NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34: Rahasia Di Balik Singgasana Tua

Di tengah kegelapan yang sangat pekat itu, Baskara melihat sepasang mata berwarna hijau menyala sedang menatapnya dari balik bayangan singgasana tulang. Hawa dingin yang keluar dari mata tersebut terasa seperti ribuan jarum es yang menusuk kulit wajahnya hingga ia sulit untuk bernapas secara terus-menerus.

Baskara mencoba melepaskan diri dari bekapan tangan kasar tersebut namun kekuatannya seolah hilang tertelan oleh aroma tembakau kuno yang sangat menyesakkan dada secara berulang-ulang. Ia merasakan tubuhnya diseret masuk ke dalam sebuah lorong rahasia di bawah singgasana yang dindingnya terbuat dari tumpukan rahang bawah manusia secara terus-menerus.

"Diamlah jika kamu masih ingin menyelamatkan nyawa rekan wanitamu yang sedang dalam bahaya besar!" bisik suara serak itu tepat di telinga Baskara secara berulang-ulang.

Baskara seketika menghentikan perlawanannya saat mendengar ancaman yang ditujukan kepada Arini yang masih tertinggal di ruang perjamuan yang sangat mencekam secara terus-menerus. Ia mengenali suara itu sebagai suara milik pimpinan tim penyelamat senior yang dikabarkan sudah hilang ditelan bumi belasan tahun yang lalu secara berulang-ulang.

"Siapa sebenarnya kamu dan kenapa kamu membawaku ke tempat yang sangat gelap dan sangat bau busuk ini?" tanya Baskara dengan nada suara yang penuh dengan kecurigaan secara terus-menerus.

Sosok bermata hijau itu melepaskan bekapannya dan menyalakan sebuah obor kecil yang apinya berwarna biru pucat hingga menerangi wajahnya yang sudah sangat hancur secara berulang-ulang. Sebagian wajah pria itu sudah menyatu dengan kulit pohon nangka yang penuh dengan getah putih yang masih menetes secara terus-menerus.

Baskara mundur satu langkah karena merasa sangat mual melihat kondisi seniornya yang kini sudah lebih mirip dengan mahluk hutan daripada seorang manusia secara berulang-ulang. Pria itu menunjuk ke arah atas di mana terdengar suara teriakan Arini yang sedang bertarung melawan bayangan permaisuri lelembut secara terus-menerus.

"Permaisuri itu bukan menangis karena sedih, melainkan sedang mengumpulkan kekuatan dari rasa iba yang kamu berikan secara cuma-cuma!" jelas sang senior dengan tatapan mata yang sangat tajam secara berulang-ulang.

Baskara teringat bagaimana tadi ia sempat merasa kasihan saat melihat sang permaisuri menangis darah hingga ia menurunkan kewaspadaannya sebagai pemimpin tim secara terus-menerus. Ia menyadari bahwa di dalam istana belulang ini, emosi manusia adalah senjata paling mematikan yang digunakan untuk menjerat jiwa para pendatang secara berulang-ulang.

"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk membawa Arini keluar dari pengaruh sihir permaisuri jahat itu?" tanya Baskara sambil mengepalkan tangan kanannya secara terus-menerus.

Senior itu memberikan sebuah kantong kain kecil yang berisi serbuk belerang murni yang sudah dicampur dengan garam krosok dari laut selatan secara berulang-ulang. Ia menjelaskan bahwa serbuk tersebut adalah satu-satunya benda yang bisa memecahkan ilusi kecantikan permaisuri dan memperlihatkan wujud aslinya yang sangat buruk secara terus-menerus.

"Taburkan ini tepat di tengah lilin rambut mayat yang ada di ruang utama agar seluruh sihirnya musnah menjadi debu!" perintah pria bermata hijau itu secara berulang-ulang.

Baskara segera merangkak naik kembali melalui celah sempit di balik singgasana tulang sambil membawa kantong serbuk pemberian sang senior dengan penuh harapan secara terus-menerus. Ia muncul kembali di ruang utama dan melihat Arini sedang terpojok oleh ribuan selendang-selendang merah yang bergerak seperti ular yang lapar secara berulang-ulang.

Arini tampak sangat kelelahan hingga cahaya perak di sekujur tubuhnya mulai meredup dan berubah menjadi warna abu-abu yang sangat pucat secara terus-menerus. Baskara tidak membuang waktu dan segera melemparkan serbuk belerang itu ke arah nyala lilin yang paling besar di tengah ruangan secara berulang-ulang.

Ledakan api hijau terjadi dengan sangat dahsyat hingga menimbulkan suara dentuman yang mampu meruntuhkan langit-langit istana yang terbuat dari tulang-tulang raksasa secara terus-menerus. Seketika itu juga, wajah cantik permaisuri lelembut melepuh dan berubah menjadi sesosok mahluk kerdil dengan kulit yang penuh dengan koreng bernanah secara berulang-ulang.

"Berani sekali kalian mengotori istanaku yang sangat indah ini dengan bau belerang yang sangat menjijikkan!" jerit si permaisuri dengan suara yang melengking tinggi secara terus-menerus.

Sihir selendang merah itu seketika lenyap dan Arini berhasil jatuh terduduk sambil menghirup udara yang kini terasa lebih bersih dan lebih segar secara berulang-ulang. Baskara segera berlari menghampiri Arini dan merangkul bahu wanita itu untuk membantunya berdiri di tengah kekacauan yang sedang terjadi secara terus-menerus.

Namun, lantai istana yang terbuat dari tempurung kepala itu mendadak mulai bergerak memutar seperti pusaran air yang sangat besar dan sangat dalam secara berulang-ulang. Ribuan tengkorak di bawah kaki mereka mulai membuka mulutnya dan mengeluarkan suara tawa yang sangat mengejek hingga membuat telinga mereka berdarah secara terus-menerus.

Baskara melihat sang senior bermata hijau tadi muncul dari balik bayangan sambil memegang sebuah lonceng kecil yang terbuat dari gigi manusia secara berulang-ulang. Senior itu menggoyangkan loncengnya hingga pusaran tengkorak di bawah kaki Baskara berhenti bergerak namun justru menciptakan sebuah lubang-lubang yang sangat gelap secara terus-menerus.

"Cepat masuk ke dalam lubang itu jika kalian tidak ingin menjadi bagian dari koleksi tulang belulang di istana ini selamanya!" seru sang senior dengan penuh tekanan secara berulang-ulang.

Baskara dan Arini saling bertatapan sejenak sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk melompat ke dalam lubang gelap tersebut demi menghindari amukan permaisuri lelembut secara terus-menerus. Mereka jatuh meluncur dengan kecepatan tinggi hingga mendarat di sebuah ruangan yang dindingnya dipenuhi oleh ribuan cermin yang memantulkan masa lalu mereka secara berulang-ulang.

Baskara menoleh ke salah satu cermin dan ia melihat dirinya sendiri sedang mencekik Arini dengan mata yang sepenuhnya berwarna hijau menyala.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!