Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.
Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.
Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Terdengar suara ketukan dari atas.
“Siapa yang mampu menemukan tempat ini?” May bertanya.
Tanpa bersuara, Egan beranjak dari tempat duduk dan berjalan menuju arah lubang pintu rahasia tanpa ragu.
“Hei!” Taza berseru.
Tak lama, Egan kembali dengan seorang pria yang menyusul di belakangnya.
“Pasien barumu, May,” ujar Hoshi.
Tampak Hale muncul dengan tubuh berlumuran darah. Mata Luisa terbelalak. Sebab ia menyaksikan sendiri dari cara bertarungnya dengan Sai. Ia tidak perlu mengeluarkan 80% kekutannya untuk mengalahkan Sai, si manusia 2 meter itu. Tapi, kini ia kembali dengan tubuh berlumuran luka.
“Kau memenangkan pertarungan dan kau menemukan persembunyian kami?” Luisa berseru.
Hale mengembuskan napas, “Aku tak memenangkan pertarungan, sebab kami berdua masih hidup.”
Pandangan Hale tertuju pada Shinkai yang masih belum sadarkan diri. Lalu beralih ke Taza yang terus memandangi temannya. Ditambah Hoshi yang menyendiri di pojok sambil memeluk lutut.
Pria itu mengeluarkan sebuah berlian kecil berwarna sangat cantik dan menyilaukan. Lantas berjalan mendekat ke arah Shinkai yang berbaring.
“Kalian pikir untuk apa para penguasa serakah itu sangat ingin menambang berlian yang ada di bawah pemukiman desa ini. Kau pikir untuk apa kehadirannya langka dan sangat dicari?” Hale melemparkan berlian itu kepada May. “Pecahkan sampai lembut dan campurkan dengan obat-obatan dalammu.”
May mengangguk cepat dan mencari peralatan penghancur.
“Inilah alasan penambangan berlian selalu kembali seperti semula. Karena berlian-berlian itulah yang membantu pemulihan bentuk seperti semula. Begitupun dengan organ tubuh yang terluka. Akan tetapi, hanya berlian jenis langka yang berguna untuk manusia. Seperti yang aku bawa ini,” tambah Hale.
“Jadi itulah tujuan pertarunganmu dengan Jim.” Luisa berkata.
Hale mendapatkan berlian itu dari dalam saku Jim. Ia bersusah payah hingga hampir mengorbankan hidupnya demi mendapatkan benda kecil itu. Berbeda dengan Jim yang tujuan utamanya adalah menghabisi Hale. Itulah mengapa Hale mendapatkan luka yang jauh lebih banyak daripada Jim.
“Benar,” jawab Hale.
“Berlian itu sangat kecil dan hanya cukup untuk Shinkai,” ujar Luisa.
“Aku hanya tidak ingin melihat putriku menangis karena pemuda itu mati,” jawab Hale.
Kini mereka benar-benar tersadar, turutnya Hale membantu mereka adalah semata-mata demi putrinya yang sangat menyukai Shinkai. Meskipun demikian, mereka jelas mendapatkan keuntungan juga. Terutama karena adanya Shinkai di sisi mereka.
“Denyut nadinya melemah,” ucap Taza, lemas.
Butuh waktu beberapa lama hingga berlian langka itu bisa dilembutkan. May berusaha sekuat tenaganya, juga dibantu oleh Egan dan Luisa.
Waktu terus berjalan. Ketegangan membersamai. Taza mulai berkaca-kaca. Wajah Shinkai semakin pucat. Seperti seseorang di ambang kematian.
Akhirnya, ramuan obat May sudah jadi. Dengan cepat, ia meminta bantuan Luisa untuk membuka mulut Shinkai. Banyak yang tumpah, namun yang terminum juga termasuk lumayan.
Deru napas berat beradu. Bersama selimut ketegangan. Hoshi memalingkan wajah. Tidak sanggup mendengar kabar yang tidak ingin ia dengar.
Beberapa detik kemudian.
“Tenang saja. dia akan selamat. Tapi dia tidak akan membuka mata dalam waktu dekat. Kalilan cukup menunggu saja,” ujar Hale.
Tiba-tiba Hoshi beranjak dari tempatnya, menuju tempat Shinkai berbaring. May mundur beberapa langkah.
“Kau tidak sedang mempermainkan kami? Kau hanya datang ke sini untuk membantu pemuda kesayangan putrimu? Temanku bahkan tidak menunjukkan perubahan sama sekali” ketus Hoshi.
“Apa persembahan yang akan kau berikan padanya jika ia terbangun nanti?” Hale bertanya.
“Aku akan menghajarnya dengan kekuatan penuhku!”
“Hei, kau mendengarnya? Dia menantangmu untuk duel,” seru Hale ke arah Shinkai.
Seketika Hoshi menengok ke belakang, memastikan kondisi Shinkai.
Senyap. Shinkai masih menutup matanya tanpa pergerakan sedikitpun.
“Ah, kau malah panik begitu.” Hale tersenyum miring.
“Bagaimana dengan kau? Siapa yang menang jika kau berduel melawanmu?” tanya Hoshi pada Hale.
Teman-teman yang lain langsung saling pandang. Hoshi memang sangat kuat. Murid terkuat Tevy bersama Shinkai dan Taza. Namun Hale seperti orang yang tidak ada tandingannya. Mengingat pembawaannya saja sudah membuat orang-orang tegang tanpa sebab. Dari segi usia juga Hale jauh lebih berpengalaman. Juga pekerjaan aslinya tidak ada yang mengetahuinya.
“Baiklah, aku akan melayanimu,” jawab Hale.
Hoshi tertawa, “Kau meremehkanku? Apa yang bisa kau lakukan dengan darah-darah di sekujur tubuhmu.
“Tidak. Aku tak meremehkanmu. Sebab kau juga terluka parah.”
Tangan Hoshi terkepal kuat. Egan menarik Hoshi ke belakang.
Sesaat, semua fokus pada pikiran masing-masing. Taza tetap di tempat dan menanti Shinkai membuka mata. Hoshi kembali ke pojok. May merawat luka Hale setelah selesai sebelumnya mengobati Hoshi dan Luisa. Egan bersandar dengan tatapan kosong. Luisa mengelap panah yang bekas darah.
Untuk beberapa waktu ke depan, mereka tidak bisa melakukan apapun untuk melanjutkan misi. Seharusnya mereka akan mencari satu persatu orang di balik semua ini. Satu telah dilenyapkan. Yakni pemilik penambangan berlian yang sekaligus merencakan pembunuhan kakek Haru. satu lagi adalah Jim. Mantan pengawal istana bersama tevy yang kini berpura-pura menjadi pria biasa yang memiliki museum pribadi yang besar. Lalu bu Dyn yang diyakini sebagai peran utama di balik teror bunga soka karena Shinkai yang sudah membunuh suaminya, Tevy. Hanya saja, mereka belum mengetahui motif dari Jim. Mengingat sepertinya ia bukan orang yang akan membalaskan dendam kematian Tevy hanya karena Shinkai yang dicap sebagai pembunuhnya.
Ada juga rencana B, yakni menangkap semua pemillik tambang di desa Tambang, tempat mereka berada.
Hanya saja, saat ini yang bisa mereka lakukan hanya memulihkan diri masing-masing. Sekalipun tidak semua yang terluka. Tapi sekutu Hoshi tidak akan bisa bergerak tanpa keikutsertaan Hoshi.
“Hei, Hale. Siapa sebenarnya kau?” tanya Hoshi, memecah sunyi.
“Aku seorang mantan algojo.”
Semua mata tertuju pada Hale.
“Algojo istana?”
“Iya.”
Sesaat, semua langsung mengerti mengapa Hale begitu menyeramkan. Padahal wajahnya biasa saja seperti pria dewasa pada umumnya. Hanya saja, pembawaannya yang entah bagaimana menjelaskannya.
“Kau lebih pembunuh dari siapapun di sini.” Hoshi berkata.
“Benar, karena itu aku tidak pantas dengan kehidupan normal. Seharusnya aku tak pernah berpikir untuk berkeluarga. Kini yang tersisa dalam hidupku hanya helai,” ucapnya.
Shinkai pernah menceritakan tentang keluarga Helai kepada Taza. Ada ibu Helai di antaranya. Namun, tadi Hale hanya menyebutkan Helai. Kini sudah jelas apa yang telah terjadi dengan istri Hale.
“Sebanyak apapun kau menjawab, tetap saja bagiku kau orang yang sangat misterius.” Luisa berkata.
Hale berdiri setelah selesai diobati oleh May menuju lubang keluar.
“Kau sudah mau pergi?” May bertanya.
“Aku bukan sekutu kalian. Wajah kalian sudah terekam jelas dalam kepalaku. Jika pemuda itu mati, satu persatu kepala kalian akan hilang.” Hale mengancam.
“Jika melawanku, mana yang lebih kuat?”
Sebuah suara yang mereka tunggu-tunggu untuk terdengar, akhirnya terdengar juga.
Hoshi melantunkan syukur dalam hati, namun wajahnya tetap seperti pembenci. Taza berjingkrak riang, begitupun dengan May.
“SHIN!” Taza berseru riang.