Bagaimana jika sikap baik dan penuh perhatian sang suami ternyata adalah sebuah sandiwara untuk menutupi kesalahannya?
Dara Jelita tidak pernah menyangka kalau Raditya Pratama, suami yang sangat dicintainya ternyata menyimpan banyak rahasia. Cinta yang ditunjukkan oleh suaminya ternyata hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kebohongan yang selama ini disembunyikannya selama bertahun-tahun.
Akankah Dara tetap bertahan dalam pernikahannya setelah tahu rahasia yang disembunyikan oleh suaminya?
Yuk, simak kisahnya di sini. Jangan lupa siapin tisu karena cerita ini mengandung banyak bawang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nazwa talita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAAT ITU KAMU ADALAH DUNIAKU
Dara merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Bukan hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya. Rasanya, ia masih belum percaya dengan apa yang terjadi. Namun, sekeras apapun dirinya menyangkal, kenyataannya, pernikahannya memang sudah hancur.
Impiannya untuk menjalin rumah tangga bersama orang yang dicintainya musnah sudah. Dara padahal sudah membayangkan bagaimana kebahagiaan keluarga kecilnya bersama Raditya nantinya.
Keputusannya untuk mengangkat jabatan Raditya di kantor karena Dara ingin, lelaki yang menjadi suaminya itu bisa mendapatkan gaji yang lebih besar dari gaji yang dia dapatkan sebelumnya.
Dara berharap, setelah suaminya mendapatkan uang yang lebih banyak, mungkin dia akan memikirkan masa depan keluarganya. Bukan hanya memikirkan karir dan gajinya.
Dara ingin segera mempunyai anak. Ia ingin sekali berhenti mengunakan alat pencegah kehamilan agar dirinya dan Raditya bisa segera mempunyai anak.
Namun, keputusannya ternyata tidak merubah rencana Raditya yang masih ingin menunda program hamil yang pernah mereka rencanakan.
Raditya masih meminta waktu dengan alasan kalau dirinya baru saja naik jabatan. Lelaki itu berjanji, kalau dalam waktu setahun lagi, dia baru akan siap untuk mempunyai anak dan Dara, dengan begitu bodohnya percaya dengan lelaki itu.
Mengingat semua itu, sudut hati Dara berdenyut nyeri. Dirinya begitu mempercayai Raditya, tetapi, lelaki itu dengan kejamnya membodohinya.
"Raditya brengsek! Dia tidak ingin mempunyai anak denganku, tapi dia justru mempunyai anak dengan perempuan lain. Sialan!" Dara memaki dengan rasa sakit di hatinya.
Bohong saja kalau Dara merasa saat ini dirinya baik-baik saja. Raditya adalah cinta pertamanya. Lelaki itu adalah lelaki yang dicintainya selama bertahun-tahun. Tidak mungkin cintanya terhadap Raditya menghilang begitu saja.
Namun, masih mencintai bukan untuk kembali bukan? Rasa cintanya yang begitu besar pada Raditya membuat kebenciannya terhadap lelaki itu sama besarnya.
Saat melihat Raditya, Dara merasakan kebencian yang sangat besar. Akan tetapi, kebencian itu belum bisa membuatnya melupakan rasa cinta yang ia miliki di sudut hatinya yang paling dalam.
Dara mengembuskan napas panjang. Mencoba mengusir bayang-bayang kebahagiaannya saat masih bersama Raditya. Ah! Lelaki itu begitu sempurna menutupi kebohongannya, sampai-sampai dirinya tidak menyadari kalau kebaikan dan perhatian yang ditunjukkan oleh Raditya adalah sebuah sandiwara untuk menutupi semua kebohongannya.
"Sialan!"
"Brengsek!"
"Bajingan!"
Dara terus mengumpat. Menyesali kebodohannya sendiri karena sudah begitu mempercayai Raditya.
"Saat itu, kamu adalah duniaku. Jadi wajar, kalau aku menggantungkan semua harapanku padamu bukan?"
Dara mengusap air matanya dengan kasar.
"Aku pikir, kamu benar-benar mencintaiku, tapi, ternyata semua kebaikanmu hanyalah sebuah topeng." Dara kembali menangis. Padahal, dirinya sudah berjanji pada Davin dan juga diri sendiri, kalau dia tidak akan lagi menangisi lelaki pengkhianat itu, tetapi, rasa sakit di hatinya membuat Dara menangis dengan sendirinya. Air mata itu keluar tanpa bisa dicegah.
"Kenapa dulu kamu ingin menikah denganku? Padahal kenyataannya, kamu tidak pernah mencintaiku?" Dara kembali berucap lirih.
Dara meringkuk di atas ranjang. Wanita itu meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Sepertinya, kali ini bukan hanya hatinya yang patah, tetapi, tubuhnya juga sepertinya lelah. Dara merasa tidak enak badan sekarang.
Perempuan itu mengusap keningnya yang terasa panas. Dara juga merasakan tubuhnya yang mulai menggigil kedinginan.
Dara mencoba memejamkan matanya untuk tidur. Namun, kepalanya terasa berdenyut. Dalam keadaan seperti ini, rasanya Dara mulai menyesal karena tidak mengikuti saran dari Davin untuk tinggal sementara waktu di rumah kedua orang tuanya.
Dara sungguh-sungguh menyesal karena tidak mendengarkan pria itu. Tadi sore, mereka berdua sempat berdebat karena Dara dengan begitu keras kepala tetap ingin tinggal di apartemen. Lelaki itu terlihat kesal.
"Ah! Kalau sudah begini, aku akan meminta tolong pada siapa lagi?"
Dara merapatkan selimutnya. Mencoba mengusir hawa dingin yang merambat ke seluruh tubuhnya. Kedua netranya melirik ke arah ponselnya.
Benda pipih itu berdering. Dengan malas ia meraih ponselnya. Akan tetapi, rasa malasnya berganti senyum saat melihat siapa yang meneleponnya.
"Davin aku–"
"Aku di depan pintu apartemen. Aku tidak akan masuk jika kamu tidak mengizinkan." Suara Davin terdengar dingin.
"Kamu harus masuk sekarang. Kalau tidak, kau akan menyesal!"
"Apa?"
BERSAMBUNG ....
seru banget
makasih thor dah buat novel sebagus ini. semoga sampai akhir ya bagusnya