Memiliki mimpi hidup membina rumah tangga dengan kasih sayang yang tulus nyatanya mimpi itu hanya tingal kenangan. Dijual sahabat terbaiknya sendiri menjadikan awal derita baru bagi kehidupan Wanita bernama Tyara Alkyara Putri, dibenci, dimusuhi. Bahkan dijauhkan dari orang-orang yang dulu menyayanginya. Bahkan status orang tua yang juga tidak memperdulikan akan nasib dan deritanya. Akankah Wanita berumur 20 tahun memiliki sebutan Ara akan mampu bertahan dengan membawa status dirinya yang sudah tidak perawan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 [ Tyara dijodohkan Dengan Brian ]
Tak ingin ingkar janji dan mempermalukan Kyara, Nenek memenuhi janjinya dengan mendatangkan anak dari temannya.
Keduanya sudah saling berhadapan, wajah tampannya tak kalah seperti yang dimiliki Arvan, cucu dari Nenek, namun bagaikan magnet yang tak menyatu sikapnya itulah yang sungguh berbeda.
"Nak duduklah."
Nenek memerintahkan, lelaki yang akan dijodohkan seperti tertarik pada Kyara, terlihat sedari tadi pandangannya tak juga teralihkan memandang terus-menerus kearah Kyara.
"Ini Nak wanita yang beberapa hari ini Nenek ceritakan sama kamu, nenek tidak memaksa karena disini Nenek hanya sebatas tali menyambung silaturahmi kalian, ya sudah kalian bicaralah Nenek mau kedalam dulu."
Dipersilahkan keduanya untuk berbicara empat mata sebagai pengenalan.
"Kamu yang bernama Kyara?"
Lelaki memiliki nama Brian Syahputra itu bersuara, dengan manisnya Kyara memberikan anggukan atas jawaban pertanyaan Brian.
"Iya Mas saya Kyara, Mas yang bernama Brian Syahputra kan?"
"Iya itu namaku, benar kata Nenek kamu memang wanita yang baik. Bahkan dari cara bicara sudah kelihatan kamu Wanita yang baik,"puji Brian tak henti-hentinya ia tersenyum.
"Terima kasih sudah mau memujiku, mas."
"Bisa minta nomor WhatsApp? Kamu janganlah takut aku memang berniat akan ta'aruf, tapi sebagai pengenalan mungkin dengan memiliki nomor masing-masing kita bisa membagi masalah kita,"ujar Brian.
"Baiklah, Mas bisa memintanya pada Nenek dan aku sendiri mengijinkan."
"Baiklah, terima kasih."
"Gimana sudah saling ngobrol?"
Kecanggungan Kyara kini mereda setelah Nenek datang.
"Saya tidak kecewa dengan Kyara, Nek, benar kata Nenek dia wanita yang baik dan aku bersedia menikahinya."
"Kamu serius? Ini Nenek tidak memaksa ya?"
"Brian serius Nek, jika dimasa sulit dialami Kyara nanti aku berjanji akan selalu ada untuknya entah dalam suka mau pun duka, Brian janji!"
"Baiklah Nenek pegang omongan kamu, Nenek juga tidak memaksa kalian, tapi jika sekiranya sudah saling setuju Nenek sangat senang."
Kyara nampak malu, begitu juga dengan Brian lelaki itu sendiri terlihat malu, namun tak bisa dibohongi pandangan dan lirikannya serasa tak ingin menghindari setiap kali diberi kesempatan memandang Kyara.
"Apa ini akan menjadi awal kebahagiaanku? Aku benar-benar bersyukur dipertemuan dengan keluarga ini aku merasa apa itu arti kehidupan? Aku bersyukur didalam keluarga ini mereka menyayangiku bahkan menganggap aku lebih dari keluarga, terima kasih Tuhan ...terima kasih,"batin Kyara.
Tak disangka air mata Kyara kembali mengalir, air mata ini bukanlah air mata kesedihan, tapi sebaliknya air mata yang barusan ia keluarkan sebuah air mata kebahagiaan yang tidak pernah Kyara sangka-sangka ia masih memilikinya.
"Sayang ...ada apa?"
Nenek terlihat khawatir setelah lihat Kyara menangis.
"Sayang ... kami tidak memaksa kamu untuk menerimanya, jika sekiranya kamu merasa terbebani kami bisa batalkan perjodohan ini, kamu janganlah menangis."
Nenek mengusap air mata Kyara, ia tak banyak berkata kecuali hanya beberapa kata itu.
"Bolehkah Kyara memeluk Nenek?" Nenek memberikan anggukannya. Kyara pun merangkul nenek.
"Katakan pada Nenek ada apa? Apa sesuatu telah terjadi sama kamu?"
"Tidak! Kyara baik-baik saja,"balas Kyara yang menyangkal.
"Hanya saja Tyara merasakan kerinduan amat besar terhadap Orang tua Tyara, biarpun Tyara masih memiliki keduanya, tapi mana mungkin mereka masih mau mengakui ku?"batin Tyara menahan sedihnya.
"Nenek bersedia kan memberikan sandaran itu untukku?"titah Kyara, Nenek hanya memberikan anggukan.
"Nak? Kamu sudah nenek anggap sudah seperti keluarga nenek sendiri sini peluk nenek."
"Terima kasih Nek, Kyara sangat sayang sama Nenek terima kasih selama disini Nenek sudah mau menemani dan memberikan semangat dan dukungan pada Kyara, terima kasih."
Tyara memeluk wanita tua itu dengan sangat eratnya, ketika keduanya saling membalas pelukan tangisan Kyara seketika menjadi.
Buliran bening itu mengalir dengan derasnya tanpa mampu untuk bisa terbendung.
Nenek sengaja tak menanyakan ataupun mengakhiri ia tau kesakitan dan derita yang dialami gadis ini sudah tidak mampu untuk ia pertahankan lagi.
Disaat gadis seusianya masih biasa berada dalam rangkulan dan dukungan orang tua sebaliknya gadis itu tak memiliki itu semua.
Mungkin jika dikatakan jiwa gadis itu sudah tak terwujud, tapi tidak dengan raganya yang mencari kebebasan akan derita yang telah dialaminya. Dari kejauhan Arvan melihat dan ikut meratapi nasib yang dialami Kyara.
"Aku tidak tau siapa sebenarnya wanita itu? Dia memang memiliki niat jahat, atau baik, tapi jika disuruh jujur dari hati yang dalam kenapa aku merasa tak tega melihatnya menitihkan air mata biarpun itu hanya setetes, jujur pula kenapa disaat Alexa menangis hatiku tidak merasakan sesakit ini?"batin Arvan yang tak memahami apa maksud keanehan dari dalam hatinya.
"Ar?"ucap Brian, lelaki itu menggenggam erat tangan Kyara.
"Aku tidak tau kesedihan apa yang kamu alami, tapi aku janji selama ada aku, selama aku di sisimu kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang semestinya kamu dapatkan, aku janji!"
Kata-kata manis yang diucapkan Brian, mendengarnya Kyara mampu tersenyum, tapi tidak tau apa itu kata-kata yang sungguh murni tulus ataukah hanya sekedar jeratan untuk menjerat mangsanya agar luluh.
"Brian?"
Sontak pandangan semua orang tertuju pada arah suara tersebut, tak hanya mereka, tapi Brian sendiri nampak terkejut tak mampu menghindari mimik wajahnya telah berubah.
"Lex? Kamu kenal dengannya?" Arvan bertanya.
"Jadi Brian seseorang yang akan dijodohkan dengan Kyara?"batin Alexa tak percaya.
"Iya! Kita sudah saling ketemu, Brian ini teman semasa aku SMA, ia pindah keluar kota dan komunikasi kita terputus, sekarang aku sangat tidak percaya kali ini kita kembali dipertemukan,"ujar Alexa mencoba mengelak, mencari alasan agar tak ada yang curiga jika Brian dan Alexa memiliki hubungan terlarang.
"Iya! Yang dikatakan Alexa memang benar, kita teman sesama SMA, aku pindah karena orang tuaku juga pindah, sedangkan komunikasi kita terputus karena waktu itu aku memang ingin fokus pada masa depan, maaf jika aku tidak mengabari kamu,"ujar Brian yang juga mencoba membuat mereka percaya.
"Ini sungguh diluar dugaan, Nenek tidak tau kalau kalian ternyata saling kenal."
"Iya Nek, Brian sendiri tak percaya pertemuan kali ini Brian dipertemukan kembali dengan sahabat Brian, baiklah tapi ada satu hal yang mau Brian omongin?"
"Apa itu Nak?"
"Bolehkah Brian ajak Kyara jalan-jalan? Brian janji akan menjaganya dan tidak akan pernah berbuat macam-macam,"ijin Brian dan diberikan restu oleh Nenek.
"Nenek mengijinkan, kalian pergilah, tapi ingat jangan pulang malam-malam."
"Baik Nek."
Kyara tak memberikan penolakan, ia lalu ijin masuk untuk menganti pakaian.
"Baru juga diumumkan, apa semudah itu wanita itu mengiyakan mau diajak pergi?"gumam Arvan dalam hatinya yang terlihat kesal.
"Baiklah kalian lanjutkan obrolan, aku ada tugas dadakan di Kantor."
Seusai pamit, Arvan melangkah pergi meninggalkan ruangan ini.
"Apa maksud Brian mengiyakan perjodohan ini? Dia sungguh-sungguh menerima Kyara karena memang cinta, ataukah ia sebenarnya sengaja mendekati Kyara karena tak ingin jauh-jauh dariku?"batin Alexa berfikir keras, sesekali ia pula tersenyum akankah dugaannya ada benarnya.
........... Bersambung .............