Apa jadinya jika kakak beradik saling jatuh cinta. Seluruh dunia bahkan menentang hubungan mereka.
Dan tanpa mereka sadari, mereka telah melakukan sumpah untuk sehidup semati bersama.
Hingga sebuah kecelakaan mengakhiri salah satu hidup dari mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Apakah mereka memang ditakdirkan untuk hidup bersama?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Hamil
Amel berusaha mengejar mobil putih yang membawa wanita pencuri tasnya. Di dalam tas itu ada satu set perhiasan yang terdiri dari kalung, anting dan cincin berlian. Amel ingin sekali memilikinya karena itulah Amel membeli dengan pembayaran kredit.
Mobil putih itu seolah sengaja melambat biar Amel bisa mengejar. Amel membelokkan mobilnya masuk ke dalam sebuah kantor. Wanita itu masuk ke dalam. Amel menyusul masuk ke dalam.
Wanita itu menunggu Amel dan membukakan pintu untuknya.
"Kembalikan tasku!" teriak Amel.
"Tas Anda ada di dalam silakan masuk," Wanita itu mempersilakan Amel masuk. Amel disambut seorang pria di dalam ruangan itu. Amel duduk di kursi tamu. Pria itu memperkenalkan diri. Dia adalah Rafa, pemilik toko perhiasan terkenal di toko itu.
"Permisi, saya mau mengambil tas saya," ucap Amel.
Rafa mengembalikan tas Amel. Amel memeriksa isi tasnya. Dan perhiasannya hilang tidak ada di dalam tas.
"Apa ini yang Bu Amel cari?" Rafa mengeluarkan kotak perhiasan yang diambilnya dari tas Amel dan menaruhnya di atas meja.
Amel diam dan memandangi kotak perhiasan itu. Rafa tersenyum. Rafa meminta Amel untuk membayar sisa kreditnya. Amel dengan sangat terpaksa membatalkan pembelian satu set perhiasan itu. Amel meminta pengembalian dana.
Rafa bertanya apakah Amel sangat menyukai perhiasan itu. Rafa akan memberikan perhiasan itu jika Amel mau bekerja sama dengannya. Sisa pembayaran Amel akan dianggap lunas oleh Rafa.
"Kerja sama dalam bentuk apa?" Amel penasaran.
"Apa kamu mengenal Hakim Amin?" Rafa tersenyum duduk sambil menyilangkan kakinya.
"Hakim Amin?" Amel menyipitkan matanya.
"Apa Bu Amel masih ingat orang yang ada di dalam foto ini?" Rafa mengangkat foto Amel sebelum oplas.
"Apa Pak Rafa menyelidiki saya?" Amel sedikit panik.
"Saya juga tau, penyebab meninggalnya istri dari Dokter Afran. Dia meninggal karena diracuni. Dan pelakunya adalah Bu Amel," Rafa tertawa mengintimidasi Amel.
"Apa yang Pak Rafa ingin saya lakukan?" Amel menghela napas.
"Saya beri waktu dalam satu bulan, hancurkan kehidupan Hakim. Bagaimanapun caranya terserah Bu Amel. Saya ingin kehidupan Hakim hancur sehancur-hancurnya. Bisa?"
"Apa yang saya dapatkan?"
"Bu Amel akan mendapatkan perhiasan ini. Dan bukti Bu Amel meracuni istri Dokter Afran akan saya hancurkan. Bagaimana?" Rafa mengulurkan tangannya.
Amel tanpa pikir panjang langsung membalas uluran tangan Rafa. Amel memasukkan kotak perhiasan itu ke dalam tasnya. Amel meninggalkan kantor Rafa dengan sebuah senyuman.
"Mana ada di dunia ini yang gratis. Ternyata Hakim juga punya musuh. Tenang saja Pak Rafa. Kita akan hancurkan Hakim," Amel melarikan mobilnya dengan senyuman kebahagiaan.
🌑 Satu bulan kemudian.
Nabila sudah menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswi. Ammar setiap hari antar jemput Nabila ke kampus. Kebetulan Ammar satu kampus dengan Nabila.
Surya cemburu melihat Nabila dan Ammar yang semakin akrab. Surya menyebar rumor tentang dirinya dan Nabila yang bertunangan. Ammar jadi bahan gosip sekampus. Ammar dituduh sebagai orang ketiga dari hubungan Nabila dan Surya.
Surya sangat mengharapkan dengan berhembusnya gosip tersebut membuat hubungan Nabila dan Ammar renggang. Tapi semua itu tidak sesuai harapan Surya. Ammar tidak peduli, Ammar tetap berada di samping Nabila.
Surya menghentikan langkah Nabila dan Ammar ketika mereka ingin meninggalkan kampus. Surya mengajak mereka ke tempat sepi. Surya ingin memberitahu Ammar peristiwa penting yang akan membuat Ammar syok.
Ammar dan Nabila mengikuti Surya. Mereka akhirnya duduk di kursi panjang yang letaknya di samping perpustakaan kampus. Kebetulan di sana terlihat sepi.
"Kak Surya, maaf sebelumnya. Aku sudah pernah menanyakan kepada Mama dan Papa perihal pertunangan kita. Mereka bilang pertunangan kita batal karena aku menolaknya."
"Benarkah?" Ammar memandangi Nabila.
"Begitu yang mereka bilang," jawab Nabila.
"Ammar lu harus tau penyebab Nabila menolak pertunangan itu," kata Surya.
"Gak perlu. Itu hak Nabila untuk menolak," sahut Ammar.
"Sehari sebelum kecelakaan Nabil dan Nabila, keluarga gue datang melamar Nabila. Tapi saat itu Nabila kabur dari rumah."
"Surya, maaf gue gak mau dengar. Itu privasi Nabila," Ammar bangkit dari duduknya.
"Dan keesokan harinya gue dan Bulan tanpa sengaja melihat Oma Laila dan Opa Hadi keluar dari rumah mereka dengan tergesa-gesa. Kami mengikuti mereka sampai ke sebuah hotel."
Ammar menarik tangan Nabila untuk meninggalkan Surya. Ammar sangat yakin Surya ingin membuat Nabila dan dirinya renggang dengan mengarang suatu cerita.
"Surya, maaf, gue gak mau dengar," Ammar sedikit menjauh.
"Ammar, lu harus denger! Saat itu Opa Hadi dan Oma Laila memergoki Nabil dan Nabila dalam kamar hotel. Mereka melakukan hubungan suami istri! Oma Laila marah dan memerintahkan para pengawal untuk menangkap Nabil dan mengirimnya ke luar negeri. Karena itu lah mereka kabur dan mengalami kecelakaan!" Surya cerita dengan berapi-api.
"Apa!" Nabila dan Ammar saling berpandangan.
"Apa yang Kak Surya katakan?" Nabila berbalik berdiri di depan Surya.
"Kamu dan Nabil melakukan hubungan terlarang!"
"Aku dan Kak Nabil ...." Nabila memegangi kepalanya.
"Ammar, tinggalin Nabila. Apa kamu mau bertanggung jawab seandainya Nabila hamil anaknya Nabil?"
Ammar tersulut emosi. Ammar mencengkram kerah baju Surya.
"Apa maksud lu ceritain semua ini? Apa lu sakit hati? Apa sih mau lu!"
"Gue sudah ditolak Nabila sekali. Gue gak mau lu dapatin Nabila."
"Sekarang gue tanya sama lu. Seandainya Nabila hamil anak Nabil, apa lu mau tanggung jawab!" Ammar menguatkan cengkeraman tangannya.
"Gue gak sudi!" teriak Surya.
PLAK!
BUGH!
Ammar memukul wajah dan meninju rahang Surya. Ammar juga menendang perut Surya. Tubuh Surya terbentur tembok perpustakaan. Perpustakaan yang dikira sepi, kini terlihat ramai. Para mahasiswa mahasiswi memenuhi jendela kaca perpustakaan. Mereka menyaksikan perkelahian Surya dan Ammar.
Nabila masih memegangi kepalanya yang sakit. Tiba-tiba saja Nabila merasakan mual di perutnya. Nabila tidak dapat menahan dan muntah di sela rerumputan.
Ammar yang masih bergelut kekuatan dengan Surya, melepaskan Surya dan menghampiri Nabila. Ammar mengusap lembut punggung Nabila.
"Udah gue bilang, Nabila pasti hamil. Tinggalin dia!" Surya mengelap sudut bibirnya yang berdarah.
Ammar berniat hendak memukul kembali Surya, tapi Nabila menahan lengannya. Nabila menggelengkan kepala. Ammar membantu Nabila berdiri.
"Surya, urusan kita belum selesai. Ingat lu!" Ammar membantu Nabila berjalan.
"Ammar, tolong," pandangan mata Nabila gelap. Nabila pingsan.
Ammar segera mengangkat Nabila meninggalkan Surya yang tergeletak di samping perpustakaan.
Ammar dengan penuh hati-hati merebahkan Nabila ke dalam mobil. Ammar segera membawa mobilnya ke rumah sakit terdekat. Di dalam hati Ammar memanggil Nabil.
Nabil, jelasin ke gue! Apa ini yang lu maksud dengan dosa besar? Apa lu dan Nabila melakukan hubungan terlarang? Nabil jawab! Ammar berteriak dalam hati.
Samar-samar Ammar melihat Nabil yang duduk di kursi depan mobilnya. Ammar melirik ke arah Nabil tapi tidak begitu jelas. Ammar fokus dengan setirnya.
Mobil Ammar masuk ke halaman rumah sakit. Ammar mengeluarkan Nabila dari mobil dan menuju ruang UGD. Ammar memanggil omnya yang kebetulan ada di ruangan UGD.
Setelah beberapa menit kemudian, Dokter Badi memanggil Ammar mereka bicara di luar ruangan UGD.
"Apa Nabila sudah menikah?" tanya Dokter Badi.
"Belum, ada apa Om?" Ammar mulai cemas.
"Nabila saat ini sedang mengandung."
"APAAAAA!" tubuh Ammar merosot ke lantai rumah sakit.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...