Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Keesokan harinya, sesuai kesepakatan yang dibuat antara Bima dan kedua mertuanya, ia melangkah mantap menuju perusahaan Aksara. Tujuannya jelas bertemu Bara, teman lamanya yang kini sukses di dunia bisnis. Semalam, ia sudah menghubungi Bara lewat telepon dan mengatur janji temu. Bara menyanggupi, walau hanya untuk sekadar berbincang santai, bukan urusan bisnis.
Pukul sepuluh tepat, Bima tiba di lobi gedung megah itu. Petugas resepsionis segera mengantarnya ke ruang kerja Bara yang terlihat sangat mewah dengan suasana maskulin. Ruangannya tetap kosong, karena Saka masih belum mau pindah dari ruangannya meski tanggung jawab perusahaan sudah dia berikan kepadanya.
Begitu pintu ruangan terbuka, Bara langsung bangkit dari kursinya.
"Bima! sudah berapa tahun, ya, kita nggak ketemu?" serunya sambil menghampiri dan memeluk sahabatnya erat.
Bima tertawa kecil. "Kalau dihitung, mungkin lebih dari lima tahun. Kau makin sukses, Bar."
"Ah, biasa saja. Aku lebih senang lihat kamu masih sehat. Duduk, duduk. Ceritakan semua kabarmu!"
Mereka duduk berhadapan, dengan secangkir kopi yang disuguhkan asisten Bara. Obrolan mengalir hangat, penuh tawa dan nostalgia, membahas masa lalu, keluarga, dan pekerjaan masing-masing.
Namun di balik senyumnya, Bima menyimpan kegelisahan. Ia datang bukan hanya untuk temu kangen. Ada sebuah misi yang sedang dia emban, ada sesuatu yang mengganjal hatinya, sesuatu yang harus segera ia tanyakan.
Setelah beberapa menit berbasa-basi, Bima akhirnya menghela napas dan berkata, "Sebenarnya ada satu hal penting yang ingin aku bicarakan padamu, Bar."
Bara mengangkat alis. "Apa itu?"
"Ini soal berita yang aku lihat kemarin... tentang Saka putramu yang sudah menikah dengan menantumu," kata Bima perlahan.
Bara mengangguk, wajahnya menjadi serius. "Ya, memang belakangan ini Saka sedang mencari tahu tentang keluarga istrinya. Kasihan dia selama ini hidupnya berat, karena kedua orang tua angkatnya berbuat semena-mena kepadanya sejak fia masih kecil."
"Bisa kamu ceritakan lebih detail? " pinta Bima tanpa sadar.
Bara sedikit ragu untuk menceritakan asal usul menantunya. Karena dia tidak mau di cap sebagai mertua yang suka gibah.
Bima yang mengerti akan hal itu, lalu mengeluarkan amplop coklat dan memberikannya kepada Bara.
"Buka dan lihatlah, " ucap Bima agar Bara mau melihat di dalam amplop coklat itu
Dengan ragu, Bara melihat album foto kecil yang berisikan foto lama milik keluarga . Matanya membelalak, tak percaya melihat foto di depannya.
"Astaga, Bima... Ini... Ini mirip sekali dengan Rayya, istri Saka," gumamnya.
Bima menelan ludah, hatinya berdegup kencang. "Itulah kenapa aku ke sini. Aku butuh jawaban. Aku ingin memastikan sesuatu,"
Melihat kesungguhan di wajah sahabatnya, Bara mempersilakan Bima bercerita.
Dada Bima terasa sesak saat ia memulai kisahnya. "Dua puluh tahun lalu, aku mengalami kecelakaan parah. Istriku koma selama berbulan-bulan, lalu meninggal... dan anak perempuan kami yang saat itu baru dua tahun... hilang. Aku sudah mencari ke mana-mana, Bar. Aku habiskan bertahun-tahun mencarinya, tapi tidak pernah berhasil."
Bara mendengarkan dengan seksama, tangannya mengepal di atas meja.
"Aku pikir... mungkin saja menantumu itu adalah Dinda anakku," lanjut Bima dengan suara bergetar.
Suasana ruangan mendadak berat, seolah udara menjadi lebih pekat.
Bara mengusap wajahnya, mencoba mencerna semua yang baru saja didengarnya. "Bima... kalau benar begitu, ini besar sekali kemungkinannya. Aku harus bilang Saka. Tapi kita perlu bukti, dan perlu tes DNA."
Bima mengangguk pelan. "Aku tahu. Aku tidak mau membuat asumsi tanpa dasar. Tapi... hatiku mengatakan ada sesuatu di sini."
Bara menatap sahabatnya itu, membaca ketulusan dan harapannya. Ia tahu, ini bukan sekadar kebetulan. Kemiripan itu terlalu mencolok untuk diabaikan.
"Apakah Rayya sendiri tahu tentang latar belakangnya?" tanya Bima.
Bara menggeleng. "Dia baru tau kalau dia bukan anak kandung dari orang tua angkatnya setelah dipermalukan dan menikah dengan Saka. Ah, itu bisa aku ceritakan nanti. Yang terpenting sekarang, aku aku harus memanggil Saka untuk datang kemari dan bicara dengan mu. "
"Baiklah, Aku paham," jawab Bima.
Bara segera memanggil Saka melalui panggilan telepon. Suasana berubah hening, Mereka terdiam beberapa saat, masing-masing larut dalam pikirannya sendiri. Di luar jendela, awan bergerak perlahan, menutupi matahari yang tadi bersinar cerah.
"Ada apa papa memanggilku? " tanya Saka yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu.
"Duduklah ada sesuatu yang penting yang harus kita bicarakan, " pinta Bara.
Saka mengangguk dan berjalan mendekati sang papa dan tamu yang belum pernah dia tau sebelumnya.
Bara lalu mengenalkan Bima kepada Bara begitu juga sebaliknya. Lalu menceritakan maksud kedatangan Bima sebelumnya yang hanya ingin temu kangen ternyata ada maksud lain terkait pertemuan mereka.
"Lihatlah, foto-foto itu, Saka. " Bara menunjuk sebuah album foto kecil di atas meja dan meminta Saka untuk melihatnya.
Dengan ragu Saka mulai melihat satu persatu foto yang ada di dalam album itu. Sampai di satu foto, tangannya berhenti membolak-balik foto di sana saat melihat satu wajah yang sama dengan wajah istrinya.
"Ini– " Kalimat Saka tergantung karena tidak percaya sama sekali dengan apa yang dia lihat.
"Dia adalah Niken, istriku–. "
Saka langsung mengangkat wajahnya dan menatap Bima tak percaya. Bagaimana bisa?
Perlahan, Bima kembali menceritakan kejadian yang dia alami dua puluh tahun lalu. Walau dia harus kembali membuka luka lamanya, akan dia lakukan untuk menemukan anaknya.
"Jadi–, kemungkinan–, "
"Ya, kemungkinan besar Bima ini adalah ayah dari istrimu, Saka. Ayah mertuamu. Tapi sesuai kesepakatan, siapapun yang mengaku sebagai keluarga Rayya atau berandai-andai sebagai keluarga Rayya, mereka harus melalui tes DNA untuk memastikan hubungan darah itu benar atau hanya orang yang mengaku-ngaku. Melihat sekarang Rayya adalah menantu di keluarga kita. " ujar Bara panjang lebar.
"Aku Siap. Aku juga ingin memastikan, apakah Rayya adalah anakku atau bukan. " kata Bima
Dan diangguki oleh Bara dan Saka.
"Baiklah, mari kita ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA, Om. " ajak Saka penuh semangat.
"Baik, ayo. "
Bima menghela napas lega. Sebuah langkah kecil telah diambil, menuju jawaban yang selama ini menghantuinya.
Namun, di balik harapan itu, ada ketakutan. Bagaimana jika kenyataannya berbeda? Bagaimana jika Rayya bukan anaknya?
Bima memejamkan mata sejenak, membiarkan perasaannya terombang-ambing antara harap dan cemas. Tapi satu hal pasti — ia tidak akan mundur. Ia harus tahu kebenarannya.
"Bima," panggil Bara, memecah lamunan. "Apa pun yang terjadi nanti, kau harus siap."
"Aku siap," jawab Bima mantap. "Aku sudah mencari dan menunggu selama dua puluh tahun untuk bertemu dengan anakku."
Mereka saling berpandangan, dua sahabat yang kini diikat oleh rahasia besar yang bisa mengubah hidup mereka selamanya.
Di luar, langit mulai berwarna kelabu. Tapi di hati Bima, secercah cahaya baru mulai menyala.
pasti NNT akan jd rebutan anak rayay .moga dpt baby twins biar GK rebutan