Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterlibatan
6 April 2025, sore hari.
Kali ini aku akan belajar memasak sebagai awal magang menjadi istri idaman. Guru memasak ku tak lain dan tak bukan adalah suami ku sendiri, Gelio.
Karena ini adalah kali pertamanya aku belajar, maka hal yang pertama aku pelajari adalah membuat telur ceplok. Aku sangat antusias dibawah bimbingan pak guru Gelio.
"Ambil wajan, hidupkan kompor, tunggu hingga wajan panas!"
"Baik!"
"Setelah panas, tuangkan sedikit minyak ke dalam wajan!"
"Siap!"
"Pecahkan telur langsung di atas minyak!"
"Roger!"
"Kalau suka yang setengah matang, telurnya jangan di balik, biarkan putihnya saja yang matang, kuningnya biarkan!"
"Okey!"
"Sekarang angkat dan letakkan di atas piring ini!"
Gelio menyiapkan piring saji, dan aku fokus mengangkat telur yang sudah setengah matang dengan hati-hati. Keringat deras mengucur di kening ku, tanganku gemetar dan...
PLUP!
Telur ceplok setengah matang sudah berhasil mendarat di atas piring saji dengan selamat!
"Yattaaa!!! Aku berhasil!! Aku berhasil Gelio! Aku bisa masak!" teriakku bersorak girang begitu berhasil membuat menu pertama.
Aku langsung berlari mengambil ponsel, lalu memotretnya berkali-kali dan tentu saja keberhasilan itu harus ku pamerkan di sosial media. Meski dari kecil aku selalu di manja dan tidak bisa apa-apa, tapi kini aku sudah bisa.
Dengan bangga aku terus memuji telur ceplok karya pertama ku. Gelio ikut merasa terhibur dengan tindakan kocak ku yang sangat berenergi, padahal tadi siang aku menangis tersedu-sedu dan mengadu ke Rain dan juga Regan.
"Berhentilah bersenang-senang, sekarang coba kau cicipi hasil pertama mu itu," kata Gelio memotong kan telur untukku dan menyuapiku.
"Bagaimana?" tanya nya.
"Enak, tapi hambar," sahutku sambil mencoba menikmati telur ceplok buatan ku sendiri.
"Kerja bagus! Walau ini adalah hari pertama kau belajar memasak, tapi tidak buruk. Kamu cepat mengerti dan cukup baik," Gelio memuji dengan nada yang lembut.
Sontak bulu kudukku berdiri sebadan-badan, itu kali pertamanya aku melihat Gelio memujiku dengan tulus. Pipiku merona, aku segera memalingkan wajah agar tidak ketahuan jika ku deg-degan dibuatnya.
"Te-terimakasih. L-lalu, bagaimana dengan makan malamnya?" tanyaku.
"Kita akan makan diluar malam ini, besok kita lanjutkan untuk belajar memasaknya ya. Ah apa perlu aku memanggil koki berbakat untuk mengajari mu secara pribadi?" tanya Gelio terlihat memikirkan sesuatu.
"Tidak perlu, kau bisa mengajari ku. Seperti ini saja, tidak masalah," kataku dengan suara yang sangat kecil.
"Baiklah, sekarang bersiaplah! Kita akan pergi makan malam di luar!"
...----------------...
6 April 2025, di sebuah restoran seafood terkenal di kota.
"Apa kau menyukainya?" tanya Gelio sembari mengupas kepala-kepala udang dan memberikan dagingnya untukku.
Dia sangat act of service banget! Gelio juga sesekali menyuapi ku, dia memperlakukan ku seperti seorang tuan putri, aku merasa malu saat banyak mata menatap ke arahku dan Gelio.
Di tengah asyiknya makan, gerombolan pria-pria besar berotot dan bertato datang menghampiri meja yang kami tempati.
CEKLEK!
Suara pistol diarahkan ke kepalaku. Aku membeku, mereka mengerumuni kami layaknya seekor semut yang bisanya keroyokan. Dengan santai dan masih dengan sikap yang tenang, Gelio lanjut mengupas kepala-kepala udang dengan sangat santai.
"Oho? Setelah berhari-hari tidak terlihat, ternyata Tuan Muda kita sedang melakukan dating dengan seorang gadis muda ya?" kata seorang pria bertubuh kekar yang menodongkan pistol di kepala ku.
"Boss, dia istrinya!"
"Ah benarkah? Bukankah ini akan menjadi semakin menarik, Tuan?"
GREEK!
"Kyaaak!" aku berteriak kesakitan begitu pria berotot yang dipanggil 'boss' itu mulai menjambak rambut ku. Aku kesakitan, para pengunjung resto semuanya panik.
Mereka berteriak memanggil manager resto untuk mengusir para preman yang mencoba mengacaukan ketenangan.
"Lepaskan istri ku"
"Apa? Tolong bicara dengan lebih-"
"Dasar budek! Kubilang cepat lepaskan istriku!" teriak Gelio seraya memukul para gangster yang mengelilingi nya.
DORR! DORR!!
"KYAAAA! Cepat keluar, disini ada yang membawa senjata api!"
"Jangan dekat-dekat! Berbahaya!"
Para pengunjung dan para staff resto semuanya lari kalang kabut, beberapa dari mereka langsung melaporkan kejadian itu kepada polisi.
Gelio melawan mereka semua dengan kemampuan bela dirinya yang tidak terlalu mahir, sedangkan aku masih menjadi sandera dan berdoa agar semua dari kami selamat tanpa adanya korban jiwa.
Tak lama kemudian, sirine polisi pun datang dengan beberapa mobil mewah menggiringnya di belakang. Itu adalah Gian dan anak buahnya yang datang untuk membantu.
Beberapa dari para penjahat pun kabur ketakutan. Tapi disaat itu juga, pria kekar yang menjadikan ku sandra tiba-tiba melayangkan pukulan dan mengenai tengkuk leher ku. Sontak aku pun pingsan dan tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.
...----------------...
7 April 2025, sekitar pukul 1.00 malam hari.
Tak lama setelah hari mulai berganti tanggal, aku terbangun dari pingsan ku. Aku mendengar suara orang-orang yang sedang beradu mulut meributkan sesuatu.
Dengan samar aku melihat punggung Gelio yang sedang berhadapan dengan seseorang di depannya. Mereka bertengkar hebat, tidak hanya dua orang, tapi banyak orang. Sepertinya mereka sedang membahas penyerangan yang terjadi saat jam makan malam.
"Kakak ipar masih belum sadar dari pingsan nya, kenapa kita tidak membawanya ke rumah sakit saja? Kenapa kau membawa nya pulang dan hanya di periksa oleh dokter keluarga yang hanya bisa memeriksa saat papa mama disaat mereka sakit demam?" kata Gian yang mulai mencari-cari kesalahan Gelio, setelah tadi cukup lama bertengkar dengannya.
"Tutup mulut mu! Dia istriku, dan jangan sesekali kau menyentuhnya seperti tadi! Atau ku potong saja kelamin mu itu!" kata Gelio menimpali.
"Sudahlah! Kenapa kalian bertengkar lagi? Apa sudah ada informasi mengenai mereka?" tanya Sinora, mama kandung Gelio yang merupakan seorang ahli kimia yang menjadi kunci utama pembuatan obat di klinik mereka.
"Malio, bagaimana?" tanya Gian kepada Malio yang ada di sana.
Sedangkan Mon Dain tidak ada disana karena dia sudah berkeluarga, jadi Gelio sengaja tidak memanggilnya jika hanya untuk hal seperti itu. Dia membiarkan Gian unjuk kemampuan hanya untuk sementara saja.
"Saya mendapatkan informasi jika mereka adalah geng sekelas preman yang bergerak di bidang distribusi narkoba," jelas Malio, dengan bangga Gian memberinya pujian jempol.
"Apa mereka ada hubungannya dengan Big Papa?" tanya Gairo yang sedari tadi diam, kini mulai ikut andil dalam percakapan.
"Kurasa tidak, bukankah kita sudah melakukan kerja sama resmi dengan Big Papa? Untuk apa mereka melakukan trik murahan yang seperti itu? Big Papa bukan organisasi sembarangan!" sahut Sinora sembari berjalan mendekati Gairo yang duduk di atas sofa.
"Kau benar sayang, sebaiknya kita mulai waspada."
"Tapi bagaimana dengan Regina? Mereka sudah mengetahui jika dia adalah istriku, mereka pasti akan mulai menargetkannya karena dia lah yang terlemah. Aku tidak ingin dia terluka gara-gara masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya," kata Gelio seperti nya sedang mengkhawatirkan ku.
"Dia sudah mulai terlibat, mau tidak mau dia memang harus dilibatkan, karena sekarang dia sudah menjadi bagian dari keluarga Allegra."
"Tapi pa, dia bisa saja terluka jika terlibat dengan kita!"
"Mau bagaimana lagi? Dia istrimu, itu tanggung jawab mu untuk melindunginya, bukan begitu pa?"
"Heh, jika kau tidak mampu melindungi istri mu karena kau lemah seperti itu, maka biarkan aku yang menjaga nya!"
"Jangan berani kau menyentuh istriku seujung rambut pun!"
"Jangan sok berani mengancam, kalau memang pemberani, yuk duel!"
"Ohh kau menantang ku ya? Ayo, siapa takut?!"
Aku mendengar semuanya, kepalaku amat terasa sangat sakit, telingaku berdenging dan penglihatan ku terasa sangat buram. Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan? Aku terlibat? Tentang apa?