Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gantung
Jarum jam sudah menunjukan waktu tengah malam. Pukul 00.35, namun Jero sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Di sampingnya Giani sudah tertidur lelap sambil mendekap bantal gulingnya.
Jeronimo menatap Giani. Wajah polos itu nampak tenang dalam tidurnya. Giani yang dalam pandangan orang begitu sederhana, terlihat seperti gadis yang tak banyak bicara, justru berbanding terbalik dengan apa yang Jero rasakan saat beberapa bulan menikah dengannya.
Gaya bicaranya, kalimat-kalimatnya yang selalu menyudutkan Jero, bahkan gerakan tubuhnya yang membuat Jero sering merasa panas dingin. Entah mengapa, hanya melihat Giani berjalan dengan gaun tidurnya, hasrat Jero untuk bercinta dengan gadis itu sangat menggebu-gebu sehingga tak bisa terbendung lagi. Jero selalu terbuai, saat Giani mendesah dalam dekapannya. Dan cara Giani bercinta dengannya, tak pernah Jero dapatkan pada gadis manapun juga, bahkan pada Finly.
Pada hal selama ini, Jero selalu merasa kalau Finly tak ada duanya dibandingkan dengan perempuan manapun yang pernah tidur dengannya. Finly adalah satu-satunya perempuan yang Jero cintai sejak dulu. Itulah sebabnya, Jero menutup hatinya untuk semua nasehat yang diberikan oleh Frangky dan Deryl supaya Jero memutuskan hubungannya dengan perempuan yang sudah menjadi istri orang itu. Jero bahkan berharap agar Finly segera menceraikan Aldo dan menikah dengannya. Jero masih ingat, satu hari sebelum Finly menikah dengan Aldo, Finly sejak pagi sudah datang di apartemen Jero, keduanya bercinta sampai tak terhitung lagi berapa kali banyaknya.
"Ayo, kita lari, Jer!" ajak Finly sambil memeluk Jero. Keduanya masih dalam keadaan polos.
"Aku tak bisa, Fin. Aku takut mama sock dan sakitnya kambuh. Lagi pula pernikahanmu dengan Aldo akan dilaksanakan besok. Apakah kamu tidak memikirkan dampak yang akan diterima oleh keluarga kita?"
Finly mulai menangis. "Aku mau mati saja jika tak bisa bersamamu."
Jero menghapus air mata Finly. "Jangan sayang, aku akan menderita jika kau mati. Menikalah dengan Aldo dan aku siap menjadi lelaki simpananmu."
"Benarkah?"
"Ya, sayang. Kau tahu betapa besarnya cintaku padamu."
Finly tersenyum senang. Keduanya kembali berpelukan dengan hasrat yang kembali membara.
Namun ternyata, baru 1 bulan Finly menikah, papa Denny meminta Jero ke Sidney untuk mengurus cabang perusahaannya di sana. Jero tahu ini pasti cara papa Denny untuk memisahkannya dengan Finly. Jero menerimanya karena ia ingin menjauh dari Finly.
Di Sidney, jero berusaha menjalin hubungan dengan beberapa wanita, namun kenyataannya ia tak bisa melupakan Finly. Makanya ketika Jero kembali dari Sidney, ia akhirnya kembali berhubungan dengan Finly.
Jero kembali menatap Giani yang terlelap. Ia mencoba menghapus kenangan masa lalunya dengan Finly. Tatapan Jero beralih ke bibir tipis Giani yang selalu menggoda untuk diciumnya.
"Kamu adalah gadis yang berbahaya untukku, Giani. Aku selalu tak berdaya jika ada di dekatmu. Seharusnya, aku tak perlu dekat denganmu. Namun pada kenyataannya, tubuhmu selalu menarikku untuk mendekapmu erat." Kata Jero sambil meraba bibir tipis Giani dengan ibu jarinya.
Giani membuka matanya. "Kenapa belum tidur, kak?" Tanya Giani dengan suara yang berat menahan kantuk.
"Palo nggak mau tidur."
"Sini, aku belai!" Kata Giani sambil mengulurkan tangannya hendak meraba si palo namun Jero justru menahan tangannya.
"Palo maunya di sini!" Kata Jero sambil mengusap bibir Giani.
"Ya sudah, keluarkan saja."Kata Giani walaupun dengan mata yang belum seluruhnya sadar dari rasa kantuknya.
Jero langsung senang. Tak menunggu diminta untuk yang kedua kali, ia segera melucuti bajunya.
"Palo ready sayang!"
Giani melakukan apa yang Jero mau membuat pria itu memejamkan matanya, menikmati rasa enak karena semua sentuhan Giani. Namun tak lama kemudian, ia merasa kalau Giani melambatkan gerakannya bahkan akhirnya berhenti. Jero membuka matanya. Ia terkejut melihat Giani yang sudah tertidur.
"Gi..., bangun !" Jero menepuk punggung Giani namun justru gadis itu terlihat sangat lelap dan mendengkur.
"Ya ampun, Gi, aku justru semakin tersiksa kayak gini. Gi, kok kamu tega sih?" Jero mengacak rambutnya kasar. Ia menjadi frustasi. Giani sudah tertidur dengan si palo yang masih ada dalam....( he..he...tebak aja sendiri).
**********
Joana tertawa mendengar cerita Giani. "Jadi kamu benar-benar melakukan apa yang aku ajarkan?" Tanya Joana. Keduanya sedang duduk di pondok dekat danau sore ini. Joana datang menemui Giani karena George sedang ada pekerjaan penting dan Joana bosan menunggu di hotel.
Giani mengangguk sambil melepaskan tawanya.
"Jero percaya kalau kamu benar-benar sudah tertidur?"
Saat Giani mengangguk, tawa Joana langsung kembali terdengar. "Good job, Gi. Aku bangga padamu. Namun kasihan juga si Jero. Dia pasti tersiksa sepanjang malam."
"Biarin. Masa dia nggak bisa menahan diri saat aku sedang datang bulan." cicit Giani dengan kesal.
"Terus, saat bangun pagi, reaksi Jero gimana?"
"Dia diamin, aku. Pergi kantor nggak sarapan. Dia bahkan tak memakai baju yang aku siapkan."
"Menurutmu, kita keterlaluan nggak mengerjai Jero?"
"Nggak. Dia sudah sering mendapat banyak dariku. Aku melayaninya di mana saja yang dia mau."
"Hati-hati, Gi. Jangan sampai main perasaan. Cinta dan sex adalah 2 hal yang sebenarnya saling melengkapi. Sering sulit dibedakan."
"Aku sejak awal sudah membentengi perasaanku. Aku tak mungkin jatuh cinta pada Jero. Biarlah aku menyerahkan tubuhku, untuk membuat Jero melupakan Finly. Aku hanya ingin Jero melihat kalau Finly bukanlah wanita yang tepat untuknya."
Joana menyesap lagi kopi buatan Giani. "Kadang cinta datang karena kebiasaan bersama. Seperti aku dan George. Kami sudah menjadi rekan kerja selama 5 tahun barulah kami berdua sadar kalau kami saling mencintai."
"Terus kapan menikahnya? Usia George kan sudah hampir 40 tahun."
Joana tersenyum kecut. "George adalah orang yang tak percaya dengan pernikahan. Apalagi memiliki anak. Itu jauh dari pikirannya."
"Apakah kamu juga termasuk orang yang nggak suka dengan komitmen pernikahan?"
"Aku mau, Gi. Aku bahkan rindu ingin punya anak diusiaku ini tapi bagaimana mungkin aku memaksa George untuk menikahiku?"
Giani akan bicara lagi namun sayup-sayup ia mendengar suara Alexa dari arah samping rumah.
"Bibi Giani!" Panggilnya.
Giani langsung berdiri. Ia memang memberikan kartu khusus pada kakaknya sehingga Geraldo bisa datang ke rumahnya tanpa harus meminta ijin dulu padanya.
"Alexa, bibi di sini!"
Alexa akhirnya muncul sambil berlari. Di belakangnya ada Nilam, sang pengasuh yang berlari sambil memperingati Alexa jangan sampai jatuh. Tak jauh dari Nilam, ada Geraldo yang hanya tersenyum melihat putrinya yang berlari menemui Giani.
"Bibi....!" Alexa langsung memeluk Giani dengan sangat erat. "I miss you, aunt Gi!" bisik Alexa lalu mencium pipi Giani.
"Miss you too, my baby!"
"Eca merengek ingin datang ke sini. Kebetulan sore ini nggak ada kerjaan di kantor. Langsung deh datang ke sini."Kata Geraldo yang sudah berada di belakang Alexa.
"Bibi, siapa tante bule ini?" Tanya Alexa nampak penasaran.
"Ini tante Joana yang pernah videocall dengan Eca."
"Yang dari Amelica?"
Joana mengangguk.
"Tante bule, kamu sangat cantik. Badanmu juga tinggi. Kayak papa." Ujar Alexa lalu menjabat tangan Joana. "Nice to meet you, tante bule."
"Senang juga berkenalan denganmu, manis." Joana membungkuk lalu mencium tangan Alexa.
"Wah, tante bule bisa bahasa Indonesia." Alexa nampak semakin kagum dengan Joana.
"Kak, ini Joana yang sudah sering aku ceritakan padamu. Dia datang ke Jakarta karena ada pekerjaan." Giani memperkenalkan Joana dan kakaknya.
Setelah itu, mereka bertiga pun terlibat percakapan seru sambil menikmati cemilan sementara Alexa sedang mencari kupu-kupu dengan pengasuhnya.
"Kak, Joana, aku tinggal dulu ya. Aku mau menyiapkan makan malam.Kalian berbincang saja dulu." Giani memang tak begitu mengerti dengan percakapan Joana dan Geraldo yang kelihatannya saling mengisi. Percakapan menyangkut bisnis di dunia enterteiment.
Setelah mendapat anggukan Joana dan Geraldo, Giani pun masuk ke dalam rumah untuk menyiapkan makan malam karena waktu sudah menunjukan pukul 5 sore.
Setelah masakan selesai dibuat, mereka pun menikmati makan bersama.
"Jero kok belum pulang?" Tanya Aldo.
"Katanya ada lembur." Giani memilih berbohong dari pada harus mengatakan kebenaran dan Aldo pasti akan mengusutnya sampai selesai. Aldo selalu mengingatkan Giani, kalau Jero macam-macam, Giani harus meninggalkan Jero.
Setelah selesai makan malam, Geraldo dan Alexa pamitan pulang. Giani meminta kakaknya untuk mengantar Joana pulang. Sepeninggalan mereka, Giani membereskan meja makan lalu mencuci peralatan makan yang digunakan.
Giani menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul 10 malam. Kenapa kak Jero belum pulang?
Giani memeriksa hp nya. Tak ada pesan atau panggilan dari Jero. Giani pun gengsi untuk menelepon duluan. Ia akhirnya masuk ke kamarnya di lantai 1, mandi dan ganti baju, lalu naik ke atas ranjang dan akhirnya tertidur.
*********
Pukul 1 dini hari, Jero baru pulang. Ia sengaja pulang terlambat agar tak bertemu Giani. Ia tahu kalau Giani sangat jarang tidur di atas jam 10 malam.
Jero masih kesal saat mengingat kejadian semalam. Giani begitu tega menyiksanya.
Saat tangannya membuka pintu kamar. Ia tak melihat Giani. Apakah perempuan itu kembali ke kamarnya? Ah...masa bodoh! Mending aku tidur saja.
Jero yang sudah setengah mabuk akhirnya tidur tanpa mengganti pakaiannya.
So, bagaimana aksi ngambek Jero?
tunggu up berikut ya...
tunggu juga vote nya banyak 😄😄😄
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺