Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Dddrrrttt...
Dddrrrttt...
Ponsel Aqilla bergetar, kali ini. Aqilla tidak bisa untuk mengabaikannya, karena ia sudah berjanji untuk membantu dan mendampingi Akhtar. Apapun yang akan terjadinya nanti, akan ia terima.
" Assalamu'alaikum tuan."
" Wa'alaikumussalam sayang, seharusnya kamu ikut Yang. Sungguh membosankan bersama Jason terus menerus, kalau ada kamu kan bisa sayang-sayangan." Akhtar dengan jurus gombalnya.
" Mulai deh kumat tu penyakit, Kasihan Jason selalu kamu jahili. Gimana kerjaan disana? Kapan tuan kembali?"
" Yes!!! Ada yang rindu ni kayaknya, tenang saja sayang. Apa yang tidak selesai oleh Akhtar, kekasihmu ini." Dengan sangat PDnya Akhtar berbicara.
" Iya, iya. Eh, sudah dulu ya tuan. Ada yang mau ambil pesanan, nanti disambung lagi ya. "
Tanpa banyak bicara, Akhtar memutuskan sambungan telfon biasanya dan beralih ke video call. Dengan sangat malas, Aqilla menerimanya.
" Biarkan saja, jangan diputuskan. Kamu tau kan akibatnya, sayang!."
Aqilla meletakkan ponselnya disalah satu sudut ruangan, yang bisa memperlihatkan dimana Aqilla berada.
Tamu yang datang adalah seorang pelanggan tetap Aqilla, ia memesan beberapa rangkaian bunga untuk dijual kembali.
" Aqilla, hasil rangkaianmu selalu memuaskan. Berbanding terbalik dengan harga yang kamu tawarkan, kamu tidak takut rugi apa Qil?." orang tersebut terpukau.
" Alhamdulillah, keuntungannya ada kok mbak. Walaupun tidak besar, asalkan lancar dan tidak menggecewakan pelanggan. Itu adalah bonus tersendiri buat saya." Aqilla tersenyum.
" Wah, sungguh the best deh untuk penggusaha seperti kamu. Oh ya, ini mbak foto dulu ya. "
" Eh mbak, tapi jangan ambil wajah saya ya. Soalnya, nanti orang-orang pada ngomentari wajah saya bukan bunganya." Senyuman Aqilla melebar, ia tau kalau Akhtar akan marah besar kalau wajahnya terpampang kembali di media sosial.
" Ciye... Pasti pacarnya marah ya. Hahaha, baiklah, mbak paham kok Qil. Kamu sih, cantiknya kelewatan." Akhirnya sesi foto sudah selesai. Dan benar saja, langsung di upload ke media sosial.
Setelah pelanggan itu pergi, Aqilla kembali berhadapan dengan video call dari Akhtar.
" Udah ya, nggak usah pakek marah-marah lagi. Wajah saya nggak kelihatan kan, tuan? " Aqilla memajukan bibirnya.
" Tetap saja, sayang. Kamu lihat komentar yang ada, mereka masih memuji kamu. Lama-lama membuat saya jadi emosi saja, cari usaha yang lain saja. Nanti, biar saya yang kasih modal. " Akhtar menjadi bertambah emosi, melihat berbagai komentar dari para natizen tentang foto tadi.
" Mulai-mulai, selalu saja! Selesaikan pekerjaan, lalu pulanglah." Aqilla berkata seperti itu, agar Akhtar berhenti untuk menggomentari usahanya.
" Iya, iya. Sabar ya sayang, sudah rindu ya? Tinggal bilang saja kok malu, ya kan sayang!." Akhtar memainkan alisnya untuk naik turun.
" Iya, rindu sekali. Rindu buat nyolokin mata dan mulut tuan dengan lakban, biar dunia sedikit agak lebih aman dan tentram. PUAS! Assalamu'alaikum." Aqilla langsung menghentikan video call tersebut.
" Lama-lama, ni otak jadi gestrek ngadepin tu pria aneh. Sabar-sabar aqilla, perjuanganmu masih panjang. Harus ekstra lagi ini sabarnya, kalau nggak. Udah kena tonjok tu mulutnya, huh!." Aqilla meracau sendiri.
Akhtar menjadi tertawa dengan sikap Aqilla, lucu, menggemaskan, dan sangat sabar menghadapi kekonyolannya.
Terima kasih Tuhan, Kau telah menggirimkan wanita seperti dia untukku. Jangan jauhkan lagi ia dari hidupku, Engkau memang memberi yang terbaik untuk setiap hambamu. Jauhkanlah hambaMu ini dari wanita siluman seperti yang dulu. Dan jadikanlah ia yang sekarang, terbaik untukku dariMu Tuhan. Akhtar bermonolog dalam hati.