TERBIT CETAK
NOVEL BISA DIDAPATKAN DI GRAMEDIA
Laki-laki biasa yang ingin hidup biasa-biasa saja, harus mengalami sederet kejadian di luar nalar. Saat isterinya tengah hamil tua, tiba-tiba saja dia merasa tinggal di tempat yang asing. Tempat tinggalnya bernama Desa Ebuh. Anehnya, tak ada satu pun warga desa yang dia kenali.
KOBENG adalah dialeg dari wilayah tempat tinggal penulis. Artinya apa? Akan kalian temukan jika membaca kisah ini sampai tuntas.
Baca juga kisah horor misteri
1. Rumah di tengah sawah
2. Rumah Tusuk Sate
3. Rumah Tepi Sungai
karya bung Kus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Telungpuluh Limo
"Apa yang njenengan berikan pada Hasan tadi Mak?" tanya Purbo pada Mak Nah sesaat setelah Hasan pergi.
"Ubi Tuan. Saya merasa bersalah nggak bisa melayani tamu Tuan dengan baik," jawab Mak Nah sambil menunduk.
"Saya permisi ke belakang Tuan," ucap Mak Nah, pergi meninggalkan Purbo yang masih berdiri termangu di teras rumahnya.
Purbo masih tak mengerti kenapa Hasan tiba tiba saja pamit pulang. Perubahan wajah Hasan menjadi pucat dengan bibir membiru saat Purbo kembali dari dapur tadi, benar benar meninggalkan sebuah tanda tanya besar. Apa yang membuat Hasan terlihat sangat ketakutan?
Dengan langkah gontai Purbo masuk ke dalam ruang tamu. Dia menjatuhkan tubuhnya di sebuah kursi kayu. Sesaat kemudian Purbo mendongak menatap plafon ruangan nampak penuh oleh sarang laba laba yang berayun ayun di atas kepalanya.
"Heran aku dengan si Mak Nah itu. Kerja nggak ada yang beres. Masak sarang laba laba kayak gitu dibiarkan saja. Apa dipikirnya ini bangunan wahana rumah hantu," gerutu Purbo kesal.
Sampai detik ini Purbo heran kenapa Dini begitu menyukai Mak Nah. Bahkan Purbo merasa, Dini terlalu nurut pada Mak Nah. Seolah kehidupannya diatur oleh perempuan tua itu.
Purbo beranjak dari duduknya. Dia masuk ke dalam kamar menemui Dini yang terbaring di atas ranjang. Seulas senyum tersungging di bibir Dini yang nampak semburat kemerahan.
"Din, kamu tahu dimana tempat penyimpanan alat untuk bersih bersih?" tanya Purbo.
"Ada di bilik sebelah Mas. Untuk apa sih?" Dini balik bertanya penasaran.
"Itu, langit langit ruang tamu kotornya beeeuuhh. Sudah kayak sarang kuntilanak saja," jawab Purbo asal.
"Mas!" Dini melotot pada Purbo.
"Apa?" tanya Purbo dengan dahi yang terlihat mengkerut.
"Kalau ngomong jangan sembarangan Mas. Ingat, sebentar lagi kamu jadi seorang Bapak. Kalau ngomong suka ngelantur, nanti ditiru anakmu," bentak Dini.
"Iyaa, bawelnya ihh," Purbo mencolek hidung Dini yang memiliki tahi lalat tepat di bagian ujungnya.
Purbo mengelus elus perut Dini yang terlihat besar dan lonjong. Purbo berjanji dalam hati, tidak akan pernah menyakiti istrinya itu. Dia sadar perjuangan seorang perempuan saat hamil benar benar luar biasa.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu Mas?" tanya Dini meletakkan tangan kirinya di pipi Purbo.
"Melihatmu terbaring seperti ini, tanpa ada yang bisa kulakukan untuk membantumu benar benar membuat hatiku trenyuh. Jika saja dulu, hari hari yang telah kulupakan, aku merupakan sosok yang menyebalkan atau bahkan brengsek untukmu maafkan aku," Purbo mencium kening Dini. Ada bulir bulir air yang terasa hangat jatuh dari sudut matanya menerpa wajah Dini.
"Hei, kamu tak pernah punya salah padaku Mas. Kamu adalah laki laki yang baik dalam hidupku. Berjanjilah padaku, kamu tidak akan meninggalkan aku sendirian," ucap Dini dengan mata berkaca kaca.
"Jadilah rumahku, tempatku bersandar saat aku lelah. Dimanapun kita asalkan kita bersama itu artinya kita sudah berada di rumah. Karena rumah bukanlah bangunan fisik, melainkan bangunan hati," lanjut Dini. Kali ini air mata yang telah ditahannya sudah tak mampu lagi dibendung. Dini menangis terharu.
Purbo segera merengkuh tubuh istrinya. Dia memeluk dan mengusap usap rambut Dini. Tubuh Dini yang awalnya terasa dingin, kini berubah lebih hangat karena pelukan penuh kasih sayang dari suaminya itu.
"Emm, kamu terlihat lebih sehat. Bubur merah dari Mak Nah cukup efektif ya untuk memberimu tenaga," ucap Purbo setelah melepas pelukannya.
"He em. Resep makanan turun temurun dari Mak Nah untuk ibu hamil yang lemah sepertiku Mas," sahut Dini.
"Siapa yang bilang kamu lemah? Kamu itu kuat Yang," bantah Purbo. Dia menggenggam tangan Dini.
"Hi hi, ya kan aku tiduran terus Mas, jadi kayak orang sakit kan," Dini terkekeh, sudut matanya masih nampak berair.
"Ya mungkin pembawaan ibu hamil beda beda Yang. Bisa saja di luar sana ada yang hamil tua tapi nggak kelihatan kalau sedang hamil. Sementara kalau pembawaan anak kita tuh senengnya rebahan terus," lanjut Purbo, menguatkan isterinya.
"Iya, memang enaknya buat rebahan saja. Mungkin niru bapaknya tuh," ucap Dini mengejek Purbo. Seketika pasangan suami isteri itu tergelak. Tawanya pecah bersamaan.
Saat tertawa, Purbo tetap memandangi wajah Dini. Istrinya itu terlihat sangat cantik dan manis. Deretan giginya yang putih 'miji timun' dengan kulit wajah yang halus, membuat Dini benar benar mempesona.
Tanpa sadar Purbo semakin mendekatkan wajahnya pada Dini. Memandangi setiap inci dari kulit putih mulus milik perempuan yang masih tertawa hingga bahunya nampak berguncang guncang ringan. Kala Dini tersadar tengah ditatap Purbo sangat dekat dan lekat, wajahnya langsung memerah. Matanya melirik ke samping, menghindari tatapan tajam dari suaminya itu.
Purbo terus maju mendekat. Akhirnya, Dini memejamkan matanya dengan bibir sedikit terbuka. Purbo tersenyum sekilas dan mendaratkan sebuah kecupan mesra pada bibir istrinya. Sebuah kecupan yang membuai Dini dalam kebahagiaan, meski hanya sekejap.
Sedangkan bagi Purbo kecupan itu membuatnya merasa aneh. Entah bubur apa yang baru dimakan oleh Dini. Ada sensasi anyir seperti aroma darah yang muncul sesaat setelah Purbo mencium Dini.
"Emm, aku ambil alat untuk bersihin sarang laba laba ya Yang. Pokoknya kamu santai saja di kamar. Jadilah Tuan Puteri dan biarkan aku menjadi pangeran siaga, siap antar dan jaga," Purbo beranjak dari duduknya. Dini terkekeh mendengar perkataan Purbo.
Setelah keluar kamar, Purbo menuju bilik sebelah. Dia membuka pintu dan menemukan berbagai macam alat kebersihan di dalamnya. Ruangan yang luasnya sama dengan kamar tidur utama. Ada dua lemari besar di sudut ruangan untuk menyimpan piring, gelas dan barang pecah belah lainnya. Berjejer sapu ijuk, sapu lidi, alat pel, kemoceng dan masih banyak perabotan lain. Purbo mengambil sapu dengan gagang panjang mirip galah. Sapu yang digunakan untuk membersihkan langit langit rumah.
Purbo membawa sapu panjang itu keluar dari bilik. Dia hendak ke ruang tamu, namun akhirnya berhenti di ambang pintu. Rasa penasaran pada ruangan depan kamar kembali muncul di benaknya. Ruangan dengan pintu tanpa ada gagang dan kunci untuk membukanya.
Sampai detik ini Purbo belum bisa mengingat tentang rumah yang ditempatinya itu. Yang dia ketahui rumah tersebut memiliki 4 bilik. Satu digunakan Purbo dan Dini untuk tidur. Yang kedua digunakan sebagai kamar Mak Nah. Ruangan ketiga dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan dan Purbo baru saja keluar dari sana. Yang terakhir, bilik tanpa gagang pintu yang belum jelas apa fungsinya.
Purbo meletakkan sapu di tangannya. Didorong rasa penasaran, Purbo mendekati daun pintu tanpa gagang kunci tersebut. Purbo mencoba mendorongnya, namun daun pintu tak bergeming.
"Mas? Mas Purbo?" terdengar suara Dini memanggil.
"Ah iya Yang? Ada apa?" Purbo tergopoh gopoh masuk ke dalam kamarnya.
"Mas Purbo ngapain tadi? Kok kayak jalan ke bilik depan situ?" tanya Dini.
"Penasaran saja Yang. Aku belum bisa mengingat ruangan itu tuh fungsinya untuk apa? Kenapa nggak ada gagang kunci untuk membukanya?" Purbo tersenyum sambil menggaruk janggutnya.
"Itu gudang Mas, kotor banget. Lagian pintunya macet nggak bisa dibuka," jawab Dini menerangkan.
"Ohhh, baiklah. Aku tak lanjutin bersih bersih kalau begitu," tukas Purbo seraya melangkah keluar kamar. Kali ini dia benar benar menuju ruang tamu untuk membersihkan sarang laba laba yang bergelantungan di plafon berwarna kusam itu. Meski sebenarnya sudut hati Purbo masih merasa penasaran dengan isi di dalam ruangan yang tak bisa dibuka itu.
Bersambung___
bung kus lama gak update
aku suka tulisanmu
ceritanya misterius🫣
kenapa ini?