KARMA
Sebelum membaca karya ini alangkah baiknya jika membaca karya pertamaku yang berjudul Aku Bukan Pelakor, agar bisa mengikuti jalan ceritanya.
Karya KARMA ini menceritakan tentang pembalasan pengkhianatan yang di lakukan julio kepada istri dan anak-anaknya.
Julio bukan hanya mengkhianati istrinya namun ia membohongi ana dengan mengaku lajang untuk mendapatkan hati dan tubuh ana, selain itu ia juga di duga menggelapkan dana perusahaan tempatnya bekerja serta perusahaan milik istrinya.
Lalu apa sajakah KARMA yang akan di terima oleh julio?
Semuanya akan di ceritakan di Novel ini.
Terima kasih, selamat membaca😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Hari demi hari berlalu, retno mendapat kabar jika cakra dan istrinya pindah ke Jakarta. Cakra meneruskan pendidikan kedokterannya, ia berencana mengambil spesialis onkologi.
Berita tersebut retno dapatkan dari perawat yang membantu dokter menangani dirinya pada saat dirinya kontrol ke rumah sakit, perawat tersebut mengatakan jika dokter cakra tidak lagi menangani dirinya dan akan di gantikan dengan dokter yang baru.
Retno sangat lega mendapatkan kabar tersebut, dengan tulus ia mendoakan kebahagiaan untuk cakra dan keluarganya, serta kelancaran pendidikannya.
Selain mendapatkan kabar tentang perpindahan cakra, retno juga mendapatkan kabar jika julio telah menyelesaikan masa rehabilitasinya.
Julio kini menjalani masa tahanan atas perbuatannya menabrak ana yang mengakibatkan ana keguguran, ia di kenakan hukuman lima belas tahun penjara.
Retno tak lagi membantunya, ia membiarkan mantan suaminya menyelesaikan masaalahnya sendiri.
"Anak-anakku tidak butuh sosok bapak sepertimu." Retno merobek surat-surat yang dikirimkan julio kepadanya, dengan berdalih kerinduan kepada anak-anaknya julio meminta bantuan retno untuk membantunya meringankan tuntutan rio.
Retno membuang semua surat-surat yang dikirimkan julio ke tempat sampah kemudian membakarnya, agar putra sulungnya tak membacanya.
"Jangan sampai rangga melihat surat-surat ini." gumamnya.
Setelah selesai membakar surat-surat dari julio, retno kembali menghampiri rangga yang tengah membuat pekerjaan rumah (PR)
"Umi, ada surat dari sekolah." Rangga mengambil surat yang di berikan wali kelasnya, kemudian memberikannya kepada uminya.
"Surat apa mas?" Retno pun langsung membacanya.
Tak lama kemudian retno tersenyum setelah membaca secara keseluruhan isi surat yang memberitahukan jika putra sulungnya mendapatkan beasiswa berprestasi.
''Selamat ya mas, umi bangga sekali denganmu nak." Retno memeluk rangga dengan erat kemudian menciumnya.
"Selamat apa umi?" Tanya rangga dengan polosnya.
"Memangnya mas belum baca?" Tanya retno.
"Kan suratnya untuk umi, tidak sopan jika mas buka duluan."
"Anak baik." Retno mengelus kepala putranya, kemudian ia menjelaskan jika rangga mendapatkan beasiswa berprestasi.
"Pertahanin terus ya prestasi mas di sekolah, lebih giat lagi belajarnya." Ucap retno, rangga menganggukan kepalanya ia sangat senang bisa meringankan beban uminya sehingga uminya tidak lagi harus memikirkan biaya sekolah untuknya.
Rangga berjanji pada dirinya sendiri jika ia akan lebih giat lagi belajar untuk mempertahankan beasiswanya.
"Sudah malam, mas istirahat ya takut besok terlambat shalat subuh."
"Ia umi." Rangga merapihkan buku-bukunya dan memasukannya ke dalam tas.
"Umi, besok mas saja yang membawa kue umi ke kantin sekolah."
"Memangnya mas tidak malu dengan teman-teman mas di sekolah?"
"Tentu saja tidak umi. Boleh ya umi, mas saja yang membawanya."
"Ia, terima kasih ya mas." Retno mengecup kepala rangga kemudian menyelimutinya, setelah memastikan putranya tidur, retno keluar dari kamar rangga dan tidur bersama rama.
Sementara itu di tempat berbeda, julio nampak gelisah menunggu balasan surat dari retno, pria itu sangat berharap retno bisa luluh dan dapat membantunya.
Sejak ia di pindahkan ke lapas, julio mendapatkan diskriminasi dari sesama para narapidana lainnya, terlebih saat mereka mengetahui jika julio mengidap virus HIV/AIDS.
"Jangan dekati kami!! kami tidak ingin tertular penyakitmu." Anton salah seorang narapidana yang satu kamar dengan julio melemparkan bantal ke arah julio, ia menyuruh julio untuk tidur sudut ruangan tanpa alas dan tanpa selimut.
"Gue enggak bisa tidur situ." Protes julio, ia mendekat ke arah anton.
"Bukan urusan kami." Anton menarik kerah baju julio, tangannya mengepal hendak menonjok julio namun raka salah seorang narapidana lainnya menahannya.
"Jangan lakukan itu, jika loe enggak mau tertular penyakit yang sama, darah dia bisa membahayakan kita semua." Ucap raka, anton mentap tajam ke arah julio kemudian menghempaskan tubuh julio dengan sekuat tenaganya hingga tubuh julio tersungkur menghantam dinding penjara.
sungguh menguras air mata, tapi sangat puas n byk pelajaran yg bisa diambil dlm cerita ini
sungguh sangat terharu dgn novel ini