Dunia tiba-tiba berubah menjadi seperti permainan RPG.
Portal menuju dunia lain terbuka, mengeluarkan monster-monster mengerikan.
Sebagian manusia mendapatkan kekuatan luar biasa, disebut sebagai Player, dengan skill, level, dan item magis.
Namun, seiring berjalannya waktu, Player mulai bertindak sewenang-wenang, memperbudak, membantai, bahkan memperlakukan manusia biasa seperti mainan.
Di tengah kekacauan ini, Rai, seorang pemuda biasa, melihat keluarganya dibantai dan kakak perempuannya diperlakukan dengan keji oleh para Player.
Dipenuhi amarah dan dendam, ia bersumpah untuk memusnahkan semua Player di dunia dan mengembalikan dunia ke keadaan semula.
Meski tak memiliki kekuatan seperti Player, Rai menggunakan akal, strategi, dan teknologi untuk melawan mereka. Ini adalah perang antara manusia biasa yang haus balas dendam dan para Player yang menganggap diri mereka dewa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theoarrant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kematian Darius
Skill Berserker Fury adalah skill yang meningkatkan stats penggunanya 100% selama 3 menit.
Skill inilah yang membuat Darius menjadi tak terkalahkan dan pantas menyandang nama Bloodhound.
Efek negatif dari skill ini adalah akan menyerang semua disekitarnya baik kawan maupun lawan dan untungnya saat ini sudah tidak ada kawan.
Darius mengangkat kapaknya tinggi-tinggi dan mengayunkannya.
"Axe Gale!"
SRET!
SRET!
SRET!
Angin berbilah melesat ke segala arah, memotong sepuluh monster di sekelilingnya menjadi daging cincang.
Darah memercik seperti hujan.
"RAAAHHH!!"
Darius membanting kapaknya ke tanah.
"Earth Rupture!"
BOOM!
Tanah meledak ke atas, pecahan batu menghancurkan puluhan monster sekaligus.
Tapi monster terus berdatangan.
Darius berlari menembus kawanan monster.
"Spinning Reaper!"
Dia memutar kapaknya dengan kecepatan gila.
Monster-monster yang mencoba mendekat langsung tertebas, tubuh mereka terbelah tanpa ampun.
Darah mewarnai seluruh tanah.
Serigala terakhir, yang terbesar dan paling pintar, melompat ke arah kepalanya.
Darius mendongak.
Dia tersenyum liar.
"Axe Burst!"
DOOM!
Dengan satu ayunan brutal, kapaknya menembus perut serigala itu, menghancurkan tulangnya, dan membelah tubuhnya hingga ke tengkuk!
Darahnya menghujani Darius.
Tubuh terakhir itu jatuh di hadapannya.
Sunyi.
Darius menghela napas panjang.
Dia telah memenangkan pertarungan.
"RAAAAAAAA!!!!!"
Darius berteriak dan melolong merayakan kemenanganya
Di kejauhan, Rai menggertakkan giginya.
"Dia benar-benar monster."
Berserker Fury berakhir.
Efek negatif yang lain adalah setelah durasi habis Stats asli yang dimiliki turun 50%.
Darius benar-benar kelelahan.
Tubuhnya mendadak terasa berat.
Statnya terjun bebas.
Setengah dari kekuatannya hilang dalam sekejap.
Luka-luka yang tadi tak terasa, kini menyiksa tubuhnya.
Kakinya sempat bergetar.
Tangannya sulit mengangkat kapaknya lagi.
"Hah... Hah..."
Darius berlutut.
Tapi dia tertawa kecil.
"Sial... aku masih hidup..."
Dan saat itulah...
Dari dalam bayangan pepohonan seseorang muncul.
Darius terdiam.
Tubuhnya masih berlutut di atas tanah yang berlumuran darah.
Nafasnya berat, dadanya naik turun.
Namun matanya tetap menatap tajam ke arah sosok yang berdiri di bayangan pepohonan.
Pria itu tidak tinggi, tidak membawa aura mengancam, tidak terlihat kuat.
Tapi Darius tahu...
Dia bukan orang biasa.
Orang biasa tidak akan menunggu di kegelapan seperti ini.
Orang biasa tidak akan muncul setelah pertarungan brutal, menunggu mangsanya sekarat.
Orang biasa tidak memiliki mata seperti itu.
Mata yang dingin.
Mata yang sudah memutuskan kematian seseorang sebelum pedangnya terhunus.
Mata yang memandangnya bukan sebagai petarung…
Tapi sebagai mayat hidup yang sedang menunggu untuk dikubur.
“Kau...”
Suara Darius terdengar parau, tenggorokannya kering.
Rai tidak menjawab, dia hanya diam di tempat, satu tangan menggenggam sesuatu yaitu Nightshade.
Darius mengerahkan seluruh sisa kekuatannya untuk berdiri.
Tangannya menekan kapak raksasanya, menjadikannya penopang agar tubuhnya tidak tumbang.
Darah mengalir dari luka-lukanya, menetes dari ujung dagunya.
“… Kau yang melakukannya.”
Bukan pertanyaan.
Sebuah pernyataan.
Darius bukan orang bodoh, dia sudah terlalu sering melihat jebakan, pengkhianatan, dan pembunuhan diam-diam.
Apa yang terjadi hari ini bukan kebetulan.
Monster tidak berkumpul dalam jumlah sebanyak itu secara alami.
Tidak mungkin sepuluh Player Rank B mati begitu mudah.
Dan pria di depannya…
Muncul di saat yang paling tepat.
Setelah dia kelelahan, setelah statnya jatuh ke titik terendah, setelah dia tidak bisa melawan dengan kekuatan penuhnya.
Ini bukan kebetulan.
Ini rencana.
Dan dia adalah targetnya.
Darius menggertakkan giginya, amarahnya mendidih.
Bukan karena takut, bukan karena dia akan mati.
Tapi karena seseorang telah memperlakukannya seperti hewan yang menunggu disembelih.
“Hah... Hah…”
Darius menegakkan tubuhnya meskipun rasa sakit menjalar ke seluruh sarafnya.
Matanya menatap lurus ke arah Rai.
“Jadi… kau yang menjebakku.”
Suara dalamnya bergetar, bukan karena ketakutan, namun karena amarah yang tertahan.
Amarah seorang pembantai.
Dan saat itu juga…
Rai melangkah maju.
Satu langkah.
Suara dedaunan kering remuk di bawah kakinya.
Darius langsung bersiap, tangannya mencengkeram kapaknya, jari-jarinya memutih, kepalanya berdenyut karena kelelahan.
Tapi matanya tidak pernah kehilangan cahaya kegilaan.
Dia tahu pertarungan belum selesai.
Dan jika dia akan mati, dia akan menyeret pria ini ke neraka bersamanya.
Duar!
Tanah pecah di bawah kakinya.
Darius melompat ke depan!
Kapaknya melayang dalam ayunan penuh kekuatan.
Sebuah serangan yang bisa meremukkan tubuh manusia dalam satu tebasan.
Tapi…
Sret!
Dalam satu gerakan nyaris tak terlihat, Rai miringkan tubuhnya ke samping.
Kapak raksasa itu melewati udara kosong.
Darius tidak terkejut, dia sudah menduga.
Brak!
Kakinya menghantam tanah, memaksa tubuhnya berputar untuk mengayunkan kapak kedua kalinya, kali ini secara horizontal.
Rai melompat ke belakang menghindar dengan santai.
Darius mengerang.
Rai terlalu cepat, tapi dia tidak berhenti.
Tanpa membuang waktu, Darius mengayunkan kapaknya ke bawah!Serangan vertikal dengan semua tenaga yang tersisa!
Jika Rai mencoba menghindar ke kiri atau kanan, ombak udara dari serangan ini akan tetap mengenainya.
Tidak ada celah untuk kabur tapi Rai tidak mundur, dia justru maju.
Nightshade bergerak.
Crat!
Darah tersembur dari sisi pinggang Darius.
Tapi dia tidak berhenti, tangannya berputar, kapaknya menciptakan putaran liar, tebasan horizontal!
Tapi sekali lagi, Rai menghindar dengan mulus.
Crat!
Serangan balasan datang, bahunya robek karena sayatan membuat Darius terhuyung.
Brak!
Lututnya jatuh ke tanah.
Matanya melebar.
Dia kalah cepat, dia kalah taktik, dia kalah segalanya.
“Brengsek…” gumamnya, mulai kehilangan tenaga.
Tapi pertarungan belum selesai, Darius menguatkan genggamannya pada kapaknya.
Tapi sebelum dia bisa menyerang lagi…
Sret!
Nightshade menusuk perutnya.
Darius tercengang, tangannya melemah, kapaknya jatuh ke tanah dengan suara berat.
Brugh.
Tubuhnya bergoyang, napasnya berat, darah mengalir tanpa henti.
Dia mendongak.
Menatap mata dingin pria di depannya.
“…Kenapa?” tanyanya, suaranya nyaris tak terdengar.
"Mengapa kau melakukan ini?"
Rai hanya diam, tatapannya kosong dan setelah beberapa detik dia menjawab.
"Tidak ada alasan."
"Aku hanya ingin mengurangi kekuatan."
Darius terdiam.
Dia tertawa kecil.
"Kau sungguh Iblis kecil yang menakutkan."
Dan dalam tawa terakhirnya…
Matanya perlahan kehilangan cahaya.
Sang Anjing Pemburu pun tumbang.
***********************************
Di dalam markas Iron Fang, suara derak tulang terdengar di tengah keheningan.
Damar The Butcher King duduk di atas singgasananya, mengerutkan dahi saat kabar kematian Darius sampai ke telinganya.
"Darius mati?"
Suara beratnya bergema di ruangan yang dipenuhi cahaya redup.
Nada suaranya datar, tetapi udara di sekelilingnya langsung terasa lebih berat.
Tak ada yang berani berbicara.
Beberapa petinggi Iron Fang berdiri dalam diam, menunggu reaksi pemimpin mereka.
Seorang pria berambut pendek dengan bekas luka di wajahnya memberanikan diri melangkah maju.
"Benar, Lord Damar, kami telah mengonfirmasi jasadnya... Dia terbunuh di tengah ratusan monster."
Damar menyandarkan punggungnya di kursi, mengetuk-ngetukkan jarinya di sandaran tangan singgasananya.
"Dan kau pikir aku cukup bodoh untuk percaya itu?"
Orang yang berbicara tadi langsung menundukkan kepalanya.
"M-Maafkan saya..."