BEDA
Sebuah karya yang berangkat dari pengalaman pribadi dan inspirasi lainnya, yang saya kemas dalam bentuk cerita dalam novel. Inilah dia BEDA.
Ezra Christian Nasution, dari namanya saja sudah jelas jika ezra adalah anak keturunan Suku Batak. Suku yang terletak di Provinsi Sumatera Utara yang terkenal dengan salam horasnya.
HORAS!!
Ezra dan dua adik kembarnya, erich dan ernest dibesarkan dikeluarga kristen yang taat dan penuh cinta kasih. Sejak kecil mereka bertiga sudah diajarkan arti TOLERANSI yang sesungguhnya oleh dua orang tua mereka, yang dimana mereka bertiga bersahabat dengan gwen dan gibran yang notabennya beragama islam.
Gwen dan gibran merupakan anak dari sahabat kedua orang tua mereka, sehingga persabatan mereka menurun.
Beranjak remaja, ezra menyayangi gwen lebih dari seorang sahabat. Bahkan ia menjadikan gwen tujuan hidupnya, namun sayangnya kisah cinta merka terhalang oleh dinding penghalang yang kokoh yaitu perbedaan keyakinan.
Akankah ezra dan gwen bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Puncak Mahameru.
Dari Ranukumbolo Ezra berencana untuk berkemah di Kalimati, untuk menuju Kalimati Ezra dan yang lainnya akan melewati Bukit Cinta. Konon Bukit Cinta ini memiliki mitos 'Apabila mendaki puncak bukit cinta tanpa menoleh ke belakang serta membayangkan orang yang terkasih maka cinta kalian akan terwujud/abadi'
"Gue mau nyoba ah, kali aja jodoh gue Natasha Wilona" ucap Erich dengan penuh keyakinan, ia bergegas mendaki bukit cinta terlebih dahulu.
Ezra hanya mengerutkan keningnya, melihat tingkah laku adiknya. Saat Erich sudah berada di tengah, tiba-tiba saja Gibran memanggilnya "Rich, minum gue ada di loe ya?" tanya Gibran pada Erich.
"Iya nih ada di gue" Erich pun tanpa sadar menoleh kebelakang.
"Ah breng*ek loe, jadi gagalkan gue pemberkatan sama Natasha Wilona" ucap Erich dengan kesal.
Ezra dan yang lainnya justru menertawakan Erich, kemudian Ezra menatap mata gwen "Cintaku kini sudah menjadi nyata" Ezra tersenyum kemudian menggandeng tangan istrinya manaiki bukit cinta.
"Sudahlah, asrama wanita dihandpone kau kan sudah penuh, kau tidak perlu khawatir. Tidak akan ada yang berani menolak calon pengacara kondang asal Medan yang satu ini" Erza menepuk bahu Erich, ketika ia melewati Erich yang tengah kecewa karena tak berhasil melewati Bukit Cinta tanpa menoleh ke belakang.
Setelah melewati Bukit Cinta perjalanan mereka terasa lebih ringan karena jalur untuk menuju Kalimati sangat landai sehingga tidak menguras banyak tenaga. Dari Bukit Cinta ezra dan yang lainnya melewati Oro-Oro Ombo, dari situ bisa melihat puncak Mahameru dengan jelas di sini.
"Sumpah keren banget Bang" Ernest namapak terpesona dengan keindahan alam yang ada di hadapannya, Ezra tersenyum melihat adiknya nampak puas melihat keindahan alam Indonesia.
Ingin sekali rasanya suatu saat bisa kembali mengajak adik-adiknya menjelajah negeri ini ke tempat lainnya yang lebih indah.
"Minum gue mana?" tanya Gibran kepada Erich.
"Nih" Erich memberikan botol minum Gibran kepada Gibran.
"Dih kok loe habisin sih?" protes Gibran dengan kesal.
"Udah-udah jangan ribut" lerai Ezra, di perjalanan menuju kalimati ia meminta air minum kepada pendaki lainnya yang juga sedang mendaki gunung semeru.
Dengan baik hati, mereka memberikan Ezra satu botol air mineral.
"Matur nuwun" ucap Ezra sambil menerima botol minum dari para pendaki, kemudian ia permisi untuk kembali melanjutkan perjalanan.
"Nih minumnya" Ezra memberikannya kepada Gibran.
"Thanks ya Bang Ezra" ucap Gibran, Ezra menganggukan kepalanya.
"Bang, kau bisa bahasa jawa rupanya" Ernest terkejut melihat abangnya fasih menggunakan bahasa jawa saat mengobrol dan meminta air minum kepada pendaki asal setempat.
"Dikit" jawab Ezra, sebelum berangkat, ia memang mempelajari adat istiadat setempat termasuk bahasa 'Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'
Selain untuk menikmati alam Indonesia yang begitu indah, ezra juga ingin mengajarkan adik-adiknya makna dari solidaritas, solidaritas tersebut bukan hanya kepada teman-teman satu circle tapi juga kepada semua.
Kurang lebih setelah 3.5 jam trekking, sampai juga mereka berlima di Pos Kalimati. Di Kalimati ada sumber mata air bernama “Sumber Mani”. Di sinilah biasa pendaki mengisi persediaan air.
Ezra membagi tugas dengan istri dan adik-adiknya, Gwen seperti biasa bertugas menyiapkan makan malam, Ezra dan Gibran membuat api unggun dan mendirikan tenda, sementara si kembar mengisi persediaan air minum.
Setelah semua berkumpul, mereka berlima menikmati makan malam yang buat oleh Gwen.
"Teh hangatnya sayang" Gwen memberikan teh hangat kepada suaminya.
"Terima kasih ya sayang."
"Queen, mau juga dong teh hangatnya" pinta Ernest.
"Disitu, udah gue buatin juga kok" tunjuk Gwen, kemudian ia melanjutkan makan bersama suaminya sepiring berdua.
"Thank you ya" ucap Ernest.
Pukul 21.00 Ezra menyuruh istri dan adik-adiknya untuk tidur karena pukul 00.00 mereka akan melanjutkan pendakian menuju Pucak Mahameru.
"Kita sudah dekat dengan Mahameru, namun ini medan yang lebih sulit dari yang tadi kita lewati, jadi kita harus menyiapkan stamina kita, ayo semuanya harus istirahat" ucap Ezra, memberikan instruksi kepada istri dan adik-adiknya.
Suasana malam kian dingin, dalam tidurnya Gwen memeluk Ezra dengan erat.
"Good night honey" Ezra mengecup kening istrinya kemudian mendekapnya, memberikan kehangatan untuknya.
Tepat pukul 00.00 malam waktunya bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan ke puncak Mahameru, sebelum berangkat menuju puncak Mahameru, Ezra memberikan banyak arahan kemudian ia memimpin doa.
Medan kali ini cukup menguras banyak tenaga, mereka hanya membawa peralatan secukupnya, hampir seluruh barang berat mereka tinggal ditenda.
"Ready?" tanya Ezra setelah ia memastikan tali sepatu Gwen terikat dengan kencang dan headlamp dipasang dengan benar, Gwen menganggukan kepalanya.
"Di sini kita butuh fokus, kalo ada yang capek bilang ya" Ezra kembali mengingatkan istri dan adik-adiknya.
Mereka mulai jalan menuju Arcopodo diketinggian 2.900 mdpl, tidak ada trek landai apalagi menurun, semuanya menanjak.
Bagian tersulit adalah ketika mereka melewati batas vegetasi, bagian berpasir yang mudah longsor. Naik tiga langkah, turun dua langkah, hal itu sangat menguras tenaga.
"Ayo kamu pasti bisa sayang" dengan sigap Ezra mengulurkan tangannya untuk membantu istrinya, sambil memberikan suport kepadanya. Di belakang Gwen ada Gibran yang juga siap membantu dan menjaga kakaknya, setelahnya barulah Ernest dan Erich.
Saat di tengah perjalanan tiba-tiba saja terdengar suara teriakan “Awas! Batu Besar!" Dan benar saja, sebuah batu besar menggelinding di depan mata kepala Ezra.
Semua orang mencoba untuk menghindari baru itu tapi ada satu pendaki yang tertabrak dan terguling ke bawah.
Ezra mencoba untuk menyelamatkan istri dan adik-adiknya, kejadian saat itu benar-benar sangat kacau. Beruntung batu tersebut jatuh ke jurang tanpa mengenai dirinya dan Gwen serta adik-adiknya.
"Kalian baik-baik saja?" tanya Ezra, keempatnya menganggukan kepalanya.
Secara fisik Gwen terlihat oke, tapi mentalnya shock berat melihat kejadian tersebut. Badannya bergetar, jantungnya berdetak kencang, dan kaki berasa benar-benar lumpuh.
Ezra memberinya minum dan terus menyemangati sambil merangkulnya, Ezra melihat pendaki yang tertabrak batu tersebut sedang diselamatkan para pendaki lain termasuk Gibran yang suka rela datang membantu.
Gibran memberikan pertolongan pertama untuk menghentikan pendarahannya, setelah ia berhasil menghentikan pendarahannya, pendaki tersebut dibawa turun kebawah dan di selamatkan oleh tim medis.
"Good work, Dek. Tak sia-sia kau masuk kedokteran" Erich menepuk bahu Gibran.
Setelah beberapa saat akhirnya kondisi kembali normal, mereka kambali melanjutkan pendakian.
Berulang kali tanpa bosan-bosannya Ezra menyemangati istri dan adik-adiknya.
"Ayo semangat, Mahameru sudah didepan mata" ucap Ezra kepada istri dan adik-adiknya.
Akhirnya setelah terus melangkah mereka berlima pun sampai di Puncak Mahameru, Puncak Tertinggi di Pulau Jawa.
"Mahameru kita datang!!!" teriak Ernest dengan penuh semangat, ia berjalan ke arah Ezra.
"Thank you bang udah bawa kita kemari" mata Ernest berkaca-kaca, sambil memeluk abangnya, ia tak menyangka jika dirinya bisa menginjakan kakinya di puncak tertinggi pulau Jawa,
Kemudian di susul dengan Ernest, Gibran dan Gwen, mereka semua mengucapkan terima kasih kepada Ezra yang telah membawa mereka ke Mahameru.
Mereka berlima berfoto bersama sambil menikmati indahnya matahari terbit.
"Bawa memory ini saat nanti kalian pergi ke negara tempat kalian mengejar cita-cita kalian. Ingat selalu jika kita punya Indonesia yang sungguh mempesona" ucap Ezra kepada adik-adiknya sambil memandang sunrise dengan samudera awan dibawahnya.
Kemudian ia mendekat ke arah istrinya yang sedang menikmati pemandangan, Ezra memeluk Gwen dari belakang.
"Sunrise terbaik yang pernah aku lihat, bersama wanita terbaik yang aku miliki. Terima kasih ya sudah bersedia menemaniku sampai ke sini" bisik Ezra.
mobil nya mahal yak harga nya👀
queen ragu itu masang nya, liat gelang salib di pergelangan ezra👀
tp cowok kek ezra nyri dmn sih, keknya setia 🤔
.
izin pm thor, mampir yuk ke ceritaku judul nya
Aku Tetap Cinta