NovelToon NovelToon
Istri Siri Tuan Dokter

Istri Siri Tuan Dokter

Status: tamat
Genre:Romantis / Nikahkontrak / Dokter / Tamat
Popularitas:38.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: AmiRas

Kinar menerima tawaran menikah dari sang dokter untuk melunasi hutangnya pada pihak Bank. Sedangkan, dr. Raditya Putra Al-Ghifari, Sp. B menikahinya secara siri hanya untuk mendapatkan keturunan.

Awalnya Kinar menjalaninya sesuai tujuan mereka, tapi lambat laun ia mulai merasa aneh dengan kedekatan mereka selama masa pernikahan. Belum lagi kelahiran anak yang ia kandung, membuatnya tak ingin pergi dari sisi sang dokter.

Kemanakah kisah Kinar akan bermuara?

Ikuti Kisahnya di sini!

follow ig author @amii.ras

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AmiRas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Baby Alan Putra Al-Ghifari

Dokter Radit baru saja akan keluar dari ruangannya, ketika handphonenya yang ada di atas meja berdering. Nama Bi Imah sang ART tertera di layar benda pipih itu. Dokter Radit pun segera menyambar benda pipih itu dan menekan ikon hijau, laku menempelkan handphonenya di dekat telinga.

"Halo!" ucapnya datar.

"Mbak Kinar mau melahirkan, Dok!" sahutan di seberang telepon membuat Radit sempat tertegun, sampai akhirnya ia segera sadar.

"Bibi bawa ke rumah sakit sekarang, saya akan meminta Pak Beni menjemput kalian!" ucap Dokter Radit cepat dan terselio nada cemas yang tersembunyi di balik nada datar suaranya.

"Baik, Dok!"

Radit segera menelepon Pak Beni setelah panggilannya dengan Bi Imah berakhir. Setelah itu, lelaki itu mendial nomor Dokter Leni untuk segera menyiapkan keperluan persalinan. Dia tidak bisa menunggu hingga kedatangan Kinar, karena dia ada operasi. Untuk itulah setelah berbicara pada Dokter Leni, dia langsung menuju ruang operasi, dia tak bisa mengabaikan tanggung jawabnya begitu saja. Meski cemas dan khawatir itu dia rasakan, tapi dia bisa mengendalikan dirinya.

Kinar sampai di rumah sakit tak sampai 10 menit. Di depan pintu rumah sakit, ternyata sudsh menuggu tim Dokter Leni dan beberapa suster yang akan membantunya. Kinar langsung di papah naik ke brankar dorong, dan dibawa masuk.

"Dokter Radit!" Dokter Leni menyapa Dokter Radit yang baru masuk ke ruang periksa. Napas lelaki itu tamoak sedikit terengah, mungkin dia berlarian menuju ke sini.

"Bagaimana?" tanya lelaki itu masih dalam ekspresi datar.

"Baru pembukaan empat, Dok!" sahut Dokter Leni.

"Mas!" panggil Kinar lemah yang berbaring di brankar.

Dokter Leni dan beberapa suster yang ada di ruangan itu pun beranjak keluar. Memberikan privasi bagi dua orang itu.

"Sabar! Tahan sebentar sakitnya!" ucap Dokter Radit lembut mengusap ubun-ubun kepala Kinar.

"Temani aku nanti ya, Mas! Aku takut!" ujar Kinar menatap sayu Dokter Radit.

"Iya!" sahut lelaki itu singkat. Tidak ada yang tahu bahwa lelaki itu begitu merasa sesak melihat keadaan wanita yang merintih sakit di brankarnya itu. Lelaki itu hanya bisa mengepalkan tangannya yang ada di sisi tubuh menahan perasaan sesaknya.

"Sudah pembukaan berapa, Dokter Leni? Kenapa lama sekali," ucap Dokter Radit pada Dokter Lenu yang mengecek bagian tubuh bawah Kinar.

"Masih pembukaan empat, Dok! Ajak jalan saja ya, Suster Kinarnya biar pembukaannya cepat," sahut Dokter Leni.

Dokter Radit mengangguk.

"Kamu kuat jalan?" tanya Dokter Radit pada Kinar.

Kinar hanya mengangguk saja. Tidak sanggup mengeluarkan suaranya.

"Kita jalan-jalan dikit biar pembukaannya lancar ya!" ucap Dokter Radit lembut.

Sedangkan, di lain sisi Ibu Sonia berjalan tergopoh menuju ruangan Dokter Ghifari--sang suami.

"Gimana, Pa?" tanya Ibu Sonia begitu membuka pintu dan masuk ke ruangan Dokter Ghifari.

"Masih pembukaan empat kata Dokter Leni," ucap Dokter Ghifari membawa istrinya duduk di sofa.

Napas terengah Ibu Sonia menjelaskan jika si empunya berjalan berlarian menuju ke ruangan sang suami.

"Duh jantung Mama rasanya mau copot dapet telepon dari Papa," ucap Ibu Sonia mengembuskan napasnya. Mengatur kecemasan di dirinya.

"Radit udah di sana, Pa?" tanya Ibu Sonia pada Dokter Ghifari yang duduk di sampingnya.

Dokter Ghifari hanya mengangguk. Sifat tak banyaj bicaranya itu, ternyata menurun pada sang putranya.

"Pengen banget aku gampar anak kamu itu, Pa!" gerutu Ibu Sonia.

"Anak kamu juga, Ma!" sahut Dokter Ghifari sambil membuka bekal yang semoat dibawa oleh istrinya.

"Awas saja dia nanti kalau nangis-nangis saat Kinar pergi. Mama gak mau nolong pokoknya biar dia usaha sendiri," ucap Ibu Sonia kesal.

"Rencana Mama itu gak terlalu beresiko, Ma? Kalau Kinar malah pergi karena perjodohan pura-pura Mama itu, gimana?" tanya Dokter Ghifari menoleh pada istrinya.

"Biarin. Biar Radit nanti tahu rasa. Papa tenang saja, Mama sudah urus surat pernikahan mereka dari dua minggu yang lalu. Buku nikah mereka tinggal minta tanda tangan dua orang itu aja lagi," jelas Ibu Sonia.

Dokter Ghifari hanya mengangguk. Mempercayakan pada istrinya akan hubungan tak jelas putranya itu.

Kinar dipapah Dokter Radit untuk berjalan-jalan di depan koridor ruangan periksanya tadi. Koridor itu tamoak sepi, karena Dokter Radit sudah mewanti agar tak ada yang melewati koridor itu.

"Aduh, sakit banget, Mas!" rintih Kinar saat desakan menyakitkan itu menusuk-nusuk perutnya. Juga desakan seperti buang air besar itu begitu menyiksanya.

"Sudah, kita kembali saja ke brankar!" ucap Dokter Radit membantu Kinar berjalan kembali masuk ke ruang periksa.

Dokter Leni kembali masuk ke ruang periksa.

"Sudah pembukaan berapa, Dok?" tanya Kinar menahan rintihan sakitnya.

"Sudah pembukaan tujuh ini, cepat banget ya. Tunggu tiga pembukaan lagi ya, Suster Kinar! Saya tinggal sebentar keluar nanti panggil saja saya kalau sakitnya sudah di ujung," ucap Dokter Leni tersenyum tipis.

Kinar dan Dokter Radit mengangguk mengerti. Hampir sepuluh menit Kinar merintih sakit, dan ketika sakitnya sudah sampai di ujung ia yakin jika pembukaannya sudah lengkap.

"Panggil Dokter, Suster Lina!" ucap Dokter Radit pada Suster Lina yang kebetulan akan membantu Dokter Leni di persalinan Kinar.

"Ba--baik, Dok!" Suster Lina menjawab tergagap dengan berlari keluar untuk memanggil Dokter Leni. Dia terlalu tak percaya ternyata, suami rekannya itu adalah Dokter Radit yang sering menjadi bintang gosipnya dengan Kinar. Dia tak tahu lagi harus bersikap bagaimana nanti pada rekannya itu.

Dokter Leni masuk ke ruang periksa Kinar. Dia mengecek baguan bawah tubuh Kinar, dan mengangguk.

"Sudah lengkap pembukaannya. Kita ke ruang bersalin segera ya!" ucap Dokter Leni, meminta 4 orang suster yang membantunya segera mendorong brankar ke ruang bersalin. Dokter Radit mengikuti dengan berdiri di sisi brankar dekat kepala Kinar.

"Dokter Radit mau ikut masuk?" tanya Dokter Leni ketika mereka sudah sampai di depan ruang persalinan.

Dokter Radit hanya mengangguk dengan ekspresi datar. Namun, di balik itu semua tak ada yang tahu bahwa lelaki itu menyimpan kecemasan.

Dokter Radit sudah mengenakan stelan hijau dan masker. Dia sudah berdiri di sisi kanan Kinar, dekat bagian kepala.

"Sudah siap ya, Sus? Nanti kalau saya kasih aba-aba mengejan baru lakukan, jangan mengejan saat saya gak kasih aba-aba, ya!"

Interuksi Dokter Leni hanya Kinar jawab dengan anggukan. Ia sudah terlalu lelah menahan sakit, jadi tak kuat lagi membuka suara.

"Semangat, Kinar!" Bisikan lembut di balik telinganya membuat senyum samar terbit di bibir Kinar.

"Satu... Dua... Tiga... Dorong!"

Kinar melakukan sesuai interuksi Dokter Leni. Ia mengejan, menggenggam tangan Dokter Radit yang ada di sisi tubuhnya. Rasanya begitu sakit, tulang -tulangnya seperti akan terlepas.

"Sekali lagi ya, kepala dedeknya sudah terlihat ini!"

Kembali Kinar mengejan sekuat tenaga yang ia punya. Lalu tarikan tangan Dokter Leni di bawah tubuhnya, dan suara tangis bayi yang mengisi ruang persalinan membuat napas Kinar terembus lega. Dia menoelh pada Dokter Radit yanga da di sisi kanan kepalanya. Mengulas senyum tipis di wajah lelahnya pada pria yang sudah menjadi ayah itu. Kinar tak tahu ekspresi seperti apa yang ditampakkan oleh lelaki itu, karena sebagian wajahnya tertutup masker.

"Alan Putra Al-Ghifari!" Bisikan lirih Dokter Radit yang menyandarkan kepalanya di samping kepala Kinar membuat senyum samar kembali terbit di bibirnya.

...Bersambung.......

1
Ko
Bengek si radit🤣🤣
Ko
Dia yg senyum, aku yg blushing 😂
Ko
Membaca sambil membayangkan perasaan kinar buat aku terharu dlm bahagia🥹🥹
bibuk duo nan
Tjrun thor 😅😅😅😅, Turun x thor ah othor nih
bibuk duo nan
typo sejak bukan sejam
bibuk duo nan
membina thor bukan mambantu na
bibuk duo nan
judulnya apa kak othor tentang Lilis
bibuk duo nan
dokter Ririn bukannya udh dimutasi pindah tugas oleh Radit ya kok masih ada aja
bibuk duo nan
mohon dikoreksi lebih teliti lg thor 🙏 banyak typo bertebaran, ceritamu bagus thor
bibuk duo nan
menyelesaikan thor bukan menyekesaikan
⭐️asteri
kasihan dokter Ardi.semoga dia bisa kasih cintanya pada lilis dna melupakan Kinar
⭐️asteri
paling benci ama org seperti dokter Ririn. ga tau malu, apapun alasan dia meninggalkan org saat mendekati pernikahan adalah hal yg sangat fatal.
setidaknya tau diri, ga usah sok jadi korban menderita akan keputusan sendiri
Yustina Tri Caturrini
Luar biasa
Takdir Hidupku
Ya ampun mama mertua🤣🤣
Takdir Hidupku
mertua resek🤣
Titin Hasan
Luar biasa
Haryati Kurniawan
bagus banget
Nur Haidah Tinambunan
kalah memang radit ndk cinta sama kita kenapa radit cemburu liat kira sama dokter Ardi
Nur Haidah Tinambunan
kasihaan kamu kira
Nur Haidah Tinambunan
si radit kayak ndak punya perasaan sama kira ya kasihan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!