Novel ini udah revisinya kalau masih ada kesalahan kata harap maklum🤗
Bismillahirohmanirohim.
Jihan gadis yang sudah dikhianati oleh sahabat sekaligus orang yang sangat dia cintai di hari-hari yang masih berduka di keluarganya.
Bahkan setelah pernikahan sahabat dan mantanya, Jihan sering mendapatkan sindiran dari orang-orang sekitar.
Sampai dia memutuskan pergi dari kampungnya untuk mecari kerja di kota.
Siapa sangka dia akan bertemu dengan seorang anak perempuan jenius yang akan dia asuh.
penasaran sama ceritanya yuk kepoin kisah Jihan, hanya di Noveltoon!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#Niat yang sama
Bismillahirohmanirohim.
"Sebenarnya ini kado spesial yang akan Nafisa berikan pada ayah, saat hari H nanti, tapi ayah sudah lebih dulu mengatakan jika menyukai mbak Jihan. Maka dari itu ayo bekerja sama."
"Bekerja sama untuk apa?"
Nafisa memutar bola matanya malas, ayahnya itu jenius tapi lemot yang dia tau hanya kerja, kerja, kerja, kerja. Sekalinya ditiup wantia tak sadar.
"Tentu saja bekerja sama mengambil hati mbak Jihan, Nafisa tidak mau jika mbak Jihan dipaksa untu menikah dengan ayah."
"Ayah setuju mari kita bekerjasama, kamu akan membantu ayah agar bisa mengambil hati mbak Jihan."
"Oh, jadi maksudnya Nafisa jadi makcomblang."
"Bisa juga dikatakan begitu." Sahut Radit.
Sebenyara sedari tadi Radit merasa takjub pada anaknya ini, kepintaran Nafisa diluar dugaannya, jenisu dan lebih peka akan sesuatu. Mungkin juga Nafisa bisa membaca pikiran orang lain saat melihat ekspresi orang tersebut.
"Oke Nafisa setuju, karena memang itu tujuan awal Nafisa jadi Nafisa tak apa jadi makcomblang, asalkan makcomblang ayah dan mbak Jihan."
Radit kembali membawa Nafisa ke dalam pelukannya, mungkin hari ini, hari yang sangat bahagia bagi Radit.
"Baiklah sebelum memulai rencana kita, ayah ingin bertanya lebih dulu pada Nafisa."
"Silakan."
"Ayah mau minta maaf pada Nafisa atas perlakuan ayah selama ini, apakah Nafisa memaafkan ayah?"
Nafisa tak langsung menjawab membuat Radit lemas sendiri, "Tergantung?"
"Tergantung apanya?"
"Tergantung, jika ayah berhasil menikah dengan mbak Jihan maka Nafisa akan memaafkan ayah, tapi jika gagal akan Nafisa pertimbangkan lagi."
"Ayah akan membuktikan, ayah benar-benar sudah mencintai mbak Jihan."
Sementara itu di kamar Jihan, gadis itu sedari tadi terus saja terbatuk.
"Ukhuk....ukhuk...ukhu....." Batuk Jihan yang tak henti-henti.
Sesekali dia terbatuk, sesekali pula dia bersin-bersin.
"Ya Allah siapa yang sedang membicarakanku." Keluh Jihan.
Kembali ke kamar Nafisa.
"Mari kita mulai menyusun misi kita." Ajak Nafisa.
Radit mengangguk setuju, tak menyangka jika anaknya akan membantu untuk memperjuangkan cintanya, baru kali ini Radi jatuh cinta sampai seperti ini. Dulu saja saat menikah dengan ibu kandung Nafisa tidak seperti ini. Jihan benar-benar bisa meluluhkan hati duda dingin itu, padahal Jihan tak berbuat apapun.
"Kita akan menyusun misi dari mana dulu bingung Radit?"
"Ayah tenang saja, misi pertama masih tetap misi awal Nafisa, biarkan mbak Elsa mengira hari itu dia akan menikah dengan ayah, tapi samapi diperjalana Nafisa aku menyuruh orang untung menculiknya, lalu menggantikan mbak Jihan sebagai mempelai wanita."
"Bukankah itu artinya kita memkasa Jihan? Lalu bagaimana dengan keluarga mbak Jihan dan lagi nenek dan kakek tidak ada di rumah."
'Kenapa aku memilik ayah yang lemot, kata nenek aku bisa pintar menurun dari ayah, tapi kenapa sekarang aku merasa sedang menjadi guru bapak-bapak beranak 1 ini.' Maki Nafisa.
Makian yang hanya Nafisa utarakan dalam benaknya saja, mumgkin benar orang kalau sudah jatuh cinta bisa gila.
"Ayah tenang saja semua sudah Nafisa atur, ayah hanya perlu memainkan peran ayah, dan juga urus suami mbak Elsa."
"Untuk keluarga mbak Jihan, Nafisa sudah menghubungi mbak Manda."
"Hah siapa Manda?"
"Cek, dia orang yang membawa mbak Jihan kesini, kalau tidak salah mbak Manda kerja di perusahaan kakek juga, kalau tidak salah juga mbak Manda ada dibagian staf."
"Kalau begitu ayah akan menaikkan jabatannya."
"Itu terserah ayah saja, tidak ada urunya dengan Nafisa."
"Asalkan mbak Manda bisa membantu ayah untuk dekat dengan mbak Jihan tidak ada salahnya bukan."
"Iya, iya, sudah tergila-gila oleh mbak Jihan, padahal selama ini mbak Jihan tak pernah mencari perhatian pada ayah, lalu apa yang membuat ayah bisa jatuh cinta pada mbak Jihan?"
'Buset anakku lancar sekali membicarakan masalah cinta, siapa yang mengajari dia,' batin Radit samapi melongo
Tak mungkin Jihan pikirnya.
"Jawab ayah kenapa bisa suka sama mbak Jihan?"
"Mungkin karena ketulausnya yang tak pernah berpura-pura, lalu karena Allah pastinya, tapi kala itu ayah belum yakin dengan perasaan yah sendiri, sampai tadi siang ayah melihat Elsa bersama laki-laki lain sangat mesra sekali, ayah bukanya marah tapi merasa senang dan yang ada diotak ayah hanya mbak Jihan." Jawab Radit jujur.
"Aku terharu mendengarnya, tapi kalau mbak Jihan belum tentu, apalagi aku lihat-lihat mbak Jihan seperti takut pada ayah, apakah ayah pernah membentaknya?"
Radit mengangguk saat itu juga dia mengingat saat mereka pergi ke kota B dan Nafisa jatuh sampai masuk rumah sakit. Radit membentak Jihan habis-habisan.
"Itu artinya ayah harus meminta maaf pada mbak Jihan."
"Itu pasti."
Malam ini Radit dan Nafisa menghabiskan waktu bersama, menyusun misi mereka untuk menjadikan Jihan milik mereka seutunya ayah dan anak itu memiliki misi yang sama.
Radit benar-benar menepati janjinya, dia menemani Nafisa tidur dia peluk erat putri semata wayangnya. Berulang kali juga Radit meminta maaf pada Nafisa dalam benaknya, karena selama ini sudah mengabaikan Nafisa. Radit memang menyayangi Nafisa, hanya saja kalau sedang plin-plan seperti orang yang bodoh saja.
Sebelum tidur Nafisa kembali membuka pintu kamarnya, karena biasanya saat subuh tiba Jihan sudah berda di kamar Nafisa untuk membangunkan subuh anak itu.
Waktu bergulir, Adzan subuh sebentar lagi burkumandang, Jihan yang sudah bangung sedari tadi segera menuju kamar Nafisa.
Sepertinya Jihan lupa akan keberadaan Radit.
Klek
Jihan membuka pintu kamar Nafisa, pemdangan pertama yang dia lihat Radit dan Nafisa sedang tidur lelap. Radit memeluk anaknya sayang. Jihan yang melihat pemandangan itu tersenyum, dia memutuskan untuk keluar kamar Nafisa lagi.
Tapi baru melangkah suara brito has bangung tidur memanggil namanya.
"Jihan." Panggil Radit.
Deg!
Jihan membeku ditemaptnya entah apa sebabnya.
"Mbak Jihan mau kemana?" Jihan berbalik saat mendengar suara Nafisa..
Betapa terkejutnya Jihan, kala anak dan ayah itu menatapnya insten.
'Ada apa dengan mereka berdua, apakah mereka sudah baikan? Tapi kenapa aku merasa tidak enak.' Batin Jihan curiga.
"Mbak Jihan, Nafisa mau ke kamar mandi."
"Ah, iya baiklah." Buru-buru Jihan mendekati Nafisa.
"Ayo." Ajak Jihan, Nafisa mengangguk.
Sebelum turun dari kasur Nafisa melihat ayahnya sebentar, seperti mengisyaratkan bahwa misi kita sudah dimulai.
Radit mengangguk.
Nafisa ternyata mandi sebelum shalat subuh.
Saat Jihan dan Nafisa keluar dari kamar mandi, Radit masih di kamar Nafisa, bedanya dia sudah rapih mengenakan baju koko.
"Mbak Jihan kita shalat jamaah bersama ayah ya.
"Hah! Eh!" kaget Jihan.
"Kenapa tidak mau?"
"Bukan begitu ayah, biar Jihan shalat di kamar saja."
"Shalat jamaah lebih bagus dari pada shalat sendirian," ucap Nafisa.
"Betul, shalat jamaah lebih baik."
"Eh, iya mbak Jihan shalat jamaah."
Radit dan Nafisa benar-benar kompak, jadilah subuh mereka shalat berjamaah untung ada Nafisa, kalau tidak mungkin saja shalat Radit dan Jihan tak sah. Ingat mereka belum menjadi mahram, Jihan saja sudah takut berada satu kamar bersama Radit, takut jadi fitnah. Untung ada Nafisa anak yang jenius.
banyak kata yg typo, banyak kata yg tidak sesuai maksud dan penempatannya...