Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Pertemuan Marsya Dan Anggun
Keesokan harinya.....
Keadaan Marsya memang semakin lemah karena efek ngidam. Tapi Marsya harus tetap bekerja demi bisa menyambung hidup apalagi saat ini sudah ada nyawa yang hidup di dalam perutnya. Sebenarnya Marsya bisa saja menggugurkan kandungannya tapi entah kenapa dia merasa sayang kepada janin itu.
"Tolong kerja samanya ya Nak, Mama harus bekerja untuk membiayai kamu jadi tolong jangan buat Mama susah," ucap Marsya dengan mengusap perutnya.
Setiap hari Marsya hanya membawa bekal buah-buahan karena hanya buah-buahan jika di makan tidak keluar lagi. Marsya pun memesan taksi untuk berangkat ke rumah sakit. Selama dalam perjalanan, Marsya teringat akan Philip dokter yang sudah dengan baik hatinya mau menerima dirinya bekerja.
"Dr.Philip baik banget, tapi bagaimana caranya aku berterima kasih kepada beliau sedangkan untuk bertemu dengan beliau saja aku masih merasakan ketakutan," batin Marsya.
Hingga tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Marsya pun sampai di rumah sakit. Dia berjalan masuk terburu-buru tanpa melihat sekitar. Tanpa dia sadar, dia menabrak seseorang membuat seseorang itu terjatuh di lantai.
"Astaga, maafkan aku Bu, aku tidak sengaja." Marsya membantu orang itu untuk bangun.
Orang yang ditabrak oleh Marsya ternyata Anggun, yang tidak lain dan tidak bukan adalah istrinya Philip. Anggun menatap Marsya dalam-dalam membuat Marsya bingung. "Bu, ibu tidak apa-apa 'kan?" tanya Marsya kembali.
Anggun tersentak kaget. "Ah iya, tidak apa-apa kok Nak," sahut Anggun ramah.
Anggun melihat name tag atas nama Marsya. "Mungkinkah ini dokter baru yang diceritakan suamiku?" batin Anggun.
Marsya membantu Anggun untuk berdiri. "Sekali lagi aku minta maaf ya, Bu," ucap Marsya merasa sangat bersalah.
"Tidak apa-apa Nak. Kamu cantik sekali, Nak," ucap Anggun sembari mengelus pipi Marsya membuat seketika darah Marsya berdesir.
"Terima kasih, Bu," sahut Marsya.
"Kamu dokter baru itu ya?" tanya Anggun.
"Iya, Bu. Kok ibu tahu?" tanya Marsya bingung.
Anggun tersenyum. "Saya ingin ngobrol sama kamu, boleh tidak jika nanti siang kita makan siang bersama?" ucap Anggun penuh harap.
"Oh..bo--boleh Bu," sahut Marsya gugup.
"Baiklah, kalau begitu nanti siang saya tunggu di kantin rumah sakit saja ya," ucap Anggun dengan mata berbinar-binar.
"Baik, bu."
"Kalau begitu, saya duluan. Jangan lupa nanti siang saya tunggu di kantin rumah sakit."
"Iya, Bu."
Anggun segera pergi meninggalkan Marsya. Marsya memperhatikan wanita yang masih terlihat cantik dan anggun walaupun usianya tidak muda lagi. "Siapa wanita itu, kenapa hatiku terasa hangat ketika dia membelai pipiku," batin Marsya.
Marsya tersadar, dia pun segera berlari menuju ruangannya. Sementara itu, Anggun baru saja masuk ke dalam ruangan Philip. Suaminya sampai bingung kala melihat istrinya datang dengan wajah yang berbinar-binar.
"Mama kenapa? sepertinya hari ini sedang bahagia?" tanya Dr.Philip heran.
"Pa, barusan Mama sudah bertemu dengan dokter baru itu. Perasaan Mama tiba-tiba bahagia, entah kenapa? Mama merasa jika Mama sudah kenal lama sama Marsya," sahut Anggun dengan mata yang berbinar-binar.
"Mama bisa saja, mana ada sudah kenal lama," ledek Dr.Philip.
"Itu perasaan Mama, Pa. Lagipula, tadi Mama melihat matanya kok mirip sekali sama Marsel putra kita," sahut Anggun.
Philip terdiam, ia pun bangkit dari duduknya dan menghampiri istrinya. Diusapnya punggung sang istri untuk menenangkannya karena ia tahu jika sampai saat ini Anggun belum menerima atas kepergian anak pertamanya itu. "Ma, Papa tahu jika saat ini Mama masih mengingat putri kita yang sudah tiada. Tapi Papa mohon, biarkan putri kita tenang karena dia sudah bahagia di surga sana," ucap Dr.Philip menenangkan.
"Mama masih bingung dengan kematian putri kita Pa, sampai dia meninggal pun Mama tidak diberi kesempatan untuk melihat jasadnya, padahal itu akan menjadi kenangan terakhir Mama melihat putri kita," sahut Anggun dengan mata yang berkaca-kaca.
Philip segera memeluk istrinya. "Iya, Papa juga ngerti kok. Tapi 'kan kata dokter wajah putri kita hancur karena sudah diterkam binatang buas malah Papi kamu yang sudah melihatnya. Papi takut kamu akan syok jika melihat wajah putri kita, maka dari itu Papi memerintahkan orang untuk segera menguburnya," jelas Dr.Philip.
"Iya, tapi tetap saja Mama masih tidak percaya jika itu adalah putri kita," sahut Anggun.
Philip mengeratkan pelukannya, dia tahu apa yang dirasakan oleh istrinya itu karena dia pun sebenarnya merasakan hal yang sama hanya saja dia masih bisa menyembunyikan perasaannya. "Oh iya, nanti siang Mama ngajak Dr.Marsya makan siang bersama apa Papa mau ikut?" tanya Anggun dengan melepaskan pelukan suaminya.
"Dr.Marsya trauma sama pria tua Ma, jadi Papa tidak bisa ikut bersama Mama. Kalian saja makan siang berdua, nanti biar Papa makan di sini saja sendirian," sahut Dr.Philip.
"Papa tidak apa-apa 'kan makan siang sendirian?" tanya Anggun tidak percaya.
"Tidak, Mama jangan khawatir kalian makan saja berdua," sahut Dr.Philip dengan senyumannya.
"Terima kasih, Pa."
Putri Philip dan Anggun dinyatakan meninggal saat mereka sedang melakukan piknik bersama Papinya Anggun. Pada saat sedang lengah, putrinya menghilang masuk ke dalam hutan dan katanya diterkam binatang buas. Aneh memang, anak kecil berusia 3 tahun malam-malam menghilang saat kedua orang tuanya sedang terlelap tidur.
Pagi-paginya, putri mereka ditemukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Wajahnya hancur dan tubuhnya penuh dengan luka, namun Anggun dan Philip tidak bisa melihat putrinya karena sudah berada dalam kantong jenazah. Bahkan Papi Anggun tidak mengizinkan Anggun untuk melihat putrinya untuk terakhir kalinya karena takut Anggun trauma.
***
Waktu makan siang tinggal beberapa menit lagi, Anggun sudah menunggu Marsya di kantin rumah sakit. "Apa Dr.Marsya akan datang ya," gumam Anggun cemas.
Tidak lama kemudian, jam istirahat pun tiba. Anggun terus melihat ke arah pintu masuk, ia tidak sabar ingin bertemu dengan Marsya. Hingga beberapa saat kemudian, Marsya pun muncul dan Anggun melambaikan tangannya ke arah Marsya.
"Siang, Bu," sapa Marsya.
"Siang."
Marsya pun menyimpan kotak bekalnya di atas meja. "Loh, kamu bawa bekal dari rumah?" tanya Anggun.
"Iya, Bu. Ini hanya buah-buahan saja soalnya aku sedang tidak masuk makanan apa-apa saat ini," sahut Marsya.
"Kenapa? kamu sakit?" tanya Anggun khawatir.
"Aku sedang hamil, Bu," sahut Marsya malu.
"Hah, hamil? ternyata kamu sudah menikah? saya pikir kamu masih gadis?" ucap Anggun dengan senyumannya.
Marsya hanya tersenyum tipis, dia tidak mau jika sampai wanita yang ada di hadapannya tahu jika dia sedang hamil tanpa seorang suami.