Menceritakan tentang gadis belia yang memutuskan menikah muda, mampu kah ia menjalani biduk rumah tangga yang penuh liku-liku? akan kah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspita.D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Pagi itu dengan santai aku keluar kamar, setelah mandi badanku terasa segar.
namun saat aku hendak ke dapur, eh aku lihat mama sama mba Nia menatapku tajam.
"Ada apa" tanyaku.
Mba Nia menghentakan kaki nya dan pergi begitu saja, aku pikir dia tak sengaja, tau nya sengaja dia menabrak bahu ku dengan kencang.
Aku menatap heran, kemudian aku tanya ke mama, "ada apa ma, mba Nia kenapa?" tanyaku.
"Itu lah kenapa mama suruh kamu cepat nikah karna mama nggak mau kamu ganggu rumah tangga mba Nia" seru mama sembari menunjuk-nunjuk wajah ku.
"Siapa yang ganggu ma?" tanya ku tak mengerti.
"Yang tadi malam itu apa?" ucap mama sambil melengos tak mau menatapku.
"Tadi malam apa? Itu mas Runi yang bersikap kur*ng ajar bukan aku yang menggodanya" jelasku ke mama.
"Mama nggak mau tau, pokok nya kamu harus segera menikah, atau kalo nggak kamu pergi dari rumah ini" ujar mama yang membuatku bingung.
"Lah ini kan tempat tinggalku dari kecil ma, kalo pergi aku harus pergi ke mana?" tanya ku.
"Ya sudah kalo kamu nggak mau pergi biar mama sama bapak mu yang pergi" kata mama sembari pergi meninggalkan ku dalam kebingungan.
"Bi kami pamit pulang saja, aku merasa nggak aman di sini" ku dengar dari dapur mba Nia pamit, seolah di sini aku yang salah.
"Maag ya Nia bibi nggak tau harus ngomong apa, emang si Putri susah di kasih tau" kata mama lirih yang masih bisa aku dengar.
Aku beranjak pergi ke kamar, aku terisak, biar bagaimana pun juga di usia ku yang masih belia aku butuh dukungan orang tua, tapi ini...bukan nya di dukung, aku malah selalu di pojokan atas semua masalah.
"Hu hu hu....kenapa mama nggak percaya padaku, sudah lah di kurung nggak boleh keluar rumah sekarang malah di tuduh yang bukan-bukan" lirih ku dalam tangis.
Seharian iti aku nggak keluar kamar, perutku rasanya lapar sih tapi aku males kalo harus berdebat lagi sama mama.
Beberapa hari berlalu, keadaan mulai membaik mama sudah nggak mengungkit tentang suami mba Nia, yah walau pun aku masih jadi vampir.
"Putri sore ini mama mau nyusul bapak mu ke pasar, nanti juga paman mu datang katanya mau menginap, berikan hidangan kepada paman mu" kata mama dengan suara masih tak nyaman di telinga ku.
"Iya ma" jawab ku singkat.
Mama berangkat ke pasar sesuai yang di katakan nya tak lama paman ku adik dari mama datang.
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikum salam, masuk paman bapak sama mama belum pulang mungkin pulang nya malam" kata ku sembari mempersilahkan paman untuk duduk.
"Sebentar ya, Putri buatkan kopi dulu" kataku.
"Ah nggak usah repot-repot" kata paman.
"Nggak repot kok psman" ucapku sopan.
Jam 19:00 mama sama bapak baru pulang.
"Putri...ini tolong bawa barang dagangan yang nggak habis ke dapur" seru mama yang segera aku laksanakan.
Saat aku melirik pamanku aku merasa risih dengan pandangan mata paman, yang aneh dan tak biasa., aku segera berlalu karna tak ingin berlama-lama di depan paman.
"Gimana kabar mu Al..kok lama ndak ke sini" kata mama.
"Kabar ku baik kok mba, ini aku ke sini karna kangen sama keluarga mba" obrolan paman dan mama terdengar sampai di dapur.
"Buat kan kopi sama teh buat mama bapak dan paman mu" seru bapak yang tiba-tiba ada di belakangku.
Aku terjingkat kaget. Namun aku segera bangkit untuk membuatkan permintaan bapak tanpa bertanya lagi.
Setelah mengantarkan minuman aku segera masuk kamar karna sudah mengantuk. Jam juga sudah menunjukan pukul 20:45.
Aku tertidur pulas, namun aku merasa ada yang aneh dengan tubuh ku, tubuh ku seperti berat, seoalah ada sesuatu yang berat menindih ku.
Aku mengerjap, dan betapa terkejut nya aku, saat aku lihat paman sedang mendesah dengan gerakan nya yang menggesek-gesek cucak rowo nya di pinggulku, karna posisi tidurku saat itu miring.
Aku bangkit dan mendorong tubuh pamanku itu.
"Ssstt...jangan berisik nanti mama mu dengar" ucap nya, di luar kamar aku mendengar langkah. Mungkin itu mama. Tak lama langkah itu kembali ke kamar di mana mama dan bapak tidur.
Aku keluar, membuka pintu dengan pura-pura terisak, agar pamanku itu iba dan tak melakukan pelec*han lagi terhadapku.
"Eh mau ke mana" tanya nya.
"A..aku mau keluar paman" sahut ku.
"Tapi ingat jangan ngomong siapa-siapa termasuk mama dan bapak mu" kata paman mengintimidasiku.
Aku mengangguk dan segera berlari ke kamar tamu dan mengunci pintu dengan rapat, malam itu aku tak bisa lagi tidur.
"Putri..kamu tau ke mana paman mu" tanya mama saat pagi tiba.
Aku menggeleng.
"Tadi malam kamu tidur di mana?" tanya mama dengan nada ketus.
"A..aku tidur di kamar ma" sahutku.
"Jangan bohong kamu, tadi malam paman mu nggak ada di kamar tamu lalu pintu kamar mu kenapa di kunci" tanya mama yang mulai membuatku takut, pasti aku akan di tuduh lagi.
"Mama nggak mau ya kalo punya anak bej*t kaya kamu" ucap mama tiba-tiba seolah langsung mengatakan kalo aku berbuat yang tidak-tidak.
"Apa maksud mama" tanya ku.
"Kamu menggoda paman mu kan? Kamu bawa paman mu ke kamar mu" seru mama yang membuat hatiku sakit.
Aku menggeleng lalu masuk kembali ke kamar. Di setiap keributan sering kali bapak nggak ada di rumah karna harus berdagang. Sehingga bapak pun nggak tau kalo mama benar-benar keterlaluan.
Tapi walaupun tau aku yakin bapak nggak akan membelaku walau sedikit.
Aku menangis dan mengunci diri di dalam kamar tak tau harus apa, kalo terus melawan orang tua aku takut kuwalat.
Beberapa hari sudah aku di diamkan mama, mama nggak menegur atau sekedar mengajaku bicara, aku pun saat bersimpangan dengan mama menundukan kepala, karna aku takut menatap wajah mama yang penuh kemarahan selalu.
Setelah beberapa minggu menjadi vampir sekarang mama membolehkan ku untuk keluar rumah, tentu saja saat itu kulit ku terlihat putih bersih dan mulus, maklum lah kulit remaja kan memang kebanyakan mulus belum keriput, hehe..
"Putri...tolong ambilkan dompet mama di kamar" seru mama yang akan membeli sayur pada langganan nya.
Aku pun keluar dengan membawa dompet mama, aku keluar mengenakan baby dol tanpa lengan sehingga menampak kan kulit lenganku.
Tanpa aku sadari bapak tukang sayur itu mendekat dan mengelus lenganku, ya ampuuun...apa lagi ini tanya dalam hati sembari menjauh dan kembali masuk rumah.
...****************...
BERSAMBUNG