NovelToon NovelToon
Terperangkap Dimensi Lain

Terperangkap Dimensi Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Akademi Sihir / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:690
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Elara dan teman-temannya terlempar ke dimensi lain, dimana mereka memiliki perjanjian yang tidak bisa di tolak karena mereka akan otomatis ke tarik oleh ikatan perjanjian itu itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Pagi yang hangat di bawah sinar merah lembut dunia leluhur. Elara terbangun lebih dulu dari yang lain, rambutnya berantakan dan mata masih sayu, tapi mulutnya sudah beraksi lebih dulu.

“Aku lapar!” serunya sambil memegangi perut yang berbunyi nyaring.

Dorion yang baru kembali dari hutan bersama Brian menatapnya sambil membawa seekor ayam hutan besar.

“Ayo bakar daging!” seru Dorion dengan gaya bangganya.

“Wuihhhh, makan enak!” teriak Elara senang sambil melompat kecil.

Mira tertawa melihat antusiasnya. “Ayo, El. Kita bantu masaknya.”

Mereka berlima segera sibuk di sekitar api unggun. Asap tipis mulai naik ke udara.

“Kita bakar biasa saja ya,” kata Elara sambil mengaduk bumbu yang seadanya. “Jangan pakai sihir kalian. Nanti rasanya hambar lagi. Apalagi sihir dari Brian tuh… rasanya aneh dan hambar banget.”

Brian mendengus. “Sembarangan kamu ngomong!”

“Fakta!” jawab Elara santai sambil menjulurkan lidah.

Lysandra memutar bola matanya. “Kalian tuh gak bisa berhenti berdebat satu menit aja, ya?”

“Gimana mau berhenti, orang emang gak akur,” jawab Elara cepat. Lalu dengan nada menggoda, dia menambahkan, “Bukannya kamu juga gak akur karena kamu naksir Arsen?”

“Heh! Dari mana kamu tahu?!” Lysandra langsung tersentak, pipinya sedikit memerah.

Elara terkekeh. “Lah, terus kenapa kamu kesel waktu aku deket sama dia? Padahal aku baru ketemu kalian. Kalau Brian udah jelas sok berkuasa dari lahir.”

“Bisa gak sih, gak usah bawa-bawa aku!” timpal Brian dengan nada kesal.

Elara nyengir. “Tuh kan, ngamuk lagi.”

Suasana semakin ramai, Dorion sampai tertawa sampai terguling.

"Arsen gimana ?" tanya Mira yang membuat Lysandra tambah cemberut.

Tapi tiba-tiba Elara terdiam sesaat, matanya menerawang mengingat sesuatu. “Kalau Arsen… beda sih. Dia dingin, tapi waktu itu”

Dia terdiam. Ingatan tentang saat dia jatuh dari pohon dan tanpa sengaja mencium bibir Arsen kembali muncul.

Dorion langsung menoleh dengan ekspresi usil. “Ohh... yang waktu kamu ciuman itu, ya?”

Semua langsung berhenti.

“CIUMAN?!” mereka berseru bersamaan.

Elara memukul kepala Dorion. “Dorion kampret! Siapa yang nyuruh kamu ngomong?!”

“Eh, kan bener?”

“CIUMAN sama Arsen?! Di bibir?! Atau dimana ?" Lysandra hampir tercekik. “Kapan?! Gak mungkin!”

Elara memerah, buru-buru menjelaskan, “Itu gak sengaja! Aku jatuh, dia jatuh, ya udah jatuh bareng! Bukan salah aku!”

Mira menatap penasaran. “Berarti… yang pertama kali membangkitkan kekuatanmu itu Arsen, ya? Waktu kamu menyalakan aura ungu di akademi?”

Elara berpikir sejenak. “Bisa jadi. Tapi setelah itu aku gak bisa ngeluarin aura itu lagi. Baru bisa waktu latihan bareng kalian Arsen, Lysandra, sama Brian.”

Lysandra menatap ke arah api, nadanya datar tapi ada sedikit kekaguman.

“Arsen gak mudah ditaklukkan. Tapi mungkin… dia cuma membuka diri pada orang yang benar-benar bisa seimbangin kekuatannya.”

Mira mengangguk. “Itu masuk akal. Soalnya dari klan iblis, cuma Arsen dan Brian yang energinya paling matang.”

Elara langsung menatap sekeliling. “Kalau gitu... di mana dia sekarang?”

Tiba-tiba terdengar suara lembut tapi kuat dari belakang mereka.

“Elara.”

Semua menoleh. Di sana berdiri seorang perempuan dengan rambut perak panjang dan mata berwarna ungu lembut Lyviane, ibu Elara. Di sampingnya, sosok pria berambut hitam pekat dengan tanduk halus dan sorot mata tajam Kaen, ayah Elara.

“Iya, Ibu?” Elara langsung bangkit.

Lyviane berjalan mendekat sambil membawa seseorang yang tampak tak sadarkan diri di pelukannya.

“Ibu menemukan seorang pemuda tergeletak di pintu masuk tempat ini. Dia terluka parah...jadi Ibu bawa ke kalian, seperti dia sedikit familiar."

Mereka semua mendekat, dan saat wajah pemuda itu terlihat, semua terdiam.

“Arsen…” ucap mereka hampir bersamaan.

Lyviane menatap Elara. “Apa dia keturunan Kaelith dan Sherapina?”

Elara mengangguk cepat. “Iya, Bu. Dia itu… Arsen Noctyra.”

Kaen berlutut memeriksa luka Arsen, matanya berubah gelap sejenak sebelum kembali tenang.

“Dia selamat… tapi ada sesuatu yang mengikat energinya. Ini sihir leluhur yang tidak murni.”

Lyviane mengalihkan pandangan pada Brian, yang berdiri sedikit di belakang dengan wajah tegas.

“Dan kau… dari keluarga mana?”

“Arcturus,” jawabnya singkat.

Mata Lyviane sedikit melebar. “Arcturus… anak dari Eldran dan Mircea, ya?”

Brian mengangguk pelan. “Ya. Mereka orang tuaku.”

Lyviane bertukar pandang dengan Kaen dan mengangguk paham. “Aku mengerti. Kalian semua terjebak dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar takdir.”

Ia lalu berdiri, menatap ke arah Mira dan Lysandra. “Obati dulu Arsen. Setelah itu… Ibu akan mengirim kalian kembali ke Akademi Agatha.”

Elara menatap ibunya dengan wajah bingung. “Ibu, tapi...”

Lyviane menatapnya lembut, namun nadanya tegas.

“Tidak ada tapi, Elara. Dunia ini mulai retak. Dan hanya kalian berlima yang bisa menutup celah antara dua dunia itu, mungkin berenam sama Arsen karena dia mewarisi klan iblis juga."

Angin lembut berhembus di antara mereka, dan cahaya hangat melingkupi tubuh Arsen yang masih tak sadarkan diri awal dari sesuatu yang lebih besar telah dimulai.

**

Suara desir angin dan riuh gemericik air dari danau terdengar samar ketika Arsen perlahan membuka matanya. Cahaya lembut dari sihir penyembuhan Lyviane masih berpendar di sekelilingnya. Tubuhnya tampak lemah, namun sorot matanya segera menemukan satu sosok yang berdiri di sisinya, Elara.

“Elara…” suaranya serak, nyaris tak terdengar.

Elara terkejut, segera berlutut di sampingnya. “Arsen! Jangan banyak bicara dulu. Kamu baru sadar.”

Namun Arsen justru mengangkat tangannya pelan, jemarinya bergetar menyentuh lengan Elara, seolah memastikan kalau dia nyata. “Kau… di sini…”

“Ya, ini dunia leluhur. Kamu… jatuh di pintu masuk, ibu yang menemuk...

“Aku tahu.” potong Arsen lirih. “Aku mengikutimu.”

Semua yang ada di sekitar ,Brian, Mira, Dorion, dan Lysandra langsung menatap heran.

“Maksudmu apa?” tanya Brian curiga.

Arsen menatap mereka semua, lalu kembali ke arah Elara. “Waktu kalian menghilang di pusaran itu… aku ikut tertarik. Tapi berbeda dengan kalian. Aku tak jatuh ke dunia kalian aku masuk ke refleksi kalian, tapi akhirnya kalian juga ke dunia refleksi juga. Akhirnya aku mengikuti kalian."

Elara mengerutkan kening. “Dunia duplikat itu?”

Arsen mengangguk pelan. “Ya. Tapi itu bukan sekadar duplikat. Dunia itu seperti bayangan dari niat leluhur. Tempat di mana mereka menyalin semua yang ada di dunia asli… untuk mengamankan keseimbangan sihir tapi semuanya di gunakan dengan tidak sesuai."

“Bagaimana dengan selena ? Dan Apakah kamu tidak bisa keluar ?” tanya Mira pelan.

Arsen menatapnya sekilas. “Tidak. Aku bisa keluar. Tapi hanya karena ada sesuatu… atau seseorang… yang memanggilku keluar.”

Tatapannya beralih pada Elara.

Elara langsung menunduk, wajahnya memanas. “Aku gak manggil kamu…”

“Tapi kamu yang membangunkan pusaran itu. Energi ungu-mu aku mengenalinya. Itu bukan energi biasa, Elara. Itu… energi leluhur iblis murni.”

Suasana jadi tegang. Bahkan Lyviane dan Kaen, yang tadi hanya mengamati, mulai mendekat.

Lyviane memandang Elara penuh arti. “Sekarang kamu tahu, Nak. Darah yang mengalir di tubuhmu bukan darah biasa. Kau lahir dari dua garis leluhur iblis dan manusia karena itu hanya kamu yang bisa membuka gerbang antara dunia refleksi dan dunia nyata.”

Arsen bangkit perlahan, walau tubuhnya masih lemah. “Aku tahu sejak pertama kali bertemu dia. Aura-nya berbeda dari siapapun di Akademi Agatha. Aku mengikuti kalian ke dunia itu karena aku tahu… kalau sesuatu terjadi padanya, dunia kita juga akan hancur.”

Elara menatap Arsen lama, matanya sedikit bergetar. “Kenapa kamu peduli sejauh itu?”

Arsen menatap balik, sorot matanya lembut namun tajam. “Karena kamu bukan cuma bagian dari klan iblis, Elara. Kamu… kuncinya. Dan tanpa kamu, semua klan Luminara, Veyra, Noctyra akan lenyap bersama.”

Brian yang dari tadi diam akhirnya bersuara, dengan nada skeptis. “Jadi kamu tahu sejak awal? Tapi tetap diam dan biarkan semuanya kacau?”

Arsen menatapnya datar. “Aku tidak bisa bilang sebelum waktunya. Bahkan leluhurku melarangku membuka rahasia ini. Tapi mereka… mereka mulai bergerak sendiri.”

Dorion bersandar pada batu, menatap ke arah Arsen dengan ekspresi campuran kagum dan jengkel. “Berarti semua kekacauan ini bermula karena leluhur mencoba menyeimbangkan dua dunia, tapi justru menciptakan duplikat yang hampir menelan kita semua?”

“Ya,” jawab Arsen pelan. “Dan seseorang… memanfaatkannya.”

Elara berdiri perlahan, menatap danau yang tenang. “Kalau begitu… kita harus temukan siapa dalang di balik ini semua.”

Arsen menatapnya dari belakang, langkahnya mendekat. “Dan kali ini, aku gak akan biarkan kamu pergi sendirian lagi.”

Elara menoleh cepat, matanya membulat. “Siapa yang mau kamu temani, hah?”

Arsen hanya tersenyum tipis senyum yang jarang muncul. “Kamu. Mau kamu akui atau tidak, aku sudah terikat padamu bahkan sejak pertama bertemu."

Semua langsung diam.

Dorion hampir tersedak, Mira menahan tawa, Lysandra pura-pura sibuk dengan api, dan Brian hanya menghela napas berat sambil menatap langit.

Elara menunduk cepat, pipinya memerah. “Dasar iblis dingin sok tahu…”

Arsen hanya menatapnya tenang, tapi sorot matanya menunjukkan sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya lembut, dalam, dan berbahaya sekaligus.

1
Flynn
Ngakak!
Melanie
Romantis banget!
Android 17
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!