Note : Ini hanya cerita biasa. Tentang seorang gadis SMA yang menjadi idola. Tentang bumbu dalam masa remaja. Tentang Pertemanan dan Persahabatan. Juga tentang cinta dan rasa cemburu yang berlebihan.
Grrycia Kiana. Bintang SMA Ghalapagos. Selain pesonanya yang cantik dan memikat, ia juga merupakaan siswi centil yang cukup cerdas meski sering berbuat sesuka hatinya.
Ia bebas membiarkan dirinya menikmati masa SMA-nya tanpa perduli dengan percintaan.
But! Lain ceritanya setelah ia berjumpa dengan Pak Andreas. Guru Fisika muda tampan yang memikat hatinya.
Mampukah pesona Grrcya memikat Guru tampan itu?
Akankah keduanya bersatu dan menepiskan status sebagai seorang Guru dengan Murid?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Yulian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikut Dengan Mama Dan Papa
Mama duduk disamping Grrycia yang sedang membaca novel di ruang keluarga. Ia nampak bersantai dengan earphone di telinganya dan kakinya yang selonjoran
Biasanya anak ini nongkrong di balkon kamarnya, tapi entah ada angin apa sore ini ia ada di ruang keluarga, dengan tv yang menyala tapi tidak di perhatikan nya
Mama Dea hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayangnya itu
"Ihhh Mamaa...." Gerutu Grrycia saat Mama menarik earphone nya dan memukul kaki Grrycia, pelan
"Anak perempuan, jam segini belum mandi" Sahut Mama nya
"Mama ganggu iihh" Gerutu Grrycia yang masih kesal karena waktu bersantainya seakan di rampas oleh Mamanya ini
"Ayoo mandi"
"Ma. Masih siang juga" Celoteh Grrycia
Kemudian melirik jam dinding yang menunjukan pukul setengah lima sore,
dan ia kembali rebahan
"Grrycia ya ampuunn sayaaang...." Bujuk Mama sambil menariknya untuk duduk
"Maa...."
"Kamu mandi. Nanti ikut sama Mama. Nemenin Papa, yah" Bujuk Mama yang kemudian menarik Grrycia untuk berdiri menuju kamarnya
Si Bibi yang sedang beres beres dan melihat orang tua serta anak itu hanya tersenyum
Senang karena bekerja di dalam keluarga yang amat hangat
"Ikut kemana?" Tanya Grrycia yang kemudian berhenti di tangga menuju kamarnya
"Ke acara pertemuan para pebisinis besar"
"Ihh apaan. Enggak. Grrycia nggak mau. Ngebosenin tau nggak sih Ma" Tolak Grrycia secara langsung dan terang terangan
Ia sering di ajak kedua orang tuanya ke acara acara tersebut dan harus selalu ikut, tidak mampu menolak
Sedangkan Grrycia sudah hafal bagaimana suasana disana.Meskipun banyak orang,
ya mereka orang orang penting yang hanya akan disibukan oleh pembicaraan bisinis yang menurut Grrycia amat membosankan
"Ya dari pada di sini, murung terus lagi" Sahut Mama dan membuat wajah Grrycia semakin di tekuk
"Nah kan" Sahut Mama sambil memegang dagu Grrycia
"Mending ikut sama Mama, ya sayang?!" Sambung Mama sambil merapihkan rambut Grrycia yang nampak acak acakan
Grrycia menatap Mama Dea. Pilu, bimbang, hangat, tatapannya selalu menenangkan.
Mama selalu mampu menjadi sandarannya
Mama tersenyum, meminta persetujuan.
Dan Grrycia memang harus mengangguk untuk itu.
**
Malam pukul tujuh lewat empat puluh lima menit Grrycia dan kedua orang tuanya sudah berada di pesta, di sebuah gedung mewah dan megah yang telah di sewa khusus oleh para kolega besar itu
Acara itu merupakan acara pertemuan rutin para pebisnis elit, baik dari dalam maupun dari luar negri. Mereka juga di perbolehkan untuk membawa pasangan, ataupun anggota keluarga
Banyak juga dari mereka para pebisnis muda yang nampak terlihat tampan dan penuh wibawa. Belum memiliki pasangan sepertinya.
Dan Grrycia baru sadar, mungkin saja di sini ada Pak Andreas
Ahh, mengapa tidak terpikirkan sejak tadi?
Jika Pak Andreas disini dengan pasangannya, Grrycia harus apa? Harus bagaimana?
Apakah ia akan siap?
Kepala Grrycia jadi ingin pecah memikirkannya
"Hey, Wijaya" Sapa seorang pria paruh baya yang menghampiri kelarga Wijaya
"Oww. Abraham?" Sapa Papah Wijaya pula
"Apa kabar kau?" Sambungnya kemudian
"Baik baik. Hmmm Kau
sendiri?" Sahutnya, kemudian balik bertanya
Ya begitulah, kemudian mereka sibuk ngobrol kesana kemari dan sukses membuat Grrycia amat bosan
Pak Abraham, adalah salah satu kawan akrab Papa Wijaya, beliau adalah seorang pengusaha batu bara terbesar di Indonesia
"Ini, putri mu, Grrycia?" Sambungnya yang kemudian menatap Grrycia, menebak nebak, seperti yang sudah tau. Mungkin Grrycia kenal, tapi ia tidak ingat
Mama menggandengnya, memperkenalkan Grrycia pada kawan Papahnya itu
Dan Grrycia hanya tersenyum, menanggapi hal tersebut
"Iyah, putri ku. Cantik bukan?" Papah Wijaya menyahut dengan bangga
"Barang kali dia bukan anak kandung mu. Tidak ada kemiripan. Dia terlalu sempurna" Puji nya dan membuat Papa wijaya geleng geleng kepala karena tidak terima
Sedangkan Mama Dea dan Grrycia hanya saling tersenyum melihat Papa wijaya yang di ledek itu
"Aku tampan macam begini" Sahut Papa Wijaya yang membela dirinya,
kemudian keduanya hanya tertawa
"Baiklah. Baiklah."bSahutnya yang kemudian mengalah
"Oh yaa, kau tidak dengan istrimu?"
"Tidak, istriku sedang ke luar negri, menjenguk si bungsu yang kuliah di Itali"
"Terlalu memanjakan anaknya" Sambungnya yang kemudian tertawa renyah bersama dengan Papa Wijaya juga
"Yasudah. Ayoo kita gabung dengan yang lain"bAjaknya kemudian
"Boleh. Ayoo Mah" Ajak Papa Wijaya yang kemudian mengajak istrinya
"Sayang, kamu ikut nggak?" Tanya Mama
Grrycia menggeleng cepat
"Yasudah. kamu disini saja ya"
"Iya Pah" Grrycia menyahut patuh
Lalu kedua orang tuanya itu pergi sambil bergandengan mengikuti Pak Abraham yang nampak sendiri tanpa di temani istrinya
Grrycia sudah terbiasa dengan suasana macam ini. Yah ia sering ikut dengan kedua orang tuanya ke acara acara seperti ini,nkemudian orang tuanya akan sibuk dengan kawan kawannya dan meninggalkan Grrycia begitu saja
***
Grrycia hanya sesekali tersenyum pada orang orang yang menyapanya.
Tak sedikit juga para pebisnis muda yang menyapanya, bahkan saling berbisik dan sesekali melirik sambil tersenyum pada Grrycia yang duduk sendiri di salah satu kursi dekat Kolam renang
Wajar saja sekalipun mereka memang jatuh hati pada Grrycia. Pesona nya memang tidak perlu di ragukan lagi
Grrycia lalu mengambil segelas minuman di meja dekat kolam renang.
Dan disana ia bertemu dengan Pak Andreas yang nampak amat tampan dengan kemeja putih dan celana serta jasnya yang berwarna abu senada
Ia di gandeng oleh seorang wanita yang sebaya dengannya
Cantik, mungkin itu calon istrinya. Pikir Grrycia
Jangan tanya seberapa remuk hati Grrycia saat ini juga! Remuk, seremuk remuknya
Ia menyiratkan senyum manisnya pada Pak Andreas dengan acuh, kemudian pergi dari tempat itu begitu saja dengan segelas minuman di tangannya
Pak Andreas tentu saja merasa canggung dengan hal itu. Tapi semuanya berlalu begitu saja
Dan kemudian Pak Andreas hanya tersenyum, merasa terhipnotis juga dengan penampilan Grrycia yang nampak anggun dengan drees merah marun selututnya
Apalagi jika Grrycia menyapanya dengan tingkah centilnya itu.
Pak Andreas jadi rindu saat masih lengket dengan Grrycia. Sekarang, anak itu nampak amat dingin, jauh lebih dingin dari dirinya
"Ndre, ngelamunin apaan sih?" Sahut wanita cantik di sebelahnya yang notabenenya adalah sang tunangan Pak Andreas.
Dan Pak Andreas hanya menggeleng. Acuh
**
Grrrycia duduk dengan gusar,
nyesel dia ikut dengan kedua orang tuanya ke sini, ia malah mendapat pemandangan yang membuat hatinya panas
"Ngapain sih so soan bawa calon istrinya ke sini segala!" Gerutunya, kesal
Lalu ia melegut minumannya, hingga habis
seolah dirinya adalah naga yang kehausan
Kemudian segelas minuman menyodor ke hadapannya. Grrycia menengadah, dan itu ternyata Pak Andreas.
Dia sendiri. Entahlah di mana calon istrinya itu. Barang kali di toilet
"Nggak usah. Makasih" Tolak Grrycia acuh,
Pak Andreas manggut manggut lalu duduk di samping Grrycia. Grrycia berdiri hendak pergi tapi Pak Andreas menahan tangannya
Grrycia menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Tapi tak bisa berbuat apa apa dia tidak ingin membuat keributan jika memberontak pada Pak Andreas. Sehingga tidak ada pilihan lain selain duduk kembali
"Kita perlu bicara!" Sahut Pak Andreas, acuh
"Tidak!" Tolak Grrycia, spontan
"Grrycia" Panggil Pak Andreas dengan suara yang di tekan, lalu menatap Grrycia ddengan mata *e*lang . Tajam
Anak ini benar benar sangat keras kepala
"Pak. Ini bukan di sekolah, Bapak tidak bisa memaksa saya seenaknya"nSahut Grrycia, dengan suara netral seolah tidak terjadi hal yang perlu di khawatirkan,nagar tidak mengundang rasa curiga orang orang di sekitarnya.
Kemudian balas menatap Pak Andreas
"Justru karena ini bukan di sekolah, Grrycia. Hubungan antara Guru dengan murid tidak berlaku di sini. Jadi ayo, kita bicara layaknya seorang teman" Bujuk Pak Andreas bagai memaksa
"Sejak kapan saya memiliki teman yang seperti Bapak?"
Pak Andreas mengernyitkan dahinya, tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Grrycia barusan
"Saya yang seperti Apa?"
"SENTIMENT"
Ucap Grrycia dengan nada yang menekan. Pak Andreas terdiam, masih mencerna apa yang di katakan Grrycia tadi
Grrycia segera melepaskan genggaman tangan Pak Andreas saat melihat calon istri Pak Andreas menghampiri mereka
"Ndree" Ucapnya lalu memberikan kunci mobil pada Pak Andreas
Grrycia memalingkan wajahnya, malas harus berhadapan dengan wanita yang sebentar lagi akan bersanding dengan Pak Andreas di kursi pelaminan ini
"Ini siapa?" Tanyanya, manis.
"Grrycia. Anak dari rekan kerjanya, Bapak ini" Sahut Grrycia, manis
Bapak yang di maksud Grrycia pada wanita di hadapannya ini adalah, Bapak Andreas.nZeinn Andreas
Jika dilihat, maka menurut Grrycia wanita ini tidak buruk. Dia cantik dan manis, tidak ada sinis ataupun dendam di sudut matanya ketika mendapati tunangannya berdua dengan wanita lain
Grrycia juga memang tidak bisa menyalahkan ia sepenuhnya, bahkan tidak berhak tepatnya.
Bagaimana mungkin ia menyalahkan wanita yang memang di pilih oleh Pak Andreas untuk menjadi istrinya
(Grrycia Kiana)
Grrycia hanya harus berlapang dada dengan kenyataan pahit yang ada di hadapannya.
Entahlah, tapi ia tetap membenci Pak Andreas, tetap tidak ingin bersikap baik kepadanya
Biarkan saja jika ia tidak lulus karena nilainya yang acak acakan.
Toh Pak Andreas yang menjadi penyebabnya
(Zeinn Andreas)
***//////