Quinn, seorang gadis berusia 26 tahun itu memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, siapa yang menduga, dibalik kehidupan yang sempurna Quinn sangat terkurung. Sebab sebagai putri seorang mafia membuat Quinn tidak bisa hidup dengan bebas.
Quinn memang memiliki kehidupan yang sempurna. Akan tetapi, Quinn nyatanya sangat apes pada percintaannya. Sekalipun Quinn memiliki harta melimpah dan juga paras rupawan, nyatanya tak bisa membuat Quinn menemukan cinta sejatinya.
Sampai tanpa sengaja, Quinn bertemu dengan Dimitri. Seorang laki-laki berusia 30 tahun itu terus mengganggu Quinn.
Akankah Dimitri bisa meluluhkan hati wanita tangguh dan cerdas seperti Quinn? Lantas bagaimana respon Dimitri ketika dia tahu kalau Quinn adalah putri seorang mafia yang sangat disegani pada masanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35 Pernyataan
"Ayo, Tuan Dimitri. Aku akan mengantarmu sampai ke depan," ucap Quinn.
Dimitri meringis kesakitan. Tubuhnya terasa babak belur. Quinn membantunya berjalan. Namun, saat mereka berdua melangkah justru dihadang oleh Luca.
"Dad? Kenapa Daddy menghalangi jalan kami?" kesal Quinn.
"Kau mau kemana?" tanya Luca.
"Sudahlah, Dad. Aku hanya mengantarnya ke depan mansion kita saja. Aku tidak akan ikut pergi dengannya. Kasihan, Dad. Tuan Dimitri terluka karena Daddy memukulnya habis-habisan." Quinn mengerucutkan bibirnya.
Ia kesal pada Luca yang terus saja menahan kepergian Dimitri. Jelas-jelas wajah Dimitri banyak lebam. Tapi, Luca seolah menutup mata akan hal itu.
"Tidak! Biarkan saja dia pulang sendiri. Daddy tidak percaya kau hanya mengantarnya sampai ke depan mansion. Siapa yang tahu kau akan mengantarnya pulang!" Luca masih saja curiga.
Quinn melebarkan mata. Bisa-bisanya Luca masih tidak mempercayainya. Mata Luca beralih pada Dimitri. Luca pun melotot supaya Dimitri paham pada isyaratnya yang menyuruh Dimitri pergi.
"Em, Quinn. Sepertinya aku harus pulang. Tidak enak kalau terus bermusuhan dengan Daddy-mu. Jadi, tidak perlu mengantarku." Dimitri kesal setengah mati karena Luca mengusirnya.
"Tapi, aku tidak enak padamu. Kau sudah membantuku sehingga bisa pulang ke rumah ini, Tuan Dimitri. Rasanya tidak enak kalau aku tidak membalas budi. Terlebih, kau jadi babak belur begini." Quinn meringis. Karena wajah Dimitri yang mendapatkan banyak lebam-lebam akibat pukulan Luca.
Dengan cepat mata Quinn beralih pada Luca. "Aku merasa aneh. Apa Daddy mengancam Tuan Dimitri?"
"Nak, kenapa kau masih saja membela pecundang itu?" gerutu Luca.
"Dad! Dia punya nama! Namanya Tuan Dimitri. Tidak bisakah Daddy memanggilnya dengan sopan?" balas Quinn.
"Quinn, kau juga harus sopan. Bagaimanapun dia Daddy-mu," tegur Tiffany.
"Tapi Daddy sudah keterlaluan, Mom. Aku dan Tuan Dimitri salah paham. Mommy seharusnya percaya padaku. Lagipula Daddy kekanakan. Tanpa tahu siapa Tuan Dimitri, main pukul saja. Tuan Dimitri. Aku akan mengantarmu. Abaikan saja orang yang sudah keterlaluan!" Quinn menarik tangan Dimitri.
Tentu saja Dimitri bernapas lega. Akhirnya Dimitri lolos dari singa yang mengamuk. Bukan itu saja, Quinn membelanya mati-matian. Ini merupakan hal yang bagus. Setidaknya Quinn sedikit peduli pada Dimitri.
"Aku senang Quinn membelaku. Walaupun daddy Quinn sangat galak dan kejam. Tapi, demi mendapatkan Quinn bagiku itu bukan masalah besar," gumam Dimitri dalam hati.
"Tuan Dimitri, maaf. Aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini. Kau tidak keberatan bukan? Aku takut daddy akan mengamuk lagi," ucap Quinn begitu mereka berdua telah sampai di depan mansion.
"Tidak masalah, Quinn. Tapi, apa kita bisa bertemu lagi? Aku ingin mengajakmu pergi. Mungkin dinner?" Dimitri tidak ingin kehilangan Quinn. Jangan sampai ketika Dimitri keluar dari mansion ini, Dimitri tak bisa menghubungi Quinn lagi.
"Maaf. Aku tidak bisa berjanji. Karena kemungkinan besar aku akan mendapatkan hukuman dari daddy setelah keributan ini. Kupikir akan sangat sulit untuk keluar dari mansion." Mata Quinn melirik pada para penjaga yang menatap tajam ke arah Dimitri.
"Quinn, kau sudah tahu bagaimana perasaanku bukan?" Dimitri mengalihkan topik pembicaraan.
Quinn gelagapan. Sejujurnya ia bukan tidak tahu. Hanya saja mencoba meredam semua pemikiran itu. Quinn hanya tidak ingin lagi berharap bahwa ia akan mendapatkan cinta yang tulus.
"Mengapa kau nekat sekali menantang daddy?" tanya Quinn.
"Karena aku tidak pernah menginginkan seseorang lebih dari ini. Quinn, apa kau percaya pada cinta pertama? Kalau kau tidak percaya tidak apa-apa. Tapi, sesungguhnya kaulah cinta pertamaku," ungkap Dimitri.
"Hah? Yang benar saja!"
Quinn cinta pertama Dimitri? Laki-laki keren, tampan ini? Quinn menampar pipinya sendiri dengan pelan. Sakit. Ini bukan mimpi.
_Slow update. Anak author sakit_