Playboy Jatuh Cinta 2 (Kisah Shena Dan Leo)

Semua mata tertuju pada Leo karena terkejut melihat tindakan suami Shena yang tanpa sebab telah berani menampar wajah jaksa saat menginterogasinya. Namun, sebagian dari mereka juga ada yang mulai paham maksud dari tindakan Leo.

“Tuan muda Leo. Saya tanya sekali lagi, kenapa anda menampar jaksa diruang sidang ini? Apa anda tahu bahwa yang anda lakukan ini merupakan tindakan hukum?” tanya hakim Gandi sambil menatap tajam Leo.

Sedangkan yang ditatap malah sibuk melihat wajah istrinya yang shock sambil mengedipkan salah satu mata genitnya. Hakim yang melihat tingkah Leo jadi geram sendiri.

“Maaf, pak jaksa.” Leo mulai membuka suara dan mengacuhkan pertanyaan hakim. “Ada nyamuk dipipi, anda. Ini buktinya.” Leo menunjukkan telapak tangannya pada jaksa dan semua orang yang ada didekatnya bahwa benar-benar ada seekor nyamuk mati ditelapak tangan Leo. “Nyamuk ini adalah binatang kecil yang langsung musnah alias hilang dalam waktu sekejap ketika dia selesai dimusnahkan seperti yang saya lakukan saat ini.” Leo mengibas-ngibaskan telapak tangannya dan binatang bernama nyamuk yang tadinya menempel ditelapak tangan Leo pun menghilang entah jatuh dimana.

Tentu saja semua orang tertegun melihat gerak gerik Leo. namun, tak sedikit juga yang menahan tawa. "Kasihan, nyamuk malang itu dijadikan kambing hitam." semua orang yang hadir diruangan ini membatin dengan kata-kata yang hampir sama.

“Kejadian itu, sudah beberapa hari yang lalu, yang mulia.” Kini Leo baru mau melihat hakim Gandi. “Tidak mungkin saya membawa bukti siapakah nyamuk yang menempel di pipi nona Elise. Jangankan peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu, peristiwa yang terjadi barusan saja, saya tidak bisa memberikan bukti nyamuknya karena telah hilang saat tangan saya bergerak. Tapi setidaknya, kalian semua melihat kalau nyamuk tadi menempel ditelapak tangan saya walaupun hanya sekilas.” ujar Leo tersenyum menang.

Tanpa ada yang tahu, sejak lama Leo memang sudah menyiapkan seekor nyamuk yang ada dalam botol kecil di saku celananya. Secara diam-diam, Leo membuka tutup botol tersebut dan mengeluarkan nyamuk yang sedang pingsan, lalu ia tempelkan nyamuk tersebut sedemikian rupa ditelapak tangannya. Leo menggunakan tangan itu untuk menampar pipi jaksa saat menginterogasinya sehingga terlihat seolah ada nyamuk menggigit wajah jaksa tersebut. Ide Leo ini, benar-benar gila dan konyol.

Sementara semua orang merasa kalau penjelasan Leo kali ini sedikit masuk akal, tidak mungkin dalam kasus ini, ia membawakan jasad nyamuk yang sudah dipukul Shena beberapa hari yang lalu. Padahal nyatanya, itu hanyalah alibi belaka agar Shena terbebas dari segala tuduhan yang diarahkan pada istri Leo itu.

Perlakuan Leo terhadap jaksa penuntut itupun membuktikan bahwa apa yang dikatakan pengacara Abas memang benar adanya. Peristiwa penggamparan yang dilakukan Shena, tidaklah sengaja dan tujuannya adalah menyelamatkan wajah cantik putri hakim Gandi dari gigitan nyamuk. Benar-benar konyol.

Meski alibi Shena sangat kuat tapi sepertinya pihak jaksa penuntut tidak mau menyerah begitu saja. Sidang ini tidak hanya membahas kasus tentang Shena, tetapi juga kasus kepemilikan senjata yang ditodongkan Leo pada wanita yang bernama Elise.

“Yang mulia,” ujar jaksa itu. “Berhubung tuan muda Leo ada disini, ada pertanyan yang ingin saya ajukan padanya.”

“Silahkan.” Hakim mengizinkan jaksa penuntut itu untuk bertanya pada Leo.

“Tuan muda Leo, benarkah anda menodongkan senjata pada nona Elise untuk mengancamnya?”

“Ah, itu ... “ Leo tersenyum simpul sambil berjalan pelan ke tempat pengacaranya dan meminta benda yang dia titipkan pada Abas sebelum memasuki sidang. Leo mengambil benda hitam tersebut yang tidak lain ternyata adalah pistol milik Leo.

Dengan gerakan super cepat, Leo berbalik badan dan lngsung menodongkan senjata itu pada hakim yang duduk dihadapannya sambil menatap tajam padanya.

“Tuan muda Leo, apa yang kau lakukan? Kau tahu ada dimana kau sekarang?” bentak jaksa penuntut itu pada Leo.

“Tuan muda Leo, turunkan senjatamu. Kau bisa dikenai pasal berlapis.” Beberapa petugas keamanan juga datang dan ikut mengawasi pergerakan Leo. Mereka juga menodongkan senjatanya pada Leo jika terjadi sesuatu pada hakim, yang kini menjadi target serangan suami Shena itu.

Leo memilih bungkam dan terus menatap tajam pada hakim yang juga menatapnya. Hakim itu gemetar karena pistol milik Leo, tepat diarahkan padanya. Shena sendiri hanya bisa mengatupkan kedua tangan di mulutnya melihat aksi Leo yang menurutnya sudah melebihi batas.

Rasa keram diperutnya mulai terasa karena Shena terlalu shock berlebihan. Ia hendak menghentikan Leo tapi langkahnya dihalangi oleh Abas. Pengacara muda itu menatap Shena sambil menggelengkan kepalanya sebagai tanda agar Shena tidak ikut campur dan tetap duduk manis dikursinya.

Meski Shena tidak tahu apa rencana Leo kali ini, ia tidak punya pilihan lain selain menuruti saran pengacaranya. Sebab, sepertinya Abas juga sudah tahu apa yang bakal dilakukan Leo.

Kekacauan apalagi yang akan Leo buat? Ini sidang apa opera, sih? Batin Shena dan terduduk lemah dikursinya. Kepalanya langsung pusing melihat tingkah konyol suaminya.

“Kau, berani membunuhku?” tanya hakim itu masih tak percaya Leo bisa bertindak senekat itu.

Tak heran kalau putra tunggal dari mantan mafia Byon Pyordova dijuluki sebagai gengster kelas kakap dan banyak ditakuti musuh-musuhnya. Rupanya, sifatnya ini menurun langsung dari ayahnya.

Sampai detik ini, Leo masih tetap saja bungkam dan perlahan, ia mulai mendekat ke meja hakim sambil terus menodongkan senjatanya. “Pak hakim? Apa anda takut mati?” tanya Leo sambil menyeringai setelah ia berada tepat dihadapan sang hakim agung Gandi.

Hakim tersebut hanya bisa menelan ludah. Dalam hatinya, memang ada sedikit rasa takut, bahkan tubuhnya jadi gemetar dengan apa yang dilakukan Leo padanya. Seolah, itu adalah peringatan supaya dirinya, tidak macam-macam atau cari gara-gara lagi dengan Leo.

“Kalau kau membunuhku disini, maka kau pun juga akan terbunuh. Lihatlah sekelilingmu! Jika kau melepaskan tembakanmu, maka mereka semua akan menembakmu juga,” ujar hakim itu mencoba tak gentar.

“Pak hakim, kata-kata anda terlalu menyakitkan untuk didengar. Aku tidak berniat menjadikan istriku janda muda cantik dan anakku menjadi yatim. Para petugas keamanan itu tidak akan menembakku, karena aku ... tidak akan membunuh siapapun disini. Anda tidak akan mati walau saya menembak anda seperti ini ....” Leo menarik pelatuknya dan semua orang langsung ketakutan, hampir semua orang memejamkan mata mereka karena tak berani melihat apa yang akan terjadi selanjutnya begitu juga dengan hakim itu sendiri.

Namun ternyata ... wuuusshhh!

Beberapa gelembung air keluar dari ujung pistol Leo. Leo terus menarik pelatuk pistol yang ternyata hanyalah pistol mainan anak-anak. Ruang sidang, akhirnya dipenuhi oleh gelembung-gelembung air yang berasal dari pistol Leo.

“Ini adalah mainan keluaran terbaru untuk anak-anak pak Hakim, aku sengaja membelinya untuk anakku nanti. Pistol inilah yang aku todongkan pada nona Elise. Tapi sepertinya. ia salah paham padaku dan mengira ini pistol sungguhan.” Leo terus menarik pelatuk pistol mainan itu dan semakin banyaklah gelembung air dalam ruangan ini.

Semua orang yang tadinya tegang karena mengira bakal terjadi pembantaian kejam, jadi bernapas lega. Syukurlah apa yang mereka khawatirkan tidak terjadi. Semua yang hadir disini jadi salut akan keberanian Leo dalam membuktikan bahwa ia dan istrinya sama sekali tidak bersalah. Tepuk tangan meriah langsung menggema dimana-mana. Cara Leo kali ini, sukses membuat kagum orang yang duduk dibangku ruang sidang.

Dalam diam, Shena tertegun melihat betapa kerennya Leo saat ia menggunakan cara mafia yang sering dikatakan Leo padanya.

Dasar nggak ada akhlak! Batin Shena, ia menyeka air matanya karena hampir saja ia mati jantungan bila Leo benar-benar menembak hakim itu tadi.

BERSAMBUNG

****