NovelToon NovelToon
Tuan Muda Kami, Damien Ace

Tuan Muda Kami, Damien Ace

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Romansa / Persaingan Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ferdi Yasa

Mereka bilang, Malaikat ada di antara kita.

Mereka bilang, esok tak pernah dijanjikan.

Aku telah dihancurkan dan dipukuli, tapi aku takkan pernah mati.

Semua darah yang aku tumpahkan, dibunuh dan dibangkitkan, aku akan tetap maju.

Aku telah kembali dari kematian, dari lubang keterpurukan dan keputusasaan.

Kunci aku dalam labirin.

Kurung aku di dalam sangkar.

Lakukan apa saja yang kalian inginkan, karena aku takkan pernah mati!

Aku dilahirkan dan dibesarkan untuk ini.

Aku akan kembali dan membawa bencana terbesar untuk kalian.

- Damien Ace -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Kembali dengan Sendirinya

Alex terbangun gara-gara Rayyan yang sengaja membuka tirainya, membiarkan sinar matahari menusuk ke matanya yang masih lengket.

“Bangun, Tuan.”

Tubuh pria itu menggeliat perlahan, berpaling dari sinar matahari.

“Sudah pukul sepuluh. Anda tidak bisa tidur lebih lama lagi.”

Alex membuka matanya, samar-samar dia melihat bayangan Rayyan yang berdiri tepat di sisinya dengan pakaian rapi.

Melirik ke dinding, dia mendapati jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Waktu terlama yang pernah dia lewatkan untuk tidur.

“Di mana Eve?”

“Dan sekarang Anda baru bertanya istri Anda?” Rayyan menghela napas kesal. “Dia ke sini menengok Anda tadi.”

“Menengok?” Alex mencoba bangkit, tapi pengar di kepalanya membuat dia menyandar lagi. “Dia bersamaku tadi malam.”

“Tuan, Anda meninggalkan istri dan anak Anda sejak sore. Bagaimana Anda bisa mabuk seperti itu? Apa Anda lupa jika ada Daisy yang akan melihat Anda nanti?”

Alex memijit kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam.

Bukankah itu Eve? Dia memang sudah tidak sadar, tapi dia masih memiliki sensitive jika seseorang memainkan burung kecilnya. Dia bisa merasakan telapak tangan menjalar di atas dadanya, merayap seperti ular melata.

Telapak tangan itu membelai permukaan dadanya, semakin turun dan turun sampai ke sel4ngk4ngannya.

Jika bukan Eve, siapa itu?

Alex menoleh padanya, kedua alisnya naik ke dahi. “Apa kau menemukan seseorang bersamaku?”

“Tidak. Pelayan menjaga pintu di depan.”

Tapi ….

“Tuan, Anda tidak bisa terus seperti ini. Jika Anda tidak bisa menerima kematian Damien, maka hubungan keluarga Anda yang hancur.”

“Sudah kubilang dia tidak mati, Ray!” Alex membentaknya. Setiap kali dia mendengar seseorang mengatakan Damien sudah meninggal, Alex tidak bisa menahan dirinya.

“Tapi kenyataannya dia memang tidak ada, Tuan! Asal Anda tahu, saya sudah mencarinya di belakang Anda selama ini. Saya sudah memeriksa kamera CCTV di rumah sakit, dan memang benar jika jenazah Damien sudah dikremasi. Anda mau mencarinya di mana lagi?”

“Diam, Ray!” teriaknya lagi. Alex bangkit, menarik kerah jas Rayyan. “Aku tahu dia tidak mati. Anakku belum mati! Katakan padaku, apa yang terjadi malam itu, Ray? Katakan!”

“Anda ingin tahu? Saya akan menjelaskan semuanya. Malam itu, tepat sebelum Damien di kabarkan meninggal, istri Anda pergi beristirahat di rumah yang Anda berikan di Regalsen. Tidak tahu bagaimana caranya, Anda mengirim seorang sopir di malam itu seolah Anda tahu jika Nyonya akan membutuhkannya. Anda bahkan menelepon Elly, meminta dia untuk menjaga istri Anda dengan baik dan meminta dia untuk menemaninya.”

“Dan orang ini.” Rayyan mengeluarkan ponselnya, menunjukkan wajah seorang pria di depan Alex. “Pria ini adalah sopir yang Anda kirim. Saya tidak tahu siapa dia, di mana dia tinggal, dan pada siapa dia bekerja. Karena semua informasi pria ini telah dilindungi. Selama saya bekerja untuk Anda, saya tidak pernah melihat pria ini sama sekali. Sedangkan Anda, Anda menghapus semua riwayat panggilan Anda malam itu sehingga kami tidak bisa menemukan apa-apa.”

Alex merebut ponsel itu, memperhatikannya baik-baik. Tapi tetap saja dia tidak bisa mengingat apa pun. Inilah yang membuat dia membenci dirinya sendiri.

Kakinya bergerak ke sisi jendela, memukul-mukul permukaan kaca itu dengan keras.

Rayyan menghela napas berat. “Meskipun Anda menghancurkan kepala Anda, itu tidak akan membuat ingatan Anda tiba-tiba kembali.”

“Sangat mudah mengatakan itu, bukan?” Alex meliriknya, tajam. “Kau tidak akan tahu karena kau tidak pernah merasakannya. Damien masih hidup, dia di luar sana dengan kondisi yang buruk. Sekarang aku tidak tahu apakah dia baik-baik saja atau tidak. Tapi aku yakin, aku yakin dia masih hidup! Abu yang dipendam itu, itu bukan anakku!”

“Tidak perlu ikut merasakan hal yang sama untuk bisa memahami seseorang, Tuan. Dan ya, saya memang tidak pernah merasakannya. Tapi saya tahu, jika memang Anda bersikeras dia masih hidup, Anda adalah orang yang sudah membawanya pergi. Dan saya percaya, Anda sudah mengatur segalanya dengan baik. Saya permisi.”

Rayyan sedikit menekuk punggungnya, lalu berbalik dan pergi.

Damien masih hidup? Tapi di mana? Di mana anaknya sekarang? Bagaimana keadaannya? Apakah dia mendapat pengobatan dengan baik?

Alex membenturkan kepalanya ke permukaan kaca lagi dan lagi.

Andaikan saja dia bisa mengingat sedikit saja, dia pasti bisa melacak semuanya dan menemukan Damien. Bagaimana jika saat ini anaknya sedang menderita?

Andaikan saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, dia pasti masih bisa mengingat semuanya dan mengingat apa yang sudah dia lakukan.

Benar-benar tidak berguna!

Hari itu Alex tidak juga pergi ke perusahaan, tidak juga mengirim kabar untuk pulang.

Setelah menghabiskan banyak waktu di perusahaan iklannya, Eve mendapat ajakan dari Manda untuk pergi makan makan malam bersama. Mereka juga tidak berdua, Darren ada di antara mereka karena makan malam ini adalah ide dari pria itu.

Eve sendiri tidak menolak, tapi dia lebih banyak diam dan murung. Makanan yang sudah dia pesan hanya dia aduk-aduk dengan malas.

“Kau semakin kurus, Eve. Setelah kehilangan anakmu, seharusnya kau lebih bisa menjaga dirimu sendiri.” Darren berkata padanya, tapi wanita itu seolah tidak mendengarnya.

“Ya, dia benar. Mulai hari ini kau harus menjaga dirimu lebih baik lagi. Ini, makanlah milikku!” Manda menyuapkan sepotong steak ke mulut Eve, memaksa dia memakannya. “Lupakan, Alex! Dia pasti akan kembali dengan sendirinya. Kau tidak perlu menyiksa dirimu, oke? Malam ini adalah waktunya kau untuk melepaskan semuanya. Bukankah sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini? Ayolah, jangan merusak suasana!”

“Alex hanya marah pada dirinya sendiri, dia pasti akan pulang setelah dia menenangkan diri.” Darren berkata dengan mantap.

Setelah meneguk minumnya, dia berkata lagi, “Biarkan saja dia mengambil waktu untuk lebih tenang. Aku yakin dia juga tidak akan bisa lebih lama pergi dari kalian. Dia marah, dia kesal, memang lebih baik untuk mendapat waktu sendiri, menjaga dirinya sendiri agar tidak sampai lepas kendali di depan anaknya. Jangan terlalu khawatir, oke? Alex tahu kapan dia harus pulang.”

Namun, Eve menggeleng lemah. “Aku tidak yakin Daisy bisa mengerti.”

“Hei, Daisy itu anak yang cerdas. Jika dia diberitahu, dia pasti akan mengerti. Tenangkan dirimu, jangan membuat dirimu menjadi begitu terbebani.” Darren di sisinya menepuk-nepuk pundak Eve.

“Ya, Rayyan juga bilang begitu.” Manda mengangguk cepat. “Dia berkata kalau dia tidak akan memaksa Alex kembali bekerja atau memaksa dia pulang. Dia bilang jika Alex akan kembali sendiri nanti. Lagipula, mobilnya masih di hotel, kan? Dia tidak akan pergi jauh, tenanglah ….”

Eve mengangkat kepalanya, menatap mereka bergantian sebelum mengulas senyum tipis yang terasa begitu berat. Apa pun yang terjadi, dua orang di depannya ini tidak pernah pergi jauh darinya, kan?

Jadi, atas dasar apa dia membuat hatinya terlalu berat?

Eve menarik gelas di depannya dan mengangkatnya. “Bersulang?”

Dengan senang hati Darren dan Manda mengangkat gelasnya, membenturkan gelas mereka bersamaan.

Setelah makan malam, mereka masih melanjutkan untuk berbelanja. Dia tidak khawatir pulang malam ini, karena Daisy sedang bersama Nelly dan Nic. Mereka bilang jika mau mengajak Daisy berkunjung ke rumah singgah yang secara khusus mereka dirikan untuk menampung pasien kanker.

Mereka yang berasal dari luar kota yang membutuhkan tempat tinggal selama masa pengobatan di rumah sakit kota ini. Nelly juga meminta izin untuk membiarkan Daisy tidur bersama mereka tadi.

Eve pulang dengan puas. Namun saat dia kembali ke rumah, dia merasa hampa.

Tidak ada Alex, tidak ada Daisy, tidak juga dengan Damien.

Tadi siang dia sudah mencoba menghubungi Alex, tapi dia tidak mendapat jawaban. Dan sekarang, dia masih belum mendapat jawaban juga.

Eve lelah menunggu Alex meneleponnya. Dia tertidur sambil menggenggam ponsel sampai pagi.

Saat dia bangun, tubuhnya sedikit tersentak karena ingat jika dia sedang menunggu Alex semalam. Namun, dia masih tidak melihat pria itu di sisinya. Bagian dari sisi ranjangnya dingin dan kosong.

Ke mana Alex? Kenapa dia masih belum pulang juga? Bahkan lima panggilannya hanya berstatus tak terjawab saja.

***

1
Dheta Berna Dheta Dheta
😭😭😭😭
Idatul_munar
Gimana ayah nya tu..
Arbaati
hadir Thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!