Susuk Kalajengking

Ketika matahari sudah mulai muncul, Lita terbangun dari tidur nya sambil menatap sekeliling karena keheranan. Rasa nya tadi malam ia melihat Bu Mima dan Sari masuk lagi kedalam mobil, Namun dua orang itu sekarang sudah tidak ada lagi.

Lita segera mencoba menghidupkan mobil nya, Dan ternyata langsung bisa menyala. Lega rasa nya hati gadis ini karena akan bisa meninggalkan tempat ini, Sambil menatap jalanan karena kedua orang itu tidak ada.

Sepanjang jalan hanya ada hutan akasia yang berjejer sangat rapat, Mobil sudah mencapai jalan aspal dan Bu Mima serta Sari belum juga terlihat batang hidung nya.

"Kok tidak ada! Rasa nya mereka tadi malam masuk lagi." Heran Lita mulai takut.

Rasa nya was was juga karena hutan terlihat sangat lebat, Bisa saja di sini ada harimau atau beruang yang memangsa nya. Mobil Lita berjalan pelan karena dia masih harus mencari kedua orang tersebut.

Diiin, Diiinn.

Suara klakson ia hidup kan agar mereka bisa dengar dan menghampiri nya, Hingga mata Lita mulai menangkap sesuatu yang tidak jauh dari nya. Pandangan masih belum jelas karena kabut menyelimuti tempat ini, Dan entah asap dari mana juga yang mengebul.

"Itu mereka!" Seru Lita.

Lita bergegas turun dari mobil dan sedikit berlari menghampiri mereka berdua, Bu Mima susah payah membawa Sari yang tampak sangat kotor dan juga lemas, Darah pun masih tidak berhenti mengalir membasahi kaki hingga mengering.

"Kalian dari mana saja? Ayo cepat masuk mobil." Ajak Lita.

"Bantu kami, Lita! Jangan ngomong saja kamu." Bentak Bu Mima.

Walau pun kesal karena selalu di bentak oleh Ibu kandung nya, Lita berusaha membantu Sari masuk kedalam mobil dan segera meluncur pergi. Bu Mima terus mengusapi wajah Sari dengan tisue basah agar tanah dan juga darah.

"Bukan nya kalian tadi malam masuk mobil, Kenapa bisa keluar lagi?" Tanya Lita bingung.

"Kau masih bisa bertanya! Padahal kau ingin menghabisi kami." Sergah Sari.

"Hah? Apa maksud mu." Bingung Lita.

Tadi malam ketika mereka sudah masuk kedalam mobil dan duduk di belakang, Lita tiba tiba saja bangkit dengan pandangan mata yang kosong dan ingin menusuk mereka menggunakan lingggis yang sangat tajam itu.

Bahkan lengan Bu Mima saja sampai terkoyak karena ingin menolong Sari yang menjadi incaran nya Lita, Namun Lita sama sekali tidak ingat hal itu. Sari dan Bu Mima akhir nya tahu bahwa tadi malam Lita pasti di rasuki oleh jin untuk membunuh Sari atau lebih tepat nya membuat Sari menderita oleh rasa sakit.

Lengan Bu Mima di balut dengan rok nya yang ia koyak, Karena luka itu terus mengucurkan darah yang sangat segar. Kini mereka hanya bisa pulang lagi kekampung karena gagal untuk mencari dukun yang bisa mencabut susuk tersebut.

Pak Muhtar hanya bisa mengusap dada melihat penampilan anak dan istri nya yang sangat kotor, Sari masih bisa mandi sendiri walau rasa sakit yang ia derita sangat lah luar biasa.

Air mandi saja bisa berubah menjadi merah ketika jatuh kelantai, Karena memang darah nya ini tidak bisa berhenti. Sambil mandi yang menggeram kesal karena merutuki kebodohan nya sendiri.

"Shinta dan Laura! Mungkin mereka tau ada dukun lain." Otak Sari menemukan ide.

Segera ia bergegas keluar dari kamar mandi dan memakai pampers nya agar darah tidak sampai berceceran, Jalan nya juga sekarang agak mengangkang akibat apem nya yang bengkak.

Sebelum pakai pampers ia mengacai untuk melihat apem nya, Ternyata berwarna sangat merah kehitaman. Bengkak yang sangat besar, Bahkan kacang nya juga sampai sebesar jempol kaki.

"Ssshh."

Sari mendesis kesakitan ketika ia memasukan jari nya untuk mengorek susuk yang sudah Mbah Bedu pasang, Berharap bisa ketemu dan di tarik sendiri agar bisa bebas dari siksaan susuk tersebut.

Kedua teman nya tidak ada yang mengangkat panggilan dari nya, Sari tidak tahu bahwa Shinta sudah taubat karena merasa hilang nya Shanti adalah teguran dari Allah. Dia pun memutuskan untuk istiqomah saja.

"Sialan! Kemana sih mereka? Padahal uang ku banyak juga yang mereka makan." Geram Sari.

Kini hati Sari mulai gundah karena tabungan nya terus terpakai untuk membeli segala macam perlengkapan nya, Mana sama sekali tidak ada pemasukan karena dia memang sudah tidak bekerja lagi.

"Tinggal sepuluh juta! Apa ku jual saja rumah itu." Batin Sari.

Harta yang nilai nya masih lumayan besar adalah rumah dan juga mobil, Setidak nya itu bisa di harapkan untuk di jual dan uang nya bisa di pakai untuk membeli keperluan nya.

Baru saja Sari termenung karena memikirkan nasib nya, Tiba tiba saja ponsel nya berdering dari nomor yang tidak di kenal.

"Hallo?"

"Hallo, Benar ini dengan Non Sari? Ini saya satpam komplek perumahan xxxx, Rumah Nona habis terbakar tadi malam." Beritahu Satpam.

"Apa! Bagai mana bisa terbakar?!" Pekik Sari.

"Seperti nya ada kabel yang terkelupas dan tadi malam ada petir yang mengarah kesana, Habis semua tidak ada sisa, Non." Jawab Satpam.

Lemas lunglai tubuh Sari karena dia kehilangan harta yang bisa ia harapkan, Video rumah yang terbakar juga di kirim oleh Satpam. Memang semua nya ludes terbakar, Bahkan sampai dinding tembok juga runtuh karena di lahap si jago merah.

Yang membuat aneh adalah rumah tetangga sebelah nya, Sama sekali tidak ada sedikit pun terkena. Seolah hanya fokus untuk rumah Sari saja, Sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Setidak nya itu lah kata yang tepat untuk Sari saat ini, Kesialan terus mendatangi nya seolah mereka sangat nyaman berada di dekat Sari. Dia hanya bisa menangis menyalahkan Tuhan karena merasa hidup nya tidak adil, Bukan nya menyadari bahwa itu adalah kesalahan nya.

"Aarrkhhhh! Aku juga ingin kaya seperti dulu, Kenapa aku harus sakit!" Teriak Sari melengking.

Teriakan Sari yang sangat kencang itu mengundang perhatian tetangga, Karena mereka memang rumah nya tidak jauh jauhan. Mereka agak kaget karena Sari malah berteriak seperti itu.

"Sari kenapa sih? Semenjak pulang dari kota, Dia ndak pernah lagi keluar rumah." Ujar Menis.

"Mana ku tau! Toh dia pulang juga kan masih misteri." Sahut Ulfa.

"Misteri bagai mana?" Heran Menis.

"Dia menghilang setahu lama nya, Nis! Kabar nya dia kabur sama Arya, Tapi mereka pulang masing masing dan Sari juga keadaan nya agak mencurigakan." Bisik Ulfa.

"Iya ya! Jangan jangan mereka memang kabur bersama dan kembali pisah sekarang." Tebak Menis.

Ulfa dan Menis mulai curiga ada sesuatu yang kedua keluarga ini sembunyikan, Terlebih Sari tidak pernah keluar rumah semenjak pulang dari kota.