Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIGA PULUH EMPAT
Sesampainya di kantin, ia mendapat tatapan dari beberapa karyawan yang kebetulan juga tengah makan siang
"ARUNA!" suara teriakan khas dari sahabatnya membuat Aruna menoleh
"Anna!" Aruna menghampirinya saat sahabatnya itu melambaikan tangan
"Kamu apa kabar Run? Astaga lama banget nggak ketemu, aku kangen banget loh sama kamu!" Anna dengan dramatis memeluk sahabatnya itu
"Aku juga kangen sama kamu Ann!" Keduanya saling berpelukan setelah itu Aruna ikut duduk disana setelah sebelumnya memesan makanan
"Kok kamu kesini sih? Nggak mungkin kan kalau kamu kerja Run! Masa istri seorang CEO kerja" ucap sahabatnya itu entah memuji atau tengah meledek
"Apaan sih Ann" ujar wanita itu malu-malu
"Boleh gabung?" Suara seorang pria menghentikan obrolan dua sahabat itu
"Juan?" Ucap Anna lalu ia lirik Aruna mencoba bertanya melalui isyarat
"Boleh dong Juan, ayo duduk!" Ucap Aruna menepuk satu kursi disisi sebelah kirinya
"Makasih nyonya Biru Hartawan" Juan pun ikut meledek
"Wahh.. ada si istri bos nih!" Saat ketiganya tengah asyik mengobrol tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan Indri, seorang wanita yang begitu menyebalkan
"Ngapain lo kesini? Kalau cuma mau ngerecokin mending pergi dek!" Sarkas Anna, wanita itu sudah mulai kesal jika berada didekat Indri
"Gue nggak ada urusan ama Lo! Jadi mending diem aja!" Ujar Indri pada Anna
"Udah Ann, aku nggak pa-pa kok"
"Gimana rasanya jadi istri CEO enak?" Tanya Indri dengan nada ejekan
"Ya enaklah, hidup serba ada tanpa harus kerja keras. Modal Ng*ngkang doang!" Sambar salah seorang sahabat Indri lalu disambut gelak tawa dari mereka sementara beberapa orang disana memilih diam tak ingin ikut campur
"JANGAN SEMBARANGAN YAA KALIAN!" Aruna kehabisan kesabaran, berdiri lalu menatap tajam kearah tiga wanita yang tadi menghampiri meja mereka
"Kenapa? Marah? Bener kan, lagian emang dari awal cuma itu kerjaan lo di ruangannya pak Biru!" Sambar Indri
"Heran aja kenapa pak Biru mau nikahin Lo, atau jangan-jangan Lo pake pelet ya?" Sambungnya lagi membuat Aruna kehabisan kesabaran hingga melayangkan satu tamparan di pipi wanita yang banyak bicara itu
"BERANI LO NAMPAR GUE CEWEK M*RAHAN!" Indri yang tak terima menyerang Aruna, Anna yang hendak maju tiba-tiba tangannya ditahan oleh dua sahabat Indri
Terjadi perkelahian ala wanita disana, Juan yang berada disana mulai melerai. Hanya sebisanya karena tak mungkin juga ia berbuat kasar bagaimanapun Indri seorang perempuan
"Berhenti Indri!" Sentak Juan lalu ia tarik lengan wanita itu, rambutnya sudah mulai berantakan hasil jambakkan dari Aruna
"Jangan ikut campur Lo Juan!"
"Dia istrinya pak Biru!" Ujar Juan mengingatkan
"Gue nggak peduli!" Indri masih ingin menyerang namun tenaga Juan yang menggenggam lengannya jauh lebih besar
"Ada apa Ndri?" Tanya seorang pria menghampiri Indri
"Ini sayang si cewek belagu!" Indri menunjuk dengan bibirnya yang maju kearah Aruna sementara tangannya masih ditahan oleh Juan
"Waah! Kejutan. Hai Aruna lama nggak ketemu gimana kabar kamu setelah jadi istrinya CEO perusahaan besar, hah?" Pria itu mendekati Aruna dengan senyum smirknya
"Ternyata ini alasan kamu waktu itu menolak aku, selera kamu ternyata sekelas CEO perusahaan!" Pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya
"Terserah kamu mau berpikir apa, aku nggak peduli!" Ucap Aruna lalu mundur karena pria tersebut terus melangkah maju
Pria yang merupakan kekasih Indri itu semakin dekat lalu mengelus lengan Aruna dari balik kemeja soft pink yang ia gunakan
Plak
"JANGAN KURANG AJAR KAMU ANTON!" Aruna yang merasa dilecehkan lalu menampar pria itu
"Berani kamu!" Pria bernama Anton itu lalu melayangkan tangannya menampar pipi mulus Aruna dengan punggung tangan hingga membuat wanita itu tersungkur bahkan sudut bibirnya pecah dan mengeluarkan cairan merah segar
"Anj*Ng Lo Anton!" Berang Juan, ia melepas genggamannya pada Indri hendak mendekati Aruna namun berhasil dicegah oleh tiga sahabat Anton
Pria itu berjongkok dihadapannya lalu mencengkram dagu wanita itu dengan telapak tangannya membuat Aruna meringis
"Berapa tarif kamu semalam hah? Aku tau uangku nggak sebanyak pak Biru, tapi aku bisa kok kalau hanya bayar buat semalam!" Ucapan merendahkan itu disambut gelak tawa beberapa orang disana, sementara yang lainnya memilih hanya menjadi penonton
"DIEM LO B*NGSAT!" teriak Anna yang masih dicekal dua sahabat Indri, sementara Indri hanya tertawa saja mendengar kekasihnya itu melecehkan Aruna
"Gimana? Kamu mau?" Anton melepas cengkraman pada kedua pipi Aruna lalu membelai lembut pipi mulusnya
"Jangan sentuh aku!" Aruna hendak mendorong tubuh pria dihadapannya namun tangannya ditahan oleh Anton, lalu pria itu berusaha mendekatkan wajahnya pada wajah Aruna, cairan bening sudah membasahi pipi wanita itu
Sementara itu di ruangannya Biru yang masih sibuk dengan beberapa berkas laporan tiba-tiba mendapat panggilan telepon
"Ada apa?" Tanya Biru singkat sambil tetap melanjutkan pekerjaannya
"Ada perkelahian di kantin pak!" Sahut seseorang dari seberang telepon
"Ngapain kamu ngabarin saya! Emang kalian nggak bisa urusin!" Biru yang sedang banyak pekerjaan tentu saja tidak ingin diganggu hanya karena perkelahian antar karyawan. Lagipula sejak kapan seorang CEO mengurusi hal seperti ini
"Tapi ini melibatkan ibu Aruna pak!" Ucapan seorang pria dari seberang sana membuat Biru menghentikan pekerjaannya lalu dengan cepat melangkah menuju area kantin
Amarahnya memuncak, tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras. Bagaimana tidak ia melihat bagaimana seorang pria hendak melakukan p*lecehan pada sang istri
"B*jingan!" Biru menarik kerah baju pria yang tadi hendak mendekati Aruna hingga pria itu berdiri
Anton menelan ludahnya dengan susah payah, aura mencekam terpancar dari raut wajah petinggi perusahaan itu
"Pa-pak Biru!" Nafasnya tersengal namun seketika tubuhnya terhuyung ke belakang saat satu bogem mentah mendarat di wajahnya
"BERANI SEKALI KAMU MENYENTUH ISTRI SAYA!" suara teriakan Biru menggema membuat siapa saja pasti ketakutan
"S-saya tidak sengaja pak, s-saya min-minta maaf!" Suaranya yang tersendat tak lantas membuat Biru berhenti
Biru duduk diatas perut Anton dan menghajarnya hingga babak belur, tak peduli jika nanti pria itu m*ti
"Cukup pak! Dia bisa mati!" Suara lemah Aruna menghentikan Biru, pria itu lalu mendekati sang istri yang masih kesulitan berdiri
Biru semakin geram, saat melihat keadaan istrinya, sudut bibir yang sobek bahkan cairan merah itu sudah mulai mengering dan mata yang memerah akibat menangis membuat hati Biru tersayat
"APA KALIAN LUPA DIA SIAPA?"