Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gugur
Kenanga terus menangis di pelukan Kania, Kenanga dan Sigit sudah sampai di rumah Bintang dan mereka untuk sementara akan menempati kamar tamu rumah itu, sampai Sigit bisa menemukan tempat tinggal baru, Kenanga juga sudah sadar tepat saat Dirga mengucapkan kata talak untuknya. Harapan untuk kembali ke kampung Dara masih ada, tapi nanti, setelah Wisnu benar benar tiada agar Sigit bisa membangun kembali rumah juga mengurus lahan orang tuanya.
"Sudah Kenanga, kamu jangan menangis lagi, aku tahu ini sangat berat untuk kamu tapi kamu harus kuat, untuk kehidupan kamu kedepannya" bujuk Kania
"Dia menjatuhkan talak tiga pada Kenanga, seperti dia tidak mau melihat Kenanga lagi, apa Kenanga begitu kotor? Atau Kenanga memang tidak layak untuk siapapun?" tanya Kenanga
"Tidak Kenanga, kamu berharga, mungkin jalan hidup kamu berat, tapi kak Dimas yakin kalau suatu hari nanti kamu akan menemukan seseorang yang menjadikan kamu perempuan paling berharga dalam hidupnya" ungkap Dimas
"Mas Dimas benar Kenanga, tinggallah di sini sementara sampai rumah Mbah Putri yang ada di dekat danau kami perbaiki dulu" bujuk Kania
"Aakhh...."
"Kenanga kamu kenapa?" tanya Kania khawatir
"Perut Kenanga sakit kak" jawab Kenanga memegangi perutnya
"Mungkin terjadi sesuatu, panggil dokter mas" ucap Kania
"Biar aku telepon dokter Hana saja, supaya dia bisa kesini" jawab Dimas
Sigit masih mengobrol dengan Bintang di bawah, dia di minta untuk bekerja dengan Bintang untuk sementara karena Sigit juga adalah seorang sarjana pertanian, Bintang juga mengatakan kalau dia akan membantu Sigit memantau kedua orang tuanya di kampung Dara supaya Sigit bisa tetap tahu apa yang terjadi pada kedua orang tuanya.
"Pa, Kenanga mengeluh sakit perut, mungkin karena sejak sadar belum di periksa dokter" ucap Dimas
"Langsung bawa ke puskesmas saja, semoga dokter Hana belum pulang" ucap Bintang
"Sigit, ayo kamu gendong Kenanga ke puskesmas" ucap Dimas
"Iya kak" jawab Sigit segera mengikuti Dimas
Sigit tidak bisa kurang ajar langsung pergi menemui Kenanga, karena saat itu dia sedang tidak di rumahnya dan harus menghargai pemilik rumah.
"Kenanga, apa yang kamu rasakan?" tanya Sigit
"Sakit kak, perut Kenanga sakit" jawab Kenanga terus meringis.
"Astagfirullah mas, darah" kaget Kania saat melihat kasur yang di duduki Kenanga terdapat bercak darah.
"Innalilahi, Sigit mungkin Kenanga mengalami pendarahan karena stress, ayo segera bawa ke Puskesmas" ucap Dimas
"Hati hati nak, bawa bangle, darah yang berasal dari perempatan hamil itu tercium wangi, banyak mahkluk halus menginginkan itu dan sekarang sepertinya janinnya sudah tidak bisa di selamatkan lagi" ungkap Rukmini
"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un" ucap semuanya.
Sigit mengendong Kenanga, rasa khawatir begitu besar dia rasakan tapi ada perasaan lega juga karena Kenanga tidak perlu mengandung benih Wisnu di dalam perutnya, apalagi Kenanga pasti akan sangat membenci anak itu jika sampai dia lahir ke dunia.
"Bertahan Kenanga"
"Mas, sakit sekali" lirih Kenanga
"Bagaimana ini kak, darahnya semakin banyak" ucap Sigit
"Sebentar lagi kita sampai di puskesmas, seharusnya masih buka" jawab Dimas yang masih fokus menyetir
Lima menit mereka sudah sampai di Puskesmas, Sigit segera membawa Kenanga masuk dengan tatapan penasaran orang orang karena mereka belum pernah melihat Sigit dan Kenanga di kampung Curug.
"Dokter Hana, tolong saudari saya, dia sepertinya pendarahan, kami sudah enam jam melakukan perjalanan darat tadi, dan saat sampai Kenanga tiba tiba saja mengeluh sakit perut" ucap Dimas
"Biar saya periksa dulu, kalian tunggu di luar, kamu suaminya?" tanya Hana pada Sigit
"Iya, saya suaminya" jawab Sigit tanpa ragu
Dimas hanya bisa menghela nafasnya karena apa yang di lakukan Sigit akan membuat mereka dalam masalah kalau sampai orang orang tahu keduanya tidak terikat pernikahan. Tapi Dimas juga tidak akan membiarkan itu, dia akan sebisa mungkin menolong keduanya sampai mereka bisa hidup dengan baik dan punya bekal untuk masa depan mereka.
Satu jam menunggu, dokter keluar dengan wajah sedih, Kenanga tenyata mengalami keguguran, dan karena kehamilan Kenanga masih di bawah sepuluh minggu, kuret tidak di perlukan, hanya akan di periksa melalui USG saja untuk memastikan rahimnya sudah bersih.
"Kami sudah mengusahakan yang terbaik, tapi janin tidak bisa di selamatkan, yang sabar ya pak, lagipula usia istri bapak masih sangat muda, masih bisa kembali hamil nantinya, tapi saran saya tunggu satu tahun paling lama supaya kondisi fisik dan mentalnya siap" ungkap dokter
"Baik dokter, terima kasih karena sudah meriksa istri saya, apa istri saya harus di rawat?" tanya Sigit
"Iya, selama tiga hari ini sebaiknya di rawat di sini saja, ada perawat yang berjaga siang dan malam juga di sini, kalian tidak perlu takut" jawab Hana
"Baik dokter"
"Setelah di bersihkan, pasien akan segera di bawa ke ruang rawat, ada dua ruang rawat di puskesmas ini dan untungnya kamarnya kosong, besok saya akan periksa istri anda lagi, untuk sekarang saya akan resepkan obat untuk istri anda" ucap Hana dan Sigit mengangguk
"Kapan saya bisa menemui istri saya dokter?" tanya Sigit
"Nanti setelah di pindahkan, silahkan isi identitas istri anda supaya bisa saya catat, saya tadi hanya menanyakan nama dan usia saja karena pasien harus langsung di tangai" jawab Hana membuat Sigit sedikit ragu tapi Dimas menyakinkan kalau mereka akan baik baik saja.
"Bagaimana keadaan Bimantara?" tanya Hana
"Masih sedikit demam, mungkin efek dari imunisasi kemarin" jawab Dimas
"Bima anak yang kuat, dia bahkan tidak menangis saat di imunisasi kemarin" ungkap Hana
"Kata Kania malah tersenyum, Alhamdulillah dia juga tidak rewel" ucap Dimas
Hana pamit, dia tidak akan pulang untuk memantau kondisi Kenanga, hanya Dimas yang pulang dan mengatakan besok akan kembali dengan perlengkapan Kenanga, jadi di ruangan itu sekarang hanya ada Sigit dan Kenanga yang masih tertidur.
"Tadinya aku juga siap menerima anak itu Kenanga, tapi sepertinya anak itu juga tidak mau lahir karena dia adalah anak bapak" Gumam Sigit
Tangannya masih menggenggam tangan Kenanga dengan erat, dia juga tidak tidur, hanya menjaga Kenanga di sana sambil sesekali menatap jendela kamar puskesmas yang memperlihatkan bayangan sesuatu yang membuat Sigit penasaran.
"Tutup tirai jendelanya Sigit, ada kuyang di luar, dia mencium bau darah di tempat ini" ucap Sahara yang di minta Dimas berjaga di sana dengan bayaran lima porsi batagor.
"Astagfirullah, aku pikir itu adalah ranting pohon, akan aku tutup sekarang"
Sigit segera menutup tirai dan memastikan jendelanya terkunci, matanya sempat melihat sorot merah di kegelapan yang ada di luar kamar itu bahkan Sigit bisa dengan jelas melihat sesuatu yang melayang mendekat ke arahnya tapi terhalang ilmu Sahara yang lebih tinggi.
"Jangan harap kamu bisa mendekat kuyang, cari mangsa di tempat sampah sana, lagipula untuk apa kamu berguru untuk kecantikan dan keabadian, kamu justru kesulitan karena harus selalu cari makan dengan cara menjijikan, itu usus dan jantung kamu kelihatan, aurat dari segala aurat kamu perlihatkan, tak hanya luar tapi juga dalam" sinis Sahara yang terdengar di luar ruangan Kenanga.
"Hheerrr... Kenapa kamu ikut campur, bukannya kamu adalah pelindung keluarga Darmawan?" tanya sosok kuyang itu
"Yang di dalam itu punya urusan bisnis denganku, jadi pergi sana sebelum pistol ini menancap di usus besarmu" jawab Kenanga
"Eh... Yang menancap kan pisau ya" gumam Sahara
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab