirinya. Di tambah wanita cantik itu lupa bila Perusahaan Santika Prima telah bergabung dengan Perusahaan Smith. Hal itu terjadi karena Davina terlalu memikirkan kondisi putranya. Meskipun tubuh Bryan sudah tak lagi demam, tetap saja pikirannya masih terpatri pada putranya itu.
Sungguh Davina tidak ingin terjadi sesuatu pada Bryan, satu-satunya orang yang dia miliki di dunia ini. Tak bisa di gambarkan bagaimana hancurnya Davina jika hal buruk terjadi pada putranya. Mungkin saja detik itu Davina akan mengalami depresi karena Davina sangat menyayangi putra semata wayangnya itu.
Bersamaan itu, datanglah seorang lelaki yang masuk ke dalam ruangan rapat tersebut.
Tap ... tap ... tap ....
Terdengar bunyi sepatu pantofel yang bergesekan dengan marmer. Langkahnya semakin mendekat memasuki ruangan rapat dimana Davina berada. Hal itu menyita perhatian semua orang di dalam ruang rapat tersebut, termasuk Davina. Seketika pandangan mereka bertemu, seolah berbicara lewat pandangan tersebut.
"Alfred," gumam Davina yang masih berdiri di tempatnya dengan kaki yang mulai bergetar.
"Nona Davina perkenalkan ini Tuan Alfredo Hanscout Smith, pemilik Perusahaan Smith yang beberapa bulan kemarin telah bergabung dengan Perusahaan Santika Prima," terang Fredi membuyarkan lamunan Davina. Fredi merupakan asisten Nona Afriyani, pemilik Perusahaan Santika Prima.
Dengan wajah yang terkejut, Davina kembali menatap wajah lelaki yang ada di hadapannya. Wajah yang terlihat sangat dingin yang juga menatap dirinya dengan tatapan elang.
"Davina Oliver," ucap Davina sembari mengulurkan tangannya. Tak bisa di pungkiri detik itu juga jantungnya berdegup kencang seolah ingin keluar dari sarangnya. Namun, sebisa mungkin wanita cantik itu bisa menguasai dirinya, bersikap profesional di saat kerja.
Davina melemparkan senyum indahnya pada lelaki yang ada di hadapannya saat ini. Dia berusaha setenang mungkin seolah tidak pernah mengenal lelaki itu. Niatnya datang ke perusahaan ini hanya untuk menjalin kerja sama.
'Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu lagi dengannya? Padahal susah payah aku sudah melupakannya, tapi kenapa kau pertemukan kami kembali?'
Davina pun kembali tersenyum ramah pada lelaki yang masih menatapnya dengan tatapan elang. Jauh di dalam lubuk hatinya, betapa Davina merindukan sosok yang sangat di cintainya itu sekaligus sosok yang sering melukai hatinya.
Perlahan senyum itu memudar karena yang di tatapnya hanya terdiam dengan wajah dinginnya. Alfred seakan tidak mengenali dirinya sama sekali. Merasa tidak ada respon dari lelaki yang ada di hadapannya itu, Davina menarik kembali tangannya.
Kini pandangan Davina beralih menatap Damar, namun sama halnya dengan Alfred. Damar pun hanya diam tanpa ekspresi apapun di wajahnya. Sedangkan Alfred yang berada di hadapannya, dengan wajah yang serius membicarakan perihal masalah kerja sama perusahaan tanpa menoleh sedikitpun ke arahnya. Lelaki itu berbicara dengan pandangan mata menatap Nita.
Hal itu membuat Nita merasa bingung, pasalnya disini sang pemilik butik adalah Davina. Tapi kenapa Presdir perusahaan tersebut justru menatap dirinya membahas perihal design yang akan di promosikan oleh Davina.
"Kenapa Alfred seperti tidak mengenalku?" gumam Davina yang masih menatap lelaki yang ada di hadapannya.
"Tunggu, kenapa rasanya sesakit ini ... melihat dirinya yang mengacuhkan ku." Dengan sekuat tenaga Davina berusaha menahan rasa sakit di dadanya.
"Davina, mana berkasnya?" tanya Nita, namun Davina sama sekali tak mendengarkan perkataan Nita.
"Davina," panggil Nita dengan nada suara yang lebih keras lagi.
"Ah, maaf. Kau tadi mengatakan apa?" tanya Davina berusaha untuk mengontrol emosi di hatinya.
"Berkasnya. Tuan Alfred ingin melihatnya," ucap Nita menatap aneh pada Davina yang tidak biasanya melamun di saat bekerja.
"Ah, iya ini." Davina menyodorkan berkas yang berisi beberapa designnya kepada lelaki yang ada di hadapannya. Karena Nita menyuruhnya langsung menyerahkan sendiri pada lelaki yang menjabat sebagai Presdir.
Setelah hampir satu jam, rapat pertemuan pun selesai membuat Davina bisa bernafas lega. Kedua netranya menatap pada punggung Alfred yang pergi meninggalkan ruangan.
"Davina, apa kau baik-baik saja?" tanya Nita menatap Davina.
"Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa?" tanya Davina.
"Tadi kau melamun, tidak biasanya kau melamun di saat rapat." jawab Nita.
"Nita, aku minta maaf atas kejadian tadi," ucap Davina dengan wajah menunduk.
"It's ok Davina. Hanya saja aku merasa ada yang aneh antara kau dan Tuan Alfred. Kenapa dia tak bertanya sendiri kepadamu perihal berkas yang akan kau promosikan tadi?" Nita kembali menatap Davina dengan penuh tanda tanya. Seolah ada suatu hal yang Davina sembunyikan darinya.
"Hei kenapa minta maaf? Disini kau yang menjadi Bos dan aku hanyalah bawahan mu saja. Jadi tak perlu sungkan begitu. Aku bertanya karena aku merasa khawatir kalau aku kenapa-kenapa," ucap Nita tersenyum kepada Davina.
Sebelum mereka keluar dari ruangan rapat, Davina kembali menata semua berkasnya ke dalam tas di bantu oleh Nita yang menjadi asistennya. Davina memasukkan berkas dengan perasaan yang di penuhi tanda tanya.
'Kenapa Alfred diam saja? Dan kenapa Alfred seperti tidak mengenalku? Apakah karena memang Alfred sudah melupakanku?'
Sementara itu di dalam mobil, tampak Alfred yang masih di liputi emosi ketika melihat Davina dengan wajah yang tak bersalah. Seolah wanita itu tak pernah melakukan kesalahan apapun. Padahal jelas-jelas Davina telah membuat kesalahan yang fatal dimana wanita itu pergi meninggalkannya begitu saja.
Kini lelaki itu terlihat memikirkan sesuatu, entah hal apa yang dia rencanakan saat ini. Yang pasti dia tak akan tinggal diam pada seseorang yang telah membuat dunianya jungkir balik.
🌷🌷🌷
Davina yang baru saja selesai membereskan pekerjaannya, langsung berjalan ke area parkir menuju mobilnya. Sedangkan Nita masih di dalam gedung pencakar langit itu untuk mengurus beberapa berkas penting lainnya.
Namun saat Davina akan membuka pintu mobilnya, tiba-tiba dari arah belakang ada seseorang yang membekapnya dan membawa dirinya masuk ke dalam mobil.
"Kau ...," pekik Davina terkejut.
🌷🌷🌷
Setelah 2 jam kepulangan Davina, tiba-tiba Rifki di kagetkan oleh sebuah panggilan telepon dari Nita. Dimana Bryan yang menanyakan keberadaan Davina. Hal itu jelas membuat Rifki langsung khawatir karena setahu dirinya Davina sudah pulang dari dua jam yang lalu.
"Kau jaga Bryan, aku akan mencari Davina," ucap Rifki dan langsung menutup panggilan teleponnya.
Tanpa menunggu lama Rifki pun langsung menyuruh seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Davina. Dan tak lupa meminta anak buahnya yang lain untuk mengecek cctv di seluruh gedung pencakar langit yang Davina datangi tadi dan basement parkiran mobil.
"Lepaskan! Kenapa kau membawaku kesini?"
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Heh kamfreeet kamu bener bener yah DAM STUPID BIN IDIOT yg bikin Davina kabur tuh siapa bukanya intropeksi diri malah balagak jadi korban dasar manusia songong,,ajirrrroooo deh lo
sukses selalu thor
doa terbaik untuk mu Thor lekas sembuh Aamiin