Terjebak dalam sebuah pernikahan yang tidak pernah dia impikan membuat kehidupan Anik Saraswati menjadi rumit.
Pernikahannya dengan seorang dokter tampan yang bernama Langit Biru Prabaswara adalah sebuah keterpaksaan.
Anik yang terpaksa menjadi mempelai wanita dan Dokter Langit pun tak ada pilihan lain, kecuali menerima pengasuh putrinya untuk menjadi mempelai wanita untuknya membuat pernikahan sebuah masalah.
Pernikahan yang terpaksa mereka jalani membuat keduanya tersiksa. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka.
Jika ingin membaca latar belakang tokoh bisa mampir di Hasrat Cinta Alexander. Novel ini adalah sekuel dari Hasrat Cinta Alexander
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Cerai
Biru tersenyum tipis saat duduk di dalam taxi. Selama perjalanan pikirannya justru terbayang sosok yang baru saja dia temui. Entah kegilaan seperti apa yang membuat jiwanya berada diluar batas. Ini tidak benar, tapi hatinya tidak bisa di kontrol oleh nurani.
Mobil berhenti di depan gedung apartemen. Kali ini, dia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dan memilih menginap di gedung yang sudah dia sewa setengah tahun lalu.
###
Langit sudah beberapa kali menguntit ke sekolah Ana. Tujuannya agar dia bisa bertemu Anik. Terakhir kalinya, dia juga meminta guru Ana menghubungi dirinya jika mantan istrinya datang mengunjungi Ana.
Tapi semua nihil, wanita yang dicarinya sudah dua minggu tidak mengunjungi putrinya. Bahkan beberapa hari terakhir ini, Ana juga nampak murung.
Tiba-tiba kalian Dyta yang kemarin terngiang kembali di telinganya, " Nggak mungkin, dia melupakan Ana begitu saja!" elaknya dalam hati. Entah kenapa hatinya tidak bisa menerima jika mantan istrinya menghilang dari kehidupannya dan Ana.
"Tok...tok....ceklek." Seorang perawat nampak membuka pintu dengan membawa sebuah map yang kemudian diserahkan padanya.
"Sepuluh menit lagi ada jadwal operasi, Dok!" ucap perawat yang menjadi asistennya itu.
" Baiklah, aku akan bersiap." ucap Langit singkat dan tegas.
Langit memang terlihat sangat dingin dan sedikit bicara. Dia juga tidak suka berbasa basi hingga tak ada celah bagi seseorang untuk bisa mendekatinya meskipun orang itu punya kekaguman yang besar.
Mereka pun keluar dengan langkah beriringan menuju ruang operasi. Hanya beberapa kalimat tentang pasien yang akan dia tangani yang mengiri langkah keduanya.
Melihat Langit dan perawat berjalan beriringan menuju arah ruangan operasi, Nikita bisa menebak jika Langit sedang ada jadwal operasi.
Dia yang sudah berada di depan ruangan Langit pun berniat untuk pergi, tapi gerakan kakinya berhenti dan menatap sejenak ruangan Langit.
Meskipun hatinya meragu, tapi wanita yang sudah dibuat penasaran oleh kesibukan kekasihnya akhir-akhir ini pun memutuskan untuk memasuki ruangan itu.
"Ceklek..." Nikita membuka pintu, kemudian masuk dan kembali menutup kembali pintu ruangan.
Sepi, rapi, dan tidak ada yang menarik perhatiannya. Tapi aroma tubuh langit yang masih tertinggal membuat wanita itu tersenyum sendiri. Entah apa yang membuatnya begitu kecintaan dengan pria itu? Pikirannya pun kembali berbunga-bunga saat mengingat kekasihnya yang tampan itu.
Suara panggilan dari ponsel terdengar. Niki pun segera mencari keberadaan ponsel milik Langit di lemari pribadi pria itu.
Sebuah panggilan dari 'Guru Ana' membuat wanita tak berniat untuk mengangkatnya. Di tunggu sejenak panggilan dari Guru Ana.
Jika gurunya Ana menelpon kembali dia akan mengangkatnya karena pasti ada hal penting. Tapi ternyata tak ada panggilan kedua. Di letakkan kembali benda pipih itu.
'Assalamualaikum Pak Langit. Hari ini Mbak Anik datang mengunjungi Ana. Hari ini anak-anak akan dipulangkan pukul sepuluh.'
SMS dari gurunya Ana membuat Niki mengernyitkan dahi. Hatinya bergemuruh penuh emosi, tepatnya rasa cemburu. Dia tidak menyangka jika selama ini kesibukan Langit adalah mencari mantan istrinya.
Diletakkan kembali ponsel milik Langit. Gegas dia pun melangkah keluar menuju mobil yang terparkir di halaman rumah sakit.
Kebetulan sekali, selama ini dia memang juga mencari keberadaan Anik. Niki memang sudah ingin memastikan jika Anik tidak lagi ada dalam kehidupan Langit meskipun hanya sebagai pengasuh Ana.
Sedan mewah yang dikendarai Niki pun meluncur keluar area rumah sakit, saat ini tujuan gadis itu hanya agar cepat sampai sekolah Ana yang jaraknya memang tidak terlalu jauh.
Niki menghentikan mobilnya di depan halaman sekolah Ana. Dia pun membuka laci dashboard dan mengeluarkan sebuah amplop coklat yang sudah dia siapkan sejak lama.
Dia sangat yakin surat itu ampuh untuk mengusir seorang Anik dari kehidupan Langit untuk selamanya. Senyumnya miring, dia merasa sudah memenangkan semuanya.
" Dia hanya wanita bodoh yang mencoba peruntungan hidupnya." gumam Nikita dengan sinis sebelum keluar dari mobil.
Langkah tegap wanita anggun dan elegan itu tertuju pada ruang guru. Tapi belum sampai ruangan yang dia tuju, seorang ibu guru menghentikannya.
" Assalamualaikum, apa ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya salah satu guru yang akan masuk ke dalam ruangan.
" Waalaikum salam, saya ingin bertemu Ana, bisa?" sambut Nikita dengan santai.
" Ana masih dengan mamanya di taman bermain. Jika anda berkenan, mari saya antar." ucap Bu Halimah.
"Tidak usah, saya akan menemui Ana sendiri. Kalau boleh tahu dimana taman bermainnya?"
tolak Niki, dia akan lebih santai mendatangi Anik sendirian.
"Di sana , Mbak!" jawab Bu Halimah dengan menunjukkan area bermain. Di sana memang terlihat seorang wanita bersama anak kecil duduk berdua.
"Terima kasih. Saya akan ke sana!" jawab Niki yang kemudian melangkah meninggalkan Bu Halimah.
Wanita yang tengah berjalan dengan anggunnya pun tidak sabar mendekati dua sosok yang kini sudah semakin dekat dengannya.
"Wah, kelihatannya asyik sekali!" kalimat Niki membuat Anik dan Ana menoleh.
Seketika dua orang yang berbeda usia itu pun terkejut saat melihat siapa sosok yang kini berdiri diantar mereka.
"Tante Niki..." gumam Ana dengan suara kecilnya.
" Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Niki pada Anik tanpa menghiraukan tatapan Ana.
"Aku rasa tidak ada yang harus saya bicarakan dengan anda!" jawab Anik yang sebenarnya sangat malas jika harus berbicara dengan wanita di depannya.
"Aku rasa apa yang aku bicarakan sangat penting untuk kehidupan kita kedepannya." lanjut Niki yang pada akhirnya membuat Anik meminta Ana untuk kembali ke kelasnya.
Kedua wanita itu menatap kepergian Ana dengan tatapan yang berbeda. Meskipun begitu akhirnya Nikita duduk di sebelah Anik.
"Aku sangat berharap kamu tahu diri. Dengan sering mengunjungi Ana dan mendekati Ana, bukan berarti kamu bisa kembali pada Langit." ucap Nikita membuat Anik terdiam.
"Pergilah sejauh mungkin dari Ana atau jika perlu menghilanglah dari dunia ini. Karena kehadiranmu hanya akan merusak suasana dalam kehidupan Langit dan keluarganya." lanjut Nikita. Kalimatnya memang mampu melukai hati Anik, meskipun itu tidak terlihat.
" Ini surat perceraian kalian! Jadi itu artinya kamu sudah tidak ada hubungan apapun lagi dengan Langit."
" Dan untuk Ana, posisimu kamu hanya mantan pengasuh." Nikita menyerahkan amplop coklat yang dia bawa sejak tadi.
Seketika Anik menatap wanita disebelahnya dengan tatapan yang entah. Masih saja dia tersentak kaget saat dirinya mengetahui jika surat perceraiannya sudah jadi. Itu artinya dia memang bukan siapa-siapa.
"Aku tidak punya banyak waktu. Jadi simpan ini baik-baik sebagai kenangan!" ucap Nikita dengan meletakkan amplop coklat itu di pangkuan Anik.
"Oh ya,..." akhirnya suara Anik menghentikan gerakan Nikita.
"Semoga kamu mempunyai kesempatan mendapatkan cinta Mas Langit!" lanjut Anik. Wanita itu menoleh dan menatap geram Anik yang masih duduk tenang. Dia tidak menyangka wanita yang dianggap bodoh itu berani melawannya.
"Dasar babu!" umpat Niki kemudian sesegera mungkin meninggalkan Anik yang masih mematung menatap kepergiannya.
Anik mengelus perutnya yang belum terlihat. Meskipun semuanya memutuskan hubungan antar dirinya dan Langit. Tapi, tidak ada seorang pun yang bisa memisahkan hubungan darah antar anak yang dia kandung dengan seorang Langit Biru Prabaswara.
Meskipun begitu dia tidak akan menceritakan atau pun meminta pertanggung jawaban kepada Langit. Semua itu dia lakukan karena dia yakin pria itu juga tidak akan menerima anak yang sedang dia kandung.
" Mama akan membuatmu bahagia hingga kamu tidak butuh lagi ayahnya." gumam Anik dengan matanya yang berkaca-kaca. Matanya sempat memanas tapi dia tidak akan lagi menangisi hubungannya dengan Langit.