Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Keesokan harinya Aiman bangun terlebih dahulu sebelum sang istri, dia berusaha untuk menyiapkan keperluan istrinya, dia sudah bertanya pada bibi tentang kegiatan Ayu selama ini.
"Semuanya sudah siap". Ucapnya dengan girang.
Dia melihat hasil masakannya diatas meja, dia memang bisa masak karena dulu sering diajar oleh sang bunda.
"Ngapain di dapur?? ". Ucap Ayu membuyarkan kegirangan Aiman.
"Eh, dek sudah bangun, ayo sarapan sama-sama, aku sudah memasukkan makanan kesukaanmu, Mudah-mudahan rasanya tidak mengecewakanmu". Aiman menggaruk kepalanya tidak gatal karena tatapan intens Ayu.
Dia sungguh salah tingkah melihat tatapan istrinya yang tidak biasa padanya.
"Kamu yang masak semua ini?? Tanya Ayu menaikan sebelah alisnya.
"Iya dek, aku ingin anak kita sesekali makan masakan aku, yah walaupun tak seenak masakanmu".
Ayu tidak menjawab tapi dia duduk di kursi untuk mengambil sarapannya. Dia tidak menghiraukan Aiman yang menghela nafas melihat sikapnya.
" Bagaimana rasanya dek, apa enak?? Tanya Aiman dengan wajahnya penuh harap.
"Lumayan". Hanya satu kata itu keluar dari mulut Ayu.
Aiman menunduk, dia teringat akan sikapnya kepada Ayu selama ini, dia kini baru sadar jika sikapnya selama ini keterlaluan pada istrinya.
"Makan yang banyak dek, supaya anak kita sehat". Aiman tersenyum lembut.
Hatinya tersentil oleh sikap dingin istrinya yang sama persis dengan dirinya sebelum-sebelumnya, sejak dia kembali pada Aira, sikapnya sangat berubah kepada istrinya itu.
"Dek, aku akan kembali ke toko, aku akan bawah bekal, mungkin malam baru pulang tidak apa-apa kan?? Tanya nya lagi.
Aiman berusaha memulai percakapan walau jawaban dingin dan singkat yang Ayu berikan kepadanya, dia tidak akan menyerah, dia tahu dirinya bersalah.
"Silahkan saja, aku tidak punya hak mengatur mu bukan". Ucap Ayu dengan Acuh.
Aiman kembali menunduk kalah dirinya mengingat kata kasar itu terlontar dari bibirnya, saat itu Ayu melarang Aiman pergi karena acara itu tidak baik untuk nya karena di adakan di Bar, itulah awal mulanya dirinya terjebak dengan Aira.
"Kak, tidak usah pergi ke sana yah, itu bahaya untuk kakak yang tidak bisa minum, apalagi kakak punya penyakit kepala berat". Ucap Ayu dengan pelan.
"Ini hanya perayaan kecil perusahaan Ayu, tidak usah lebay begitu dek, aku tahu mana yang baik dan juga enggak".
"Tapi kan kak, disana bahaya banyak maksiatnya nanti kakak kenapa-napa". Ucap Ayu lagi berusaha membujuk sang suami untuk menggagalkan niatnya pergi kesana.
"Sudahlah, kamu itu tidak usah sok mengatur aku aku ini sudah dewasa, ingat kamu itu cuma istriku bukan bundaku". Ucap. Aiman dengan penuh kekesalan.
Ayu hanya bisa menunduk pasrah, jika sudah seperti ini, suaminya ini sudah berubah entah karena apa.
Aiman menatap Nanar istrinya ini, dia tahu dan sadar, jika selama ini dialah yang membuat segalanya rumit dan membuat istrinya terluka.
"Maafkan sikap aku belakangan ini sama kamu dek". Aiman menunduk malu.
"Ya sikap mu seperti itu karena kau kembali pada wanita jalang tidak tahu diri itu". Ucap Ayu dengan tajam dan pedas.
" Iya dek, maafkan aku sekarang makan lagi yah, nanti aku akan singgah untuk makan siang dan makan malam". Ucap Aiman dengan pelan.
"Terserah saja sih". Ucap Ayu tidak peduli.
"Kamu mau dibawain apa dek, aku akan beli nanti kalau pulang".
"Bawah rujak saja". Ayu segera meninggalkan meja makan karena dirinya sudah selesai sarapan.
Dia tidak berminat untuk mengobrol lama-lama dengan suaminya seperti yang aiman lakukan beberapa bulan terakhir.
"Aku harus sabar, dia juga seperti ini karena ulah ku, sabar dan semangat Aiman". Ucapnya dalama hati.
"Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya, agar kamu tahu bagaimana jadi aku selama kamu berselingkuh dan sikapmu padaku berubah". Cicit Ayu dengan pelan.
Dia tidak benar-benar meninggalkan suaminya di meja makan, dia hanya bersembunyi di pembatas tembok atara dapur dan meja makan, dia bisa melihat dengan jelas raut menyesal sang suami.
Drt. . drt.. Suara deringan telpon mengganggu Ayu.
Dia menghela nafas dan menatap layar handphone nya dengan kesal, nama yang tertera di sana adalah sang ibu, entah apa tujuannya.
"Iya Hallo". Ucap Ayu dengan malas
"Nak kirimkan ibu uang yah, ibu perlu ini, ayah kamu sakit dan ibu ingin dia bawah kerumah sakit".
Dia berpura-pura menarik simpati Ayu agar anak itu mau mengirimkan uang kepadanya.
"Maaf aku sedang tidak ada, pakai kartu BPJS saja kalau tidak punya uang, kalau tidak suruh saja kerumah sakit, aku tunggu disana supaya bisa membayar administrasi nya"..
"Kamu Tidak pergi nak, kamu sedang hamil, kasihan kamu kalau capek nanti". Tolaknya sehalus mungkin.
"Tidak apa-apa kebetulan, aku akan periksa ke dokter kandungan hari ini, jadi tidak masalah dengan itu".