NovelToon NovelToon
Butterfly

Butterfly

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:423
Nilai: 5
Nama Author: Nadhira ohyver

Arunaya, seorang gadis dari keluarga terpandang yang terpenjara dalam sangkar emas tuntutan sosial, bertemu Adrian, pria sederhana yang hidup mandiri dan tulus. Mereka jatuh cinta, namun hubungan mereka ditentang keras oleh Ayah Arunaya yang menganggap Adrian tidak sepadan.

Saat dunia mulai menunjukkan taringnya, memihak pada status dan harta, Naya dan Adrian dihadapkan pada pilihan sulit. Mereka harus memilih: menyerah pada takdir yang memisahkan mereka, atau berjuang bersama melawan arus.

Terinspirasi dari lirik lagu Butterfly yang lagi happening sekarang hehehe....Novel ini adalah kisah tentang dua jiwa yang bertekad melepaskan diri dari kepompong ekspektasi dan rintangan, berani melawan dunia untuk bisa "terbang" bebas, dan memeluk batin satu sama lain dalam sebuah ikatan cinta yang nyata.

Dukung authir dong, like, vote, n komen yaa...
like karya authir juga jangan lupa hehehe

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadhira ohyver, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Beberapa bulan kemudian, aroma kopi dan croissant hangat memenuhi udara di sebuah kafe bergaya London yang cozy di kawasan elit Jakarta. Jendela kacanya menghadap langsung ke Galeri Butterfly yang kini menjadi ikon baru kota.

Di dalam kafe itu, Aris sibuk meracik minuman di balik meja bar, terkadang melayani Dian dan Rio yang sedang tertawa lepas di meja sudut—Dian yang kini sudah lulus tesisnya dan Rio yang posisinya semakin mantap di Hardi Group.

Di meja utama, Tuan Hardi duduk dengan cangkir kopi hitam di tangannya. Wajahnya tidak lagi kaku, melainkan ada guratan kedamaian di sana. Ia menatap ke luar jendela, ke arah galeri megah yang dibangun oleh pria yang pernah ia buang.

"Proyek ini selesai tepat waktu, Ayah," suara Naya terdengar lembut saat ia duduk di hadapan Tuan Hardi. Ia mengenakan pakaian kasual yang santai, tanpa topeng dingin yang dulu menemaninya setiap hari.

Tuan Hardi menghela napas panjang. "Dan dunia mengakuinya sebagai mahakarya terbaik di Asia Tenggara, persis seperti syarat yang Ayah berikan." Ia menoleh ke arah Naya. "Bram sudah ditangani sesuai hukum yang berlaku, Naya. Ayah... Ayah mengakui kekalahan Ayah."

Di saat itu, pintu kafe terbuka. Rian masuk dengan senyum yang menawan, melangkah lurus ke arah Naya dan Tuan Hardi. Ia tidak lagi mengenakan jas formal, hanya kemeja putih bersih yang nyaman.

Rian menjabat tangan Tuan Hardi dengan hormat. "Tuan Hardi, sudah saatnya kita terbang bebas."

Hardi menatap Rian, lalu menatap Naya yang matanya bersinar bahagia. Ia tersenyum tipis, sebuah senyuman tulus yang sangat langka. "Iya, Nak Rian. Ini saatnya kalian terbang bebas."

Rian dan Naya berjalan keluar dari kafe, berpegangan tangan erat. Di depan mereka terbentang Galeri Butterfly, simbol perjuangan mereka. Mereka berjalan santai di trotoar Jakarta yang kini terasa lebih ramah.

"Kita berhasil, Rian," bisik Naya, menyandarkan kepalanya di bahu Rian.

Rian merangkul Naya erat, merasakan kehangatan batin mereka yang kini tidak lagi kacau karena merindu. Mereka menatap langit Jakarta yang cerah.

"Ya, Kupu-kupuku," balas Rian lembut. "Kita berhasil terbang tinggi, setinggi angan kita untuk meraih satu sama lain. Kita sudah memeluk batin yang sama-sama merindu. Dan lihatlah, dunia tidak lagi memisahkan kita. Kini kita benar-benar bisa terbang bersama, tanpa topeng, tanpa ketakutan."

Melodi lagu Butterfly terdengar sayup-sayup dari kafe di belakang mereka, mengiringi langkah Rian dan Naya yang kini melangkah menuju masa depan yang cerah, mengakhiri kisah perjuangan mereka dengan kemenangan cinta yang nyata dan abadi.

..........

Malam itu, di kediaman mewah keluarga Hardi, sebuah pemandangan yang mustahil terjadi dua tahun lalu kini menjadi nyata.

Rian melangkah di atas lantai marmer, bukan sebagai staf katering yang diusir, melainkan sebagai pria yang memegang janji. Hardi, yang duduk di ruang tamu, mengangguk dengan sorot mata yang penuh pengakuan. Ibu Naya dan Bi Sumi tidak bisa menahan senyum haru mereka di ambang pintu, menyaksikan akhir dari penantian panjang.

Naya keluar dengan langkah ragu, terkejut karena Rian datang tanpa kabar. Namun, sorot mata Rian meyakinkannya.

"Nona Kupu-kupu," bisik Rian dengan nada rendah yang penuh makna, "apa kau sudah siap terbang bersamaku?"

Naya mengangguk, air mata yang selama ini ia tahan kini luruh. Rian, dengan lembut, menghapus bulir air mata itu, seolah menghapus sisa luka masa lalu mereka.

Di luar gerbang, sebuah motor sport mewah menunggu—bukti nyata perjuangan Rian yang tak kenal lelah di London. Itu adalah keinginan sederhana Naya yang dulu mustahil terwujud. Rian memakaikan helm pada Naya, lalu memasangkan earphone Bluetooth. Separuh melodi "Butterfly" mengalun di telinga Naya, separuhnya lagi di telinga Rian.

Naya memeluk erat Rian, menyandarkan kepalanya di punggung tegap pria itu.

Motor sport mewah itu melaju membelah jalanan Jakarta yang basah oleh gerimis malam. Bagi Naya, deru mesin itu adalah melodi kebebasan yang sesungguhnya. Di telinganya, alunan lembut lagu "Butterfly" dari Melly Goeslaw dan Andhika Pratama mulai mengalun merdu melalui earphone Bluetooth yang tersambung di telinga mereka berdua.

Biar diriku jadi kupu-kupu bersamamu...

Setiap bait lirik terasa hidup dan nyata. Angin malam Jakarta yang menerpa wajah Naya terasa dingin, namun pelukan batin Rian yang ia rasakan melalui musik dan kehangatan tubuh pria itu jauh lebih menghangatkan dari apa pun.

Mereka tidak berbicara. Malam itu, kata-kata terasa tidak lagi diperlukan. Bahasa hati mereka mengalir melalui melodi yang sama, melalui detak jantung yang kini berirama sepadan. Naya memejamkan mata, menghirup aroma maskulin Rian yang bercampur dengan aroma hujan dan bensin—aroma kehidupan nyata yang selama ini ia rindukan.

Tidak ada lagi sangkar emas. Tidak ada lagi tatapan dingin atau topeng profesionalisme yang menyesakkan. Malam itu, di atas motor Rian, Naya merasa sayapnya benar-benar tumbuh sempurna.

Rian, yang merasakan Naya semakin erat memeluknya, tersenyum di balik helmnya. Ia tahu Naya akhirnya menemukan kedamaian yang sesungguhnya. Ia menatap lampu-lampu kota yang berlalu cepat, menyadari bahwa ia telah menepati janjinya. Ia tidak hanya meraih Naya, ia juga membawa Naya terbang tinggi bersamanya.

Memeluk batinmu yang sama kacau karena merindu...

Kini, batin mereka tidak lagi kacau, melainkan menyatu dalam satu frekuensi cinta yang kokoh. Rian melajukan motornya semakin kencang menuju masa depan yang cerah, sementara Naya memeluknya semakin erat, siap untuk terbang bebas ke mana pun takdir membawa mereka, bersama-sama, selamanya.

TAMAT

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!